Chapter XVI

36.8K 4.9K 116
                                    

Sambil menunggu Mas Chandra, aku iseng dengan ponsel membuka beberapa akun sosmedku. Tak ada yang menarik di path dalam dua hari ini. Facebook entah sejak kapan jadi terasa sangat menyebalkan. Twitter terlalu berisik dan arus informasinya terlalu deras. Instagram atau pinterest jauh lebih akomodatif untuk orang-orang perancangan seperti aku.

Beberapa akun arsitektur dan desain ruang selalu berhasil memanjakan mata, membuat kepalaku selalu terisi ide-ide baru untuk diterapkan di proyek-proyek desainku selanjutnya. Saat menggeser layar, pandanganku jatuh ke satu foto.

Itu akun Tante Va. Dia dan suaminya sepertinya sedang travelling lagi. Aku menyipit mengamati, eh, apa itu di Lombok?

Kuketik sesuatu di kolom komentar.

@chrys_jenna Lombok tante? Si Om masih errrr aja 😂😂😂

Lalu aku melanjutkan menggeser-geser layar lagi. Satu notifikasi masuk.

@vala_sukma eh, iya, sayang 😊😊 main ke sini 🙋🙋 cantik pantainya

@chrys_jenna cantik, tapi kalau yang ke sana masih jomlohhhh 😖😖😖

@vala_sukma 😁 cari pacar makanya

@chrys_jenna tante sih enak 😖😖 pinjem si Om kalau gitu, boleh? #ehhh 🙊🙊

@vala_sukma 🔪🔪🔪🔫🔫🔫💣💣💣💉💉💉 #pilihmana😳

@chrys_jenna ampunnn tante😭😭

Aku nyengir sendiri. Tante Va posesif sekali pada suaminya. Padahal, kalau tidak salah mereka kan seusia Papa dan Mama. Tapi, masih saja terlihat hangat, sering jalan-jalan seperti pasangan yang masih muda. Itu alasannya aku suka mereka. Eh, tapi sepertinya sudah lama sekali mereka tidak berkunjung ke rumah kami.

Lalu mendadak sebuah pikiran iseng melintas di kepalaku. Dan kuketikkan sesuatu di tab search.

Eh, ketemu.
Tapi,

Lalu kuketik satu username lagi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Lalu kuketik satu username lagi.
@dinarveniara

Ada beberapa akun yang muncul. Kuteliti satu per satu. Tapi tepat ketika kuyakin itu akun yang kucari,
@dinar_venya
Akunnya juga di-private.

Sudahlah, Jenn. Mungkin Tuhan, atau instagram, justru sedang bermurah hati. Tidak tahu, terkadang malah lebih bahagia. Ingat itu.

"Jenn,"

Kumasukkan ponsel lagi ke dalam tas. Berdiri saat melihat Mas Chandra mendekat.

"Ayo,"

Maka kamipun berangkat. Ke gedung milik Grup Buana di kawasan bisnis Simpang Lima City Centre. Ini pertemuan kedua kami dengan mereka. Di pertemuan pertama masih ada sekitar enam firma konstruksi lain yang juga mengajukan penawaran desain, lalu setelah melalui penyaringan lagi, hari ini kami tinggal mengadu konsep dengan dua firma lain.

Heart Decor Where stories live. Discover now