Chapter XXIV

36.8K 6.1K 546
                                    

"Saya nggak tahu kalau ternyata Pak Ferdi suka bercanda,"

Setelah saling diam canggung selama beberapa jeda--aku yang canggung, dia sepertinya tidak--akhirnya itu yang bisa kukatakan. Aku mencoba tertawa lagi, tapi bahkan otot di sekitaran mulutku ikut terasa kaku.

"Selalu perseptif pada orang lain," gumamnya. "Atau hanya kepada saya?"

Nada bicaranya mirip keluhan, sedikit terasa menuduh. Tapi, kalau boleh jujur dia ada benarnya. Karena biasanya aku memang cenderung terbuka dan pilih tak berprasangka kepada orang lain.

"Tanyakan saja pada Erfan. Atau Chandra sekalipun, mereka tahu seperti apa saya dengan sangat baik,"

"Apa saya memang harus bertanya, apa pentingnya?"

"Saya pikir harus, jadi Mbak Jenna nggak selalu salah menarik kesimpulan tentang diri saya,"

"Kalau saya benar-benar bertanya, memangnya apa yang akan mereka katakan?"

"Mungkin salah satunya adalah, bahwa untuk hal-hal tertentu, terutama hal yang penting dan mendasar, saya nggak suka membuatnya jadi bahan candaan,"

Yeah, dia memang tidak kelihatan seperti sedang bercanda. Tapi sejauh apa aku mengenalnya, bisa saja aku lagi-lagi salah persepsi seperti yang dia tuduhkan tadi.

"Saya nggak paham, apa maksud pertanyaan Pak Ferdi tadi," jawabku jujur. Karena masih merasa bingung. "Saya memang akan tinggal di sini kan, untuk mengerjakan villa ini, lalu melanjutkan dengan proyek resort?"

Dia menggeleng. "Bukan seperti itu maksud saya,"

"Lalu?" tanyaku. Dan kurasakan jantungku masih saja mengentak-entak memukuli rusuk, sampai rasanya menyakitkan.

"Tinggal di sini, dan menjalin sebuah... hubungan?" ucapnya pelan. Matanya tak lepas menatapku.

Oh. Jadi itu maksudnya.
Benakku masih berusaha mencerna. Dan tak juga kutemukan simpulannya.

Menjalin hubungan? Hubungan macam apa memangnya, yang bisa ditawarkan lelaki yang sudah punya pasangan dan sudah merencanakan punya anak? Memangnya aku kelihatan se-murahan itu? Tinggal di sini bersamanya? Apa dia sudah gila? Oh, kalau pun tidak gila, aku mulai percaya kalau dia memang benar punya kepribadian ganda.

Kutarik napas dalam. Berusaha meluruhkan emosi yang mendadak menggumpal dalam dada. Tantri pernah bilang, lelaki tampan itu bebas, sah-sah saja melakukan apapun yang dia suka. Tapi bagiku itu hanya teori yang sedari awal kupercaya sangat-sangat ngawur dan salah kaprah. Lelaki ini memang... yah tampan. Tapi aku masih punya harga diri, dan itu salah satu alasan dia tak boleh bertindak semaunya, melakukan apapun yang dia suka.

Aku menggeleng.

"Di sini saya sedang bekerja, Pak Ferdi. Jadi biarkan saya bersikap profesional. Tolong, masalah pribadi semacam ini dikesampingkan dulu,"

Untuk beberapa saat setelahnya dia hanya diam, sempat mengernyit mendengar jawabanku.

"Sikapmu lama-lama menyebalkan, ya, Jenn?" gumamnya, setelah mendengus pelan. "Mau membalas apa yang kukatakan tadi?"

Aku mengerjap. Bukan hanya karena mendengar perubahan dari caranya bicara dan menyapaku. Tapi juga karena senyum mencibir bercampur ekspresi jengkel yang kulihat di wajahnya.

Membalas? Membalas apanya? Aku mengatakan itu hanya karena tak tahu harus menjawab apa terhadap tawarannya itu. Tawaran tak masuk akal yang aku bahkan tak yakin dia katakan dengan serius atau sekadar candaan. Menanyakan kepada Mas Erfan atau Mas Chandra seperti yang disarankannya? Tidak, aku belum siap menelan rasa malu kalau harus menanyakan hal pribadi semacam itu.

"Apa saya salah bicara lagi?" balasku. "Kalau memang itu salah, saya jadi bingung harus menjawab seperti apa. Padahal saya berusaha menjalankan proyek ini seperti kemauan Pak Ferdi. Profesional."

"Profesional. Profesional. Profesional." Gumamnya. Terdengar seperti menggerutu Kemudian kudengar dia melepas desah, dan melempar lagi pandangan ke tebing di bawah.

"Sesukamu saja lah, memangnya aku bisa apa? Tapi kalau kamu pilih bersikap seperti itu, aku juga punya pilihan sikapku sendiri,"

"Sesukamu saja lah, memangnya aku bisa apa? Tapi kalau kamu pilih bersikap seperti itu, aku juga punya pilihan sikapku sendiri,"

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Tbc.

Pendek aja udah. Biar yang baca pada marah-marah 💃💃💃
Lagian ya, yang ditawari siapa, yang kebaperan siapa. Dasar kalian semua kegatelan!
#kemudian diguyur kuah seblak 😂

@mala
25Juli2017

Heart Decor Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt