BAB 15

3K 296 4
                                    

Lorong ini sunyi, tidak ada siapapun yang berada di sini. Hanya satu orang yang sedang duduk di kursi memainkan jemarinya dan menunduk. Gelisah itu yang di rasakan Iqbaal sekarang. Saat ini dia berada di salah satu rumah sakit yang sering dia kunjungi.

Di dalam pikiranya sedang memutarkan kejadian masalalu yang dia lewati bersama gadis kecil yang menggemaskan. Di sana Iqbaal sedang mengejar gadis kecil itu untuk menangkapnya, tetapi selalu gagal karna gadis itu sangat lincah.

Iqbaal menutup matanya agar bayangan itu hilang dari pikiranya, saat ini jantung berdetak melebihi ritmenya dan hatinya juga merasa sakit mendengarkan penjelasan yang tadi dokter berikan.

Caitlin gadis itu saat ini sedang tertidur di atas ranjang dengan alat bernafas juga infusan yang berada di tangannya.

Rasanya Iqbaal ingin menangis saat melihat adik tersayang dengan kondisi seperti itu.

"Ah!Kenapa harus kejadian lagi." Iqbaal memijat pelipisnya yang terasa pusing itu.

Iqbaal berdiri dari duduknya, berjalan dengan kepala menunduk melihat keramik yang berwana putih itu. Karena dia tidak melihat ke arah denpan, dia mebarak sesorang yang berada di depannya. Iqbaal mengangkat kepalanya melihat siapa yang dia tabrak. Lima dektik dia menatap wajah itu, lalu dia langsung memeluk gadis di depan.

Gadis itu membalas pelukan Iqbaal dan mengelus punggunya. Agar Iqbaal bisa tenang.

"Baal."

Suara itu membuat Iqbaal semakin mengeratkan pelukanya, dia merasa nyaman. "Kamu gak boleh kaya gini, kamu harus jadi penyemangat buat Cait."

(Namakamu) tetap mengelus punggu Iqbaal. "Cait pasti sedih liat kamu kaya gini."

Iqbaal melepas pelukanya dan menatap (Namakamu). Ucapan (Namakamu) membuat Iqbaal sadar seharusnya dia tidak bersikap seperti ini.

(Namakamu) mengarahkan tangannya ke pipi Iqbaal dan mengelusnya. "Kita sholat yuk udah azan asar, terus kita doa ajak temen kamu juga."

Iqbaal tersnyum, lalu mengambil tangan (Namakamu) yang ada di pipinya lalu mengarahkan telapak tangan gadisnya ke depan bibir dan mencium dengan sayang. Lima detik lamanya, Iqbaal melepaskan tangan (Namakamu).

"Terimakasih."

Senyuman manis saat ini berada di wajah cantik (Namakamu). Iqbaal kembali memegang tangan (Namakamu) dengan erat lalu berjalan kembali dengan di ikuti (Namakamu) di sampingnya.

🌹🌹🌹

Suara nafas Caitlin terdengar jelas di telinga Ari yang sedang duduk di sebalah Caitlin. Ari sama pakniknya dengan Iqbaal, tetapi cowok itu masih bisa menahan rasa khawatirnya. Seandainya saja, satu jam yang lalu dia tidak menuruti permintaan Caitlin dan langsung membawa gadis itu pulang, pasti Caitlin tidak berada di tempat ini dengan infusan yang berada di tangannya juga alat bantu benarfas dihidungnya.

Ari mengeratkan genggaman tangan Caitlin saat bayangan kejadian satu jam lalu berputar dipikirannya.

"Kita pulang ya Cait."

"Bentar ya kak, Yah... Kucingnya lari lagi kan kakak sih ngajak aku ngobrol jadi lepas deh, kakak tunggu sini ya."

Caitlin melepaskan genggamannya dari Ari lalu berlari mengejar kucing yang sudah lumayan jauh. Ari tidak tinggal diam, dia juga mengajar Caitlin agar gadis itu menghentikan kegiatan yang akan membuatnya kesakitan.

"Cait berhenti!"

Catlin berhenti seketika dan memegang dadanya. Ari langsung mencepatkan langkanya mendekati Caitlin.

HOW DEEP IS YOUR LOVE?Место, где живут истории. Откройте их для себя