Chapter XI

39.9K 4.9K 143
                                    

Heart Decor ini memakai  sudut pandang orang pertama tunggal. Jadi, dari awal sampai akhir nanti hanya akan ada POVnya Jenna.
"Yah, jadi nggak bisa tahu isi kepalanya si anu, si itu, si ono dan si inu dong?"
Indeed.
Tapi, menurut saya memang nggak boleh dicampur-campur, harus konsisten. Kalau lantas jadi bikin gregetan, yaaa... itu sih derita kalian 😂😂😂😂
================================



Aku bangkit dari rebahan dengan malas saat terdengar gedoran di pintu.

"Jenn, nggak ngantor?"

Kenapa pagi-pagi begini Reno sudah ribut?
Kuseret langkah malas, kepalaku terasa agak pening.

"Apa sih?! Pagi-pagi berisik!" hardikku.

"Sudah setengah tujuh lebih," kalimatnya terhenti. Mengamatiku. "Sakit?"  tanyanya.

Aku menggeleng.

"Pucet gitu?"

Aku mendengus, "Bawel! Sana!"  usirku. "Mau mandi dulu," 

Tanpa menunggu jawabannya, sedikit kubanting pintu kamar. Harus ke kantor. Ya ampun, padahal aku masih sangat ingin tidur lagi. Jam berapa ya, aku tidur semalam?

"Sakit, Jenn?" tanya Mama saat aku duduk di meja makan. Aku menggeleng.

Semua orang sepertinya sudah selesai dengan sarapan mereka. Kulirik mangkuk besar berisi sup ayam dan piring rolade daging di tengah meja. Tapi pilihanku jatuh ke selembar roti tawar dan segera mengoleskan nutella tebal-tebal ke atasnya.

Sambil mengunyah kulirik Papa. Sial. Beliau juga sedang mengamatiku.

"Aku nggak apa-apa, Papa,"

"Kalau nggak enak badan, nggak usah ngantor." Aku mengangguk. Tapi kalau tidak ke kantor, mau apa aku di rumah?

"Kamu beneran nggak apa-apa?" tanya Papa lagi.

"Enggak, Pa. Kecapekan saja sih, mungkin," jawabku sambil lalu.

"Wajahmu pucatnya nggak wajar lho, Jenn," kata Papa. Nada bicaranya serius. Aku meringis.

"Enggak deh, biasa aja kok,"

"Kurang tidur aja kali, Pa, si Jenna," celetuk Reno tiba-tiba. 

"Kenapa sampai kurang tidur?"

"Banyak kerjaan, Pa. Nggak kenapa-kenapa," .

Reno mencibir, "Pa, beneran nggak, patah hati itu  bisa memicu insomnia dan klinomania?"

Apa-apaan lagi itu Reno?!
Kulihat Papa mengernyit bingung. Menatap dan Reno berganti-ganti.

"Patah hati dengan cepat akan mengacaukan pikiran, menimbulkan stres, memicu pelepasan hormon kortisol. Produksi kortisol yang tinggi menyebabkan sulit memejamkan mata walaupun keadan tubuh sangat lelah. Efek paling umum adalah kalaupun bisa tidur, kualitas tidurnya tidak bagus. Setelah terbangun badan masih terasa nyeri jadi memicu keinginan untuk berbaring-baring saja lebih lama," gumam Adrian kemudian. Dan dengan menyebalkan Reno menyeringai penuh konspirasi padanya.

Adrian salah pilih menu sarapan atau apa?
Kenapa dia jadi ikut-ikutan mulut ember seperti Reno?

"Ngomong apa sih, kalian ini?"

Tapi Reno malah hanya senyum-senyum. Tak menjawab. Harusnya tadi kusapukan makeup lebih tebal dari biasanya, daripada harus mendengar segala pertanyaan khawatir dan ocehan omong kosong seperti ini. Duh, Mama juga sudah mulai memasang ekspresi khawatir berlebihan semacam itu pula!

Heart Decor Where stories live. Discover now