BAB 6

3.4K 386 2
                                    

Kelas Iqbaal dan (Namakamu) kini sedang ulangan sosiologi. Untung saja tadi malam dia bisa belajar dengan konsen, dia sempat tidak konsen saat belajar tadi malam karena dia memikirkan ucapan Iqbaal waktu di restaurant, kalau tidak bisa mengotrol pikiranya mungkin saja apa yang semalam dia baca tidak masuk di otaknya dan menyebabkan dia tidak bisa menjawab soal-soal di hadapanya sekarang.

(Namakamu) melihat sekeliling kelasnya masih banyak yang mengerjakan ulangan. Tiba-tiba Iqbaal berdiri dan berjalan ke arah meja guru untuk mengumpulkan ulanganya. (Namakamu) ikut mengumpulkan ulanganya dan langsung berjalan keluar.

Sebelum ulangan ibu Dewi bilang kalau yang sudah selesai boleh istirahat karena sosiologi, pelajaran ke tiga dan ke emapat setelah itu istirahat.

(Namakamu) tidak tau sekarang harus kemana Caca masih di dalam kelas, yang sudah selesai mengerjakan cuma dirinya dan Iqbaal. Caitlinpun belum keluar dari kelasnya.

"Lo mau ke kantin?"

"Hah- G-gue lagi nunggu Caca."

"Oh ya udah." Iqbaal berjalan meninggalkan (Namakamu).

lima menit kemudian Caca keluar dari kelas dengan muka murung. "(Nam...) gila itu ulangan susah amat lo lagi ga bagi contekan."

"Belajar kalau mau ada ulangan." (Namakamu) melihat murid-murid sudah banyak yang keluar dari kelasnya, segera (Namakamu) menarik tangan Caca munuju kantin.

"Mau kemana sih." Caca menghentakan tanganya dari (Namakamu).

"Ke kantin, ayo buru!" (Namakamu) kembali menarik tangan Caca.

"Ga usah narik tangan gue juga kali, lo kaya orang kelaparan aja."

"Emang laper bego."

"Lepasin tangan gue dong, oh gue tau lo suka ya sama gue sampe narik-narik tangan gue gitu, modus lo." (Namakamu) segera melepaskan gengamanya pada Caca.

"Najis!"

🌹

Setalah sampai di kantin (Namakamu) dan Caca menuju meja yang biasa mereka tempati, untung saja kantin belum terlalu ramai.

"Lo mau pesen apa biar gue yang pesenin."

"Somay aja sedeng ya sama jus jeruk."

"Okay." Caca melangkahkan kakinya menuju mamang somay.

(Namakamu) melihat Caitlin memasuki area kantin, tanganya melambai ke arahnya. Lalu Caitlin berjalan menuju dirinya.

"Liat abang ga?" Caitlin duduk di sebelah (Namakamu).

(Namakamu) melihat seisi kantin dia mencari Iqbaal dan matanya menemukan sosok yang dia cari. Sekarang Iqbaal berada di dekat penjualan minuman bersama temanya yang (Namakamu) tidak tahu namanya.

"Itu di sana." (Namakamu) menunjuk ke arah Iqbaal. Tepat saat dirinya menunjuk, Iqbaal menatap dirinya dan itu membuat pipi (Namakamu) memerah.

Caca datang membawa pesanan (Namakamu) dan juga untuknya. Dia melihat ada Caitlin di sebelah (Namakamu).

"Makasih ya kak, dadah." Caitlin meninggalkan (Namakamu) dan juga Caca.

"Ngapain tuh anak."

"Nyari abangnya." (Namakamu) mengabil piring yang berisi somay dari tangan Caca.

"Lo kok bisa deket sama Caitlin, lo kan anak baru ada hubungan apa lo?"

"G-gue sa-" Caca tidak boleh tau kalau dia satu rumah dengan Iqbaal dan juga Caitlin. Caitlin bilang dia tidak boleh memberi tahu kepada siapapun kalau dia satu rumah dengan Iqbaal katanya akan bahaya buat dirinya.

"Sa apa? malah ngelamun lo."

"Oh itu ibu gue sama ibu dia sahabatan jadi gue kenal dia." Tidak sepenuhnya (Namakamu) berbohong kepada temanya ini.

"Berarti lo juga deket dong sama Iqbaal." Caca memasukan somay kedalam mulutnya.

"En-ggak gue ga deket sama Iqbaal." (Namakamu) melihat kearah tempat Iqbaal dan Caitlin.

"Iya juga sih mana mungkin Iqbaal deket sama cewe kecuali Caitlin doang."

"Iqbaal emang kaya gitu ya?"

"Jan di tanya lagi dia di juluki sebagai pangeran salju, lo tau Zee temen sekelas kita dia kan dari kelas sepuluh samapai sekarang satu kelas tapi ga pernah akrab kaya Iqbaal sama Caitlin."

"Udah yu balik ke kelas." Caca hanya mengangguk. Mereka berduapun meninggalkan kantin.

🌹

Iqbaal, (Namakamu) dan Caitlin sudah di rumah mereka bertiga sedang menunggu Rike yang katanya sedang menjemput Herry dan Fildza.

"Cait ke kamar ya bang ngantuk, kalau ayah sama teteh udah dateng bangunin Cait ya bang." Iqbaal tidak menjawab ucapan adiknya itu dia hanya mengangguk saja.

Setelah itu Caitlin meninggalkan dua orang itu. Iqbaal mengambil gitar yang berada di sofa dekat dengan (Namakamu). Iqbaal memainkan gitarnya asal.

Sepuluh menit sudah Iqbaal memainkan gitar dan Rikepun datang bersama Herry dan juga Fildza.

"Assalamualaikum." ucap Rike dan Hery.

"Waalaikumussalam."

"Ayah, teteh." Iqbaal menyalimi ayahnya setalah itu Iqbaal memeluk kakak ceweknya itu.

"Teteh kangen banget sama kamu." Fildza membalas pelukan Iqbaal.

"Loh Cait mana biasanya dia yang paling heboh." Herry mencari keberada anak bungsunya itu.

"Cait kecapean kayanya, tadi di sekolah ada jadwal olahraga." Herry menganggukan kepalanya.

"Oh iya yah ini (Namakamu) anaknya Ana temen kita itu loh."

"Ini (Namakamu) anaknya Andre sama Ana itu ya?." seketika raut wajah (Namakamu) berubah menjadi murung karna mendengar nama ayahnya.

Iqbaal yang melihat perubahan di muka (Namakamu) menjadi penasaran. Sebenernya ada apa dengan gadis itu.

"I-iya om." (Namakamu) menyalimi seperti Iqbaal tadi.

"Cantik ya bun, cocok kalau sama Iqbaal."

"Iya yah cocok banget sama Iqbaal." lanjut Fildza.

Ucapan dari dua orang itu membuat pipi (Namakamu) menghangat dan bukan (Namakamu) saja Iqbaal juga merasakanya.

"Udah-udah jangan di godain kasian tuh mukanya pada merah."

"Hahahaha, Iqbaal lucu deh kalau kaya gitu." Ejek Fildza sambil mencolek pipi Iqbaal.

"Apaan sih."

"Mending kalian istirahat dulu." Ucap Rike.

"Ayah ke kamar Cait dulu ya bun mau ganggu dia."

"Ayah ini kebiasaan banget."

Lagi-lagi Iqbaal melihat raut wajah (Namakamu) yang sepertinya ada kesedihan di matanya dan itu membuat Iqbaal semakin penasaran.

🌹

Vommet jangan lupa.
Semangat puasanya.

HOW DEEP IS YOUR LOVE?Where stories live. Discover now