BAB 9 b

3.2K 371 0
                                    

Seorang laki-laki sedang memperhatikan dua orang yang sedang duduk di restaurant yang berada di mall itu. Laki-laki itu mengepalkan jemarinya ada kemarahan yang terpancarkan di matanya.

Ingin rasanya dia berdiri di antara mereka tapi waktunya belum tepat, dia harus menyelesaikan urusanya yang lebih penting dulu. Laki-laki itu meninggalkan restaurant itu.

🌹

Iqbaal dan Caitlin sekarang berada di restaurant yang menjadi tempat favorit mereka sejak pertama kali kakak perempuanya mengajak mereka. Caitlin paling suka duduk di sofa panjang yang ada di restaurant ini. Mereka berdua juga akan lupa waktu bila sudah berada disini.

Restaurant ini cocok untuk anak muda jaman sekarang, banyak juga anak muda yang nongkrong di sini. Salah satu daya tarik restaurant ini adalah wifi geratis jadi jangan heran bila banyak anak sekolahan atau mahasiswi berada di sini.

"Kalau makan jangan kaya kambing." Iqbaal mengambil minumanya.

"Perasaan gue makan pake tangan ga pake mulut."

"Tolol."

"Gimana mau pinter di bilang tolol mulu."

"Takdir lo jadi tolol."

"Takdir tolol gue bisa di ubah kali."

"Kalau buat lo mah kaga."

Caitlin menendang kaki Iqbaal dari kolong meja. "Nyebelin banget jadi abang."

"Aduh, sakit tolol." Iqbaal menatap tajam kearah Caitlin tetapi Caitlin bersikap biasa saja.

"Kapan mau nembak kak (Namakamu)?" Caitlin memasukan suapan terakhirnya kedalam mulutnya.

"Secepatnya." jawab Iqbaal lantang.

"Beneran suka sama kak (Namakamu)?"

"Gak."

"Anjir." Caitlin mendang kaki Iqbaal lagi. "Kenapa bilang suka bego."

"Biar lo ga bacot." Ucap Iqbaal sambil mengelus kakinya yang kesakitan.

🌹

(Namakamu) sedang duduk di halam belakang rumah Iqbaal dengan secangkir susu coklat di tanganya. Sore tadi hujan deras, setelah hujan reda (Namakamu) membuat susu coklat yang sedang di pengangnya itu. Malam ini cukup dingin, dia kedinginan tapi dia enggan untuk meninggalkan tempat ini, dia merindukan sosok yang selalu melindunginya saat kecil.

Air mata (Namakamu) keluar tampa seijin darinya. Seseorang duduk di sebelahnya dan itu membuat (Namakamu) buru-buru menghapus air mata yang tadi keluar.

"Ngapain di sini?" Suara itu tidak asing di kupingnya, itu suara yang berhasil membuat jantungnya tidak sehat. Seperti saat ini (Namakamu) berusaha mati-matian agar seseorang di sebelahnya tidak mendengar detak jantungnya.

"Nyari udara segar." (Namakamu) meminum susu coklat itu agar hawa dingin yang menyerpa kulitnya menjadi hangat.

Suasana menjadi hening tidak ada yang bersuara dari keduanya. (Namakamu) sibuk dengan pikirannya sendiri.

"(Nam)..." suara Iqbaal berhasil membuyarkan pikiran (Namakamu).

"Iya?" (Namakamu) mentap Iqbaal yang berada di sebelahnya.

"Kenapa?" (Namakamu) mengerutkan keningnya.

"Maksudnya?"

"Kenapa lo cantik banget." Seketika pipi (Namakamu) berubah menjadi merah.

"Apaan sih lo." (Namakamu) memukul lengan Iqbaal karna salah tingkah.

"Kenapa lo nangis?" Pertanyaan Iqbaal berhasil membuat (Namakamu) membeku. Mengapa lelaki di sebelahnya ini bisa tau kalau dirinya abis menangis.

"Si... Sipa juga yang nangis." (Namakamu) tersenyum kecil.

Iqbaal tidak berbicara lagi dia memperhatikan wajah gadis di sebelahnya itu, setelah itu Iqbaal kembali mengarakan pandangannya kelantai.

"Gue punya kakak." (Namakamu) memberhentikan ucapannya dia melihat Iqbaal yang sedang menatap lantai. "Setiap kali gue liat lo sama Caitlin gue jadi inget kakak gue."

Iqbaal menolehkan kepalanya menatap (Namakamu) yang juga menatapnya. "Gu... Gue kadang iri liat lo yang perhatian banget sama Caitlin." (Namakamu) gugup saat Iqbaal juga melihatnya. Akhirnya (Namakamu) melihat lurus kedepan.

"Kenapa lo ga hubungin kakak lo aja?"

"Gue ga tau dia sekarang dimana baal dia ikut ayah dan mereka berdua ga ada kabar."

"Jadi keluarga lo?"

"Iya keluarga gue udah rusak, ayah sama ibu udah pisah waktu gue umur 7 tahun." Sekelebat bayangan itu mucul dibenaknya.

(Namakamu) menutup matanya dengan kedua tanganya. Tangisnya pecah lutunya dia naikan dan langsung memeluknya.

Iqbaal yang melihat (Namakamu) menangis seperti itu jadi bingung ingin melakukan apa. Biasanya kalau Caitlin menangis Iqbaal langsung memeluknya.

Akhirnya Iqbaal menarik tubuh (Namakamu) agar dekat denganya, memeluknya dengan ragu-ragu.

(Namakamu) membalas pelukan Iqbaal dengan erat air matanya membasahi kaus hitam milik Iqbaal. Sekarang hatinya sakit.

Iqbaal mendengar tangisan (Namakamu) yang sangat pilu itu mengelus puncak kepala (Namakamu) sangat pelan memberikan ketenangan untuk gadis di pelukanya saat ini.

🌹

Hallo minal azin walfaizin ya.
Maaf baru muncul sekarang hehe
Ini kelanjutan bab 9 jadi sedikit ceritanya bab 10 insallah secepatnya deh
Jangan lupa votenya.

HOW DEEP IS YOUR LOVE?Where stories live. Discover now