BAB 1

5.3K 436 4
                                    

Hari minggu, hari dimana semua orang akan bermalas-malasan. Tapi tidak dengan Iqbaal dari jam lima dia sudah bangun membantu bundanya yang nanti siang akan ada tamu lebih tepatnya anak dari sahabat bundanya.

"Baal bangunin adik kamu gih, udah jam delapan."

"Bunda kaya ga tau dia aja, aku bangunin dulu ya bun."

"Iya." Setelah ada persetujuan dari bundanya, Iqbaal melangkah ke kamar adiknya yang berada di lantai dua.

Sampai di kamar adiknya Iqbaal mengetuk kamar adik perempuannya. "Cait bangun udah maghrib." tidak ada sahutan dari dalam.

"Cait kebakaran cait." Iqbaal mengetuk kembali. Nihil tidak ada sahutan atau suarapun, akhirnya Iqbaal memasuki kamar adiknya yang kebetulan tidak terkunci.

Saat melihat adiknya tertidur pulas Iqbaal tersenyum jahil, lalu dia mencari sesuatu di meja rias adiknya. Setalah dapat dia langsung melukis wajah adiknya dengan benda itu.

"Cait bangun."

Merasa tidurnya terusik akhirnya Caitlin bangun dari tidurnya. "Udah bangun." Caitlin mengikat rambutnya asal.

"Mandi sana bentar lagi ada anaknya teman bunda, jangan lupa liat kaca sebelum masuk ke kamar mandi." Iqbaal meninggalkan adiknya dengan berusaha menahan ketawanya agar tidak ketahuan.

Caitlin turun dari tempat tidurnya dan menghampiri kaca yang berada di meja riasnya. Seketika matanya membulat lebar. "ABANG...."

Teriakan dari kamar adiknya membuat Iqbaal tertawa sangat kencang. Bundanya yang melihat anak laki-lakinya menuruni tangga langsung bertanya.

"Kenapa dia?"

"Aku jahilin bun." mendengar jawaban dari anak laki-lakinya membuat bunda menggelengkan kepalanya dan kembali ke dapur membuat sarapan untuk mereka.

Iqbaal tidak dingin kepada orang yang dia sayang, apa lagi kepada kedua wanita yang berada di rumahnya dia dengan segala cara selalu membuat mereka tersenyum dan bahagia. Berbeda saat Iqbaal berada di luar rumah atau di sekolah. Iqbaal akan bersikap cuek, tak acuh kepada keadaan sekitar.

🌹

Waktu sudah menunjukkan 09.35 gadis itu berjalan memasuki rumah yang cukup luamayan besar itu. Menurut kertas yang di beri ibunya dia yakin kalau rumah ini adalah rumah sahabat ibunya. Gadis itu mengetuk pintu. Terdengar suara derap langkah menuju pintu itu dan keluarlah seorang laki-laki tinggi dan memiliki wajah yang tampan.

"Nyari siapa?"

"Gu-gue mau cari tante rike, betul ini rumahnya?."

"Lo siapa?" nada dingin dari Iqbaal membuat gadis yang ada di hadapannya menjadi gugup.

"Gue anaknya ibu Ana." Iqbaal yang mendengar jawaban dari gadis itu langsung mengingat siapa itu ibu Ana.

"Masuk udah di tunggu bunda di dalam." membuka lebar pintu rumahnya dan memberikan jalan untuk gadis itu masuk kedalam rumahnya.

Melihat Iqbaal bersama anak sahabatnya memasuki ruang tamu. Bunda berdiri dan menghampiri mereka.

"(Namakamu) ya?" melihat gadis di hadapan bunda mengangguk, dia langsung memeluk anak sahabatnya.

"Udah besar ya, cantik lagi." bunda tersenyum dan mengelus puncak kepala gadis itu.

"Abang ini lap-" Caitlin menghentikan ucapanya saat melihat seorang gadis di sebelah abangnya. "Pacar abang ya?"

Pertanyaan dari Caitlin membuat Iqbaal dan (Namakamu) terkejut. Ucapan Caitlin membuat jantung (Namakamu) berpacu dengan cepat.

"Iya pacar abang." Iqbaal mendekati adik perempuannya melihat wajah melongo adiknya membuat Iqbaal gemas ingin mencubit pipinya.

(Namakamu) yang mendengar jawaban dari Iqbaal membuat pipinya merona.

"WOW abang punya doi." mendengar jeritan Caitlin, (Namakamu) menundukan kepalanya.

"Enggak lah tolol, dia anaknya temen bunda." Iqbaal menjitak kecil kepala adiknya, menurutnya Caitlin terlalu alay.

"Loh jadi ini anaknya temen bunda? Cantik, oh iya kenalin aku Cait-" ucapan Caitlin terpotong saat Iqbaal menariknya agar pergi dari tempat itu.

"Ih abang gue kan mau kenalan." Caitlin ingin menghadap bundanya juga (Namakamu) tapi Iqbaal mencegahnya.

"Tadi laptopnya kenapa?" Iqbaal dan Caitlin berjalan menuju lantai dua.

Bunda yang melihat kelakuan kedua anaknya hanya menggelengkan kepalanya. Sifat kedua anaknya sangat bertolak belakang, Iqbaal cenderung diam dan dingin sedangkan Caitlin dia sangat aktif dan berisik. Bunda kembali menatap anak sahabatnya dan mengelus puncak kepala (Namakamu). "Semoga kamu betah di sini ya."

(Namakamu) tidak menjawab ucapan teman ibunya itu, dia hanya tersenyum dan mengganguk. Semoga saja hati dan jantungnya tetap normal selama berada di rumah ini.

🌹
Vomment

HOW DEEP IS YOUR LOVE?Where stories live. Discover now