Chapter 39 - Perdebatan Pertama

4.5K 532 54
                                    

Author : AphroditeThemis / Anya

Genre : Saeguk / Romance / Family Drama

Rate : 21+

Warning : Don't Plagiat!
.
.
.
.

APOLLO PALACE

Sepasang mata bulat itu menelusuri setiap sudut ruangan pribadi sang kaisar yang tidak bisa dimasuki sembarangan orang itu dengan antusias, menyentuh pelan lukisan yang terpasang di dinding kayu berwarna coklat indah, berguman pelan saat melihat guci berharga dengan ukiran indah, serta beberapa ornamen kecil yang dikenalinya berasal dari sejumlah kerajaan besar lainnya yang berhasil ditaklukan oleh namja yang sedang duduk di kursi kebesarannya sambil menatap tajam padanya.

"Aku tidak menyangka jika istana anda akan terasa hangat, Yang Mulia."komentar Jaejoong saat tangannya memainkan ornamen gajah kecil bertabur batu indah yang begitu menarik hatinya.

Suara tawa samar terdengar dari tempat Yunho duduk santai seraya menatap pangeran nakal yang baru saja menyingkirkan salah satu selirnya dengan begitu mudah. "Memang apa yang kau pikirkan tentang istanaku?"tanyanya penasaran. Sosok ramping yang sedang mengelilingi ruang kerja pribadinya itu terlihat begitu menggoda karena hanbok indah berwarna gading yang terus bergemerisik setiap kali Jaejoong melangkah.

Ekspresi berpikir tampak diwajah rupawan sang pangeran yang perlahan berjalan mendekati Yunho yang terlihat begitu tertarik mendengar jawabannya. "Kau pasti akan menertawakanku bahkan mungkin menganggapku bodoh, jeonha!"ujar Jaejoong dengan wajah merengut lucu. "Apa Kasim Im akan masuk?"tanya Jaejoong cepat seraya melirik pintu ruang kerja yang tertutup rapat itu saat sang kaisar menarik lembut tubuhnya hingga jatuh terduduk dipangkuan Penguasa Apollo itu.

"Jangan mengalihkan pembicaraan, chagiya! Katakan apa yang pernah dipikirkan kepala licik dan cerdik ini tentang istanaku?"tuntut Yunho tegas meski bibir Penguasa Apollo itu tersenyum menggoda dan mulai memberikan kecupan-kecupan kecil pada bibir merah yang masih terkatup rapat itu. "Kau harum sekali, nae sarang."pujinya dengan suara serak saat melesakkan kepalanya pada leher jenjang Jaejoong yang masih menyimpan beberapa bercak merah bukti dari malam panas yang mereka lalui bersama.

Lidah kasar Yunho mencium pelan nadi yang berdenyut samar namun terasa olehnya dileher pangeran berparas menawan yang mungkin tidak sadar sudah mengalungkan kedua lengannya dileher Yunho. "Tidak mau mengatakannya padaku?"desak Yunho lagi dengan tangan yang mulai bergerak membelai punggung ramping Jaejoong yang terasa bergetar halus.

Desahan kecil keluar dari bibir merah Jaejoong saat sang kaisar menjilat pelan sebelum menyesap kuat telinganya. Semua ini memang terasa baru baginya, namun sangat aneh karena Jaejoong menyukai bahkan menanti segala perlakuan intim kaisar licik ini padanya meski rasa canggung kadang masih mempengaruhinya.

"Kupikir istanamu akan sangat mengerikan. Penuh dengan senjata, budak, penjara bawah tanah yang bau dan lembab, alat penyiksaan dan lainnya."sahut Jaejoong pelan ditengah serbuan gairahnya sendiri. Lidah sang kaisar sekarang sedang menyesap bahunya sebab bagian atas hanboknya sudah sedikit tersingkap oleh tangan nakal yang bergerak cepat itu.

Yunho berhenti sejenak mengoda pangeran cantik itu dan tersenyum lebar tidak percaya tepat didepan wajah Jaejoong yang sedikit merona karena perbuatannya,"Budak? Senjata? Alat penyiksaan? Apa kau sedang bercanda, Joongie?"gumam Yunho seraya menangkup wajah Jaejoong dan melumat pelan bibir merah yang setengah terbuka itu, melesakkan lidahnya masuk untuk menggoda lidah kecil yang dihisapnya pelan hingga pangeran nakal itu mendesah tertahan dan meremas kuat bahunya.

"Aku tidak bercanda! Uhhh...Jangan menggigitku!"desis Jaejoong saat dirasanya sang kaisar memberi gigitan kecil pada bibirnya yang sudah terasa menebal. 'Aku tidak boleh pasif dan hanya menerima! Kaisar Jung harus takluk dan hanya melihat padaku hingga dia tidak akan pernah sekalipun melirik yeoja lain, siapa pun itu!', tekad Jaejoong seraya dengan berani menarik kepala sang kaisar menuju bibirnya sendiri.

APOLLO AND ARTHEMISWo Geschichten leben. Entdecke jetzt