BAB 7

3.3K 369 1
                                    

Ari, Nasim dan Fauzan sekarang berada di depan rumah Iqbaal. Mereka bertiga tidak memberitahu Iqbaal kalau mereka akan datang kerumahnya, kalau kata Nasim mah kejutan buat Iqbaal. Ari mengetuk pintu rumah Iqbaal.

"Iqbaal... Main yu." ucap Nasim mengetuk pintu kembali.

"Kaya bocah lo." ucap Fauzan.

"Sebentar." ucap seorang gadis di dalam sana.

"Wah suara Caitlin tuh minggir lo sim." Ari menggeser Nasim agar dirinya dekat dengan pintu.

"Apaan sih lo, enak aja." Nasim pun mendorong tubuh Ari agar menjauh dari pintu.

"Lo berdua kaya bo...cah, hai Caitlin." Fauzan berjalan mendekati Caitlin.

"Eh hai kak." Caitlin terseyum kepada Fauzan.

"Iqbaalnya ada?" Ari menggeser tubuh Fauzan.

"Ada di kamarnya masuk aja." Caitlin mengeser tubuhnya agar ketiga sahabat Iqbaal itu masuk ke dalam rumahnya.

Fauzan yang pertama masuk kedalam rumah dan di susul oleh kedua temanya. Nasim menghentikan langkahnya dia melihat seorang gadis yang tidak asing baginya sedang duduk di ruang keluarga. Gadis itu seperti.

"Lo (Namakamu) ya yang anak baru itu, temen sekelas Iqbaal kan?" mendengar suara Nasim, Ari dan Fauzan pun menghentikan langkahnya.

(Namakamu) tidak tau harus menjawab apa, jantungnya berdetak lebih kencang. "Eh...i-itu..."

"Kok lo bertiga ada disini." (Namakamu) bernafas lega untung saja Iqbaal datang.

Iqbaal mendorong ketiga sahabatnya itu menuju kamarnya, dia akan menjelaskan semuanya kepada mereka.

🌹

"Lo hutang cerita sama kita bertiga." Nasim melipatkan tanganya di depan dada.

"Kenapa itu cewe bisa ada di rumah lo!" Ari menggebrak meja belajar Iqbaal.

"Berasa di interogasi anjir." Fauzan tertawa garing. Iqbaal hanya diam.

"Cepat jawab kam!." Nasim berdiri dari duduknya dan menunjuk ke arah Iqbaal.

"Lebay lo, jadi dia tuh-" Ucapan Iqbaal terhenti saat mendengar jeritan.

"ADUH... BEGO SAKIT!" Ari menjerit karena Fauzan menginjak kakinya dengan tidak sengaja.

"Ga sengaja." Ucap Fauzan kembali duduk di tempatnya.

Ari menatap sinis Fauzan. "Jadi gimana?"

"Dia itu-" lagi-lagi ucapan Iqbaal terhenti.

"Dia pacar lo ya? Lo taken ga bilang, kita ini siapa lo sih."

"Lebay lo." Fauzan menoyor kepala Nasim.

"Bisa diem dulu ga." Iqbaal merasa murka dengan sahabatnya saat ini.

"Iya iya." ucap mereka berbarengan.

"Dia anaknya sahabat bunda."

"Ohhh....." Ucap mereka bertiga berbarengan.

"Bulat."

"Bulat itu donat, donat itu manis, manis itu gue." Ucap Nasim dengan suara di manis-maniskan.

"Jiji gue denger nya." Ari, Fauzan dan Iqbaal langsung mengeroyok Nasim.

Nasim selalu jadi badut dadakan di antara mereka bertiga, kadang lawakanya bisa jadi garing seperti kerupuk. Dia juga paling heboh di antara mereka bertiga dan cocok dengan Caitlin sama-sama berisik. Ari cowok ganteng yang menjadi most wanted di sekolahnya, banyak cewek yang mengantrinya dan ada juga yang mau jadi selingkuhanya. Ari ini ga playboy kok dia kalau udah sayang sama satu cewe pasti di kerjar sampe dapat kalau udah bosen ga dia buang katanya sih udah cape-cape dapet malah di buang kan sayang perjuanganya. Fauzan sebalas dua belas sama Ari, dia tipe-tipe cowo yang setia buktinya sekarang udah pacaran dengan Namira kurang lebih 4 Tahun. Fauzan ini enak dia ajak curhat. Dari ketiga temanya yang paling sering curhat ke Fauzan ya cuma Nasim, soalnya Nasim selalu gagal dapetin cinta para cewek.

Iqbaal melihat ketiga sahabatnya, dia sangat senang bisa berteman dengan tiga orang ini yang masing-masing punya sifat yang unik. Iqbaal tersenyum kecil.

🌹

Setelah kepulangan sahabatnya Iqbaal saat ini ada di ruang keluarga bersama (Namakamu). Caitlin pergi untuk membeli novel bersama Fildza, Rike sedang ke kantor Herry mengatar makan siang untuk suaminya itu. Dan jadilah tinggal Iqbaal dan (Namakamu) yang ada di rumah.

Iqbaal merasakan perutnya sangat lapar, bunda hanya masak sedikit dan makanan sudah habis karna ketiga sahabatnya itu. Iqbaal tidak memakan sedikit pun karna dia bilang tidak lapar jadi Nasim, Ari dan Fauzan menghabiskannya.

Iqbaal mengambil kunci mobilnya. Sebelum berjalan keluar rumah matanya mengarah ke seorang gadis yang sedang menonton televisi.

"(Nam)... temenin gue makan di luar yuk."

(Namakamu) menghadap Iqbaal. "Iya."

(Namakamu) berdiri dari duduknya dan mendekati Iqbaal. Mereka berdua menuju mobil milik Iqbaal.

Iqbaal memilih restaurant yang waktu itu dia datang dengan (Namakamu). Karna (Namakamu) suka tempat itu.

Mereka berdua telah sampai. (Namakamu) berjalan ke arah kursi yang waktu itu dia tempati dengan Iqbaal.

Iqbaal memanggil pelayan. "Mau makan apa?"

"Kaya waktu itu aja." Iqbaal hanya mengangguk dan langsung memesannya.

Setelah pelayanan itu pergi. Iqbaal mengambil handphonenya membuka camera lalu mengarahkanya ke (Namakamu). (Namakamu) tidak sadar kalau Iqbaal memfotonya karna dia sedang asik menatap keluar jendela. Iqbaal meletakan handphonenya di atas meja.

"Baal." Iqbaal menatap (Namakamu).

"Teman-teman lo udah tau gue tinggal di rumah lo jadi pasti nanti satu sekolah tau dong."

"Mereka ga tau kalau lo tinggal di rumah gue, dan lo tenang aja merek ga bakal bilang ke anak-anak sekolah."

"Kalau boleh tau kenapa setiap berangkat sekolah gue selalu di turunin di pertigaan?"

Iqbaal menarik nafas lalu membuangnya. "Karna ada satu cewek yang selalu ganggu cewe yang setiap deket sama gue."

"Itu sebabnya lo ga selalu bersikap jutek ke semua cewek?" Iqbaal hanya menggelengkan kepalanya tidak mengucapkan apa-apa.

"Lalu?"

"Ga ada alesan."

🌹
Vomment

HOW DEEP IS YOUR LOVE?Where stories live. Discover now