Chapter XVII

39.9K 4.8K 115
                                    

Aku putuskan tidak akan mengikuti akun instagram Pak Ferdi, atau dokter Venya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku putuskan tidak akan mengikuti akun instagram Pak Ferdi, atau dokter Venya. Buat apa? Hal mendasar sudah kutahu. Tak perlu mencari lebih banyak lagi.

Mas Chandra membawa mobilnya langsung kembali ke kantor dari gedung grup Buana. Sesampainya di lobby, saat bertemu Tantri, langsung kupeluk dia sambil memekik pelan.

"Lombok, Tant! Finally..."

Kulihat Mas Chandra hanya mencibir melihatku, melewati kami masih dengan pembicaraan teleponnya dan langsung bergegas masuk ke ruangannya.

"Gol ya?" tanya Tantri. Aku mengangguk cepat. Tersenyum lebar.

"Padahal aku juga mau ikut," Tantri cemberut. Senyumku memudar.

Kami sangat ingin pergi ke Lombok, entah itu untuk urusan pekerjaan, atau sekadar untuk traveling, berdua. Saat Mas Chandra mulai membicarakan kepada kami tentang rencana ArchiTera mengikuti tender grup Buana, kami sudah menyusun banyak sekali rencana. Bukan karena Tantri kini ada hubungan istimewa dengan Mas Chandra lantas portofolionya jadi diprioritaskan untuk direkomendasi kepada developer, tapi gaya desain Tantri memang unik dan punya ciri khas. Mas Chandra mengatakan pada kami tentang hasil meeting presentasi yang pertama bahwa salah satu alasan mereka meloloskan ArchiTera ke tahap selanjutnya adalah karena terkesan dengan desain yang aku dan Tantri tawarkan.

Tapi, Tante Irma masih menjalani terapi dalam kurun waktu dua bulan ini. Tantri mana bisa meninggalkannya? Sama sepertiku, dia juga tiga bersaudara dan satu-satunya anak perempuan dalam keluarga. Hanya saja, dia terlahir sebagai anak bungsu. Kakak-kakaknya sudah berkeluarga dan tinggal di luar kota, jadi sejak papanya meninggal sekitar empat tahun lalu, praktis Tantri hanya hidup berdua bersama mamanya.

"Ng, kamu mau aku berangkat nggak?" tanyaku. Aku gembira dengan proyek ini, tapi juga tak enak hati. Tantri malah melotot.

"Jenna oneng, ya berangkat lah! Ngapain juga nggak berangkat!" dengusnya.

"Tapi kamu nggak berangkat,"

Dia memutar bola mata, "Dih, sok iye, kalau jadi kamu, aku sudah mulai packing-packing dan hunting bikini dari sekarang!"

Mau tak mau aku jadi tertawa.

"Gimana meeting tadi?" tanyanya saat kami sudah duduk di meja masing-masing.

Aku menyelidiki ekspresi ingin tahunya. "Mas Chandra nggak cerita apa-apa sebelumnya?" dia menggeleng. Mengangkat alisnya.

"Cakep?" tanyanya antusias saat kuceritakan tentang Pak Erfan dan proses penunjukan pemenang tender itu. Tantri bisa dibilang cukup terkejut juga, tapi dia antusias dengan keberhasilan ArchiTera memperoleh proyek ini.

"Lumayan,"

"Eksmud ya, sampai sebegitunya. Apa dia itu pemilik Grup Buana?"

Aku mengangkat bahu, tak bisa menjawab keingintahuannya karena memang sedikit sekali yang kutahu tentang calon klien kami itu. Aku hanya tahu dia teman Mas Chandra. Dan Tantri bisa menanyakan itu kepada Mas Chandra nanti kalau memang dia penasaran.

Heart Decor Where stories live. Discover now