BAB 14

3K 288 5
                                    

Iqbaal kaget atas ucap Ari yang mengusir dirinya. Dia meletakan plastik yang berisi Pizza ke meja lalu duduk di antara Caitlin dan Ari. "Btw tadi lo barusan bilang apa?" Pandangan Iqbaal lurus kedepan menatap televisi yang sedang menampilkan film kartun kesukaan Caitlin 'My Little Pony'.

Ari melirik Iqbaal sekilas, dia sedang mengalami kecemasan yang luas biasa karena mulutnya yang tidak bisa di kontrol. Ari berharap ada mukjizat datang untuk dirinya.

"Abang." Catlin menjadi takut karena mendengar nada abangnya yang seperti orang marah.

Iqbaal melihat sekilas ke arah Caitlin, lalu kembali menatap Ari yang wajahnya seperti menahan buang air besar. "Kalau lo serius sama adek gue, jangan sakitin dia dan gue harap lo selalu bahagiain dia." Iqbaal berdiri lalu menepuk pundak Ari dan tersenyum kepada Caitlin. Setelah itu dia meninggalkan dua anak manusia itu.

"Jadi?" tanya Ari kepada Caitlin.

Caitlin menatap serius ke arah Ari. "Seperti yang abang gue bilang, kakak bisa bahagiain gue sebisa kakak." Caitlin tersenyum manis. Dan Ari langsung memeluk Caitlin.









🌹

Tadi saat istirahat Iqbaal mengajak (Namakamu) untuk pulang bersama dan sekarang dia sedang menunggu Iqbaal yang berbicara dengan Caitlin dan Ari. Sepertinya Ari sedang meminta izin untuk mengajak Caitlin pulang. Setelah itu Iqbaal menghampiri (Namakamu) dan membuka pintu mobil untuk gadis itu.

"Ayo masuk." (Namakamu)pun memsuki mobil dan Iqbaal memutari mobil lalu masuk. Mobil Iqbaal meninggalkan area sekolah.

Di dalam mobil mereka tidak ada yang berani berbicara. Iqbaal menyalakan music di dalam mobil agar tidak terlalu hening. Dia melihat (Namakamu) sebentar lalu melihat ke arah jalan lagi.

"(Namakamu)" Akhirnya Iqbaal memutuskan untuk memulai bicara.

"Iya?"

"Ibu lo ada di rumah?"

"Hah?" Raut wajah (Namakamu) yang bingung seperti itu membuat Iqbaal menjadi gemas. Dan akhirnya Iqbaal malah mengacak rambut (Namakamu). "Ibu ada kok, kenapa?"

"Gue mau minta izin sama ibu lo." Ucapan Iqbaal membuat (Namakamu) menyeritkan dahinya.

"Buat?" Tanya (Namakamu) penasaran.

"Nanti lo juga tau." (Namakamu) tidak bertanya lagi kepada Iqbaal.

Lima belas menit mereka sampai di rumah (Namakamu). Iqbaal dan (Namakamu) memasuki rumah. Di ruang keluarga ada Ana yang sedang menonton televis.

"Asslamualaikum."

"Waalaikumussalam, eh ada Iqbaal."

Iqbaal menghampiri Ana lalu salim. "Apa kabar tante?"

"Alhamdullilah baik – baik aja, kamu gimana?"

"Baik juga tante." Iqbaal tersenyum ke arah Ana.

"Ada apa gerangan Iqbaal mampir kesini?"

"Iqbaal mau minta izin tante." Ana bingung mengapa Iqbaal meminta izin kepadanya.

"Anak tante ini boleh Iqbaal pacarin gak?"

"Apa?" (Namakamu) terkejut atas ucapan Iqbaal dan jantungnya sekarang edang berdetak kencang.

"Kalau yang jadi pacar (Namakamu) itu kamu, tante izinin." Ana tersenyum melihat (Namakamu) yang bersemu mereah di pipinya.

"Ibu."

Iqbaal mendekati (Namakamu) "Ibu lo udah ngasih izin, jadi be mine girlfriend?"

Ana menyenggol lengan anak gadisnya itu. "Terima aja udah." Bisik Ana. Dan pipi (Namakamu) semakin memerah.

HOW DEEP IS YOUR LOVE?Where stories live. Discover now