Chapter XII

35.4K 5.4K 271
                                    

"Ng... Mas Chandra tadi dengar apa saja memangnya?"

"Semuanya sih,"

"Eh, semua?"

Duh, Gusti.
Mau ditaruh di mana coba mukaku? Dia dengar semuanya. Semuanya. Kalau saja bisa, ingin sekali rasanya mengubur diri dari kaki sampai kepala.

"Err, serius, Mas?"

"Iyalah, Jenn!"

Mas Chandra menatapku serius dari seberang meja. Duh, bagaimana ini?

"Itu, beneran nggak?"

"Eh, ng... beneran apanya, Mas?"

"Yang dibilang Tantri," jawabnya. "Di halaman samping kantor tadi pagi,"

Oh.

"Beneran lah, Mas. Tantri mana pernah bohong sama aku," jawabanku meluncur begitu saja tanpa mencerna lebih dulu apa sebenarnya maksud pertanyaannya. Tapi, kenapa muncul semacam ekspresi lega di wajahnya?

"Mas, ini tadi aku dipanggil ke sini sebenarnya dalam rangka apa kah?" selidikku.

Dan Mas Chandra mendadak jadi seperti salah tingkah.

"Aku minta maaf, itu tadi bukannya aku sengaja mau menguping pembicaraan kalian. Tapi, aku penasaran kenapa si Tantri kamu tarik-tarik begitu, "

Aku menunggu dia bicara lagi.

"Jadi aku nggak sengaja dengar pembicaraan kalian,"

"Aduh, Mas. Itu pembicaraan yang nggak penting, itu cuma-"

"Ya tapi penting buatku,"

Lho?
Ada apa ini?
Aku jadi penasaran. Dan, kenapa aku merasa seperti muncul rona-rona tak wajar di wajah Mas Chandra setelah apa yang dia katakan barusan?

Aku mengerjap.
Ya ampun, jangan-jangan...

"Ng, Mas Chandra... " aku berdeham canggung.

Ini sedikit meragukan, sedikit mencurigakan. Aku tak terlalu yakin, tapi apa kuberanikan diri menanyakan saja ya?

"Suka sama... Tantri?"

Tapi bahkan sebelum aku sempat menyesali kelancanganku, dia sudah mengangguk pelan. Dan nyengir salah tingkah. Kontan aku bengong sendiri.

"Kok bisa sih?"

Dia mengangkat bahu, bergumam sambil mengetuk-ngetukkan pena ke meja. Tersenyum masih sedikit nyengir kepadaku. "Sejak kalian berdua masuk ke sini, aku sudah berpikir, anak ini lucu,"

Haha, jadi menurut Mas Chandra si Tantri itu lucu? Apa dia hanya mencandaiku? Eh, kenapa aku luput memperhatikan ya? Atau memang selama ini dia tutupi? Ekspresinya saat bercerita tentang Tantri...

Aku menyipit curiga, "Mas, jangan bilang kalau kamu sudah suka dengan Tantri sejak-"

"Iya, memang," potongnya. Lalu nyengir lagi. Akupun melongo, lagi. "Tapi, kamu tahu sendiri kan, aku masih bersama Lydia."

"Tantri bukan alasan Mas berpisah dengan Mbak Lydia kan?"

Bagaimanapun aku khawatir, khawatir untuk Tantri kalau sampai dia jadi penyebab perpisahan orang lain. Walaupun dia sendiri juga tak menyadarinya. Tapi, riskan saja menurutku.

"Aduh, enggak lah, Jenn. Aku nggak sedramatis itu kok. Kami memang... apa ya, memang sudah terlalu nggak cocok sepertinya. Itu jauh sebelum kalian datang ke sini. Sejak di awal pernikahan," dia tersenyum pahit.

Aku tak tahu bagaimana harus menanggapi.

"Aku sepertinya memang sudah suka dengan dia sejak lama tapi... "

Heart Decor Where stories live. Discover now