Chapter XXVI

51.4K 6.2K 503
                                    

Saat aku terbangun, hari sudah sore. Entah berapa jam seharian tadi aku tertidur, sepertinya karena pengaruh obat. Tapi, pening di kepalaku sudah mulai mereda. Kamar sepi. Pak Ferdi sepertinya sudah pergi, tidak ada tanda-tanda bekas keberadaannya. Yah, bukannya aku kecewa karena terbangun dan menemukan dia tak ada. Sudah bagus dia menemani dan membantuku tadi pagi. Sementara pasti sebenarnya ada banyak hal yang harus dia kerjakan.

Biar saja, besok kalau bertemu aku akan mengucapkan terima kasih kepadanya.

Kamar mulai sedikit gelap, jadi aku beringsut menjangkau nakas, berniat menyalakan lampu. Tapi apa yang kutemukan di sana membuatku terdiam.

Sebuket... tulip biru?

Pelan aku bangkit, menurunkan kaki ke lantai dan mengubah posisi jadi duduk di tepian ranjang. Kuraih buket itu setelah menyalakan lampu. Kuhidu aromanya. Lalu tersenyum sendiri. Ini memang tulip biru.

QSiapa yang mengirim bunga cantik ini?

Tak ada kartu apapun. Aku juga tidak ingat ada staf hotel yang masuk dan mengantar buket ini. Mungkin saat aku tidur tadi. Ah, sudahlah.

Kuambil dan kunyalakan ponsel. Seketika berdenting-denting aneka notifikasi masuk. Kuabaikan sementara, dan memutuskan mengambil foto buket cantik itu, secara impulsif segera mengunggahnya ke instagram. Karena, ya ampun, bunga ini memang cantik sekali...

Aku masih memandangi buket itu dengan bahagia saat mendengar denting notifikasi masuk lagi. Kuabaikan yang berasal dari instagram, dan beralih membuka whatsapp. Pesan dari Mama, menanyakan apa aku sudah makan dengan benar.

Beliau sedang menghadiri pekan pertemuan ikatan dokter anak jadi sepertinya sibuk dan tak menyadari sejak semalam ponsel tak kunyalakan. Lebih baik beliau memang tak tahu, Mama bisa sangat gaduh kalau sedang mengkhawatirkan anak-anaknya. Lagipula kondisiku juga sudah membaik.

Lalu masuk rentetan pesan lain yang kubaca satu per satu.

Tantri Amalia
Ciye
Tulip biru
Jauh-jauh ke Lombok
Nolak dokter dua
Malah dapat tukang bunga
Something something blossoming lah si oneng

Tantri sialan!

Adrian Yordan
Jenn,
That was awesome!
Siapapun yang mengirim itu,
Dia luar biasa niat

Dahiku berkerut. Luar biasa niat apanya? Memangnya Adrian mengerti bunga?

Moreno Yordan
Jenn, gimana
Taruhan kita?
Kugandakan lah ya
Moreno sents you a photo
Aku dandan kayak gini kalau kamu sampai menang hahahaha

Kuamati foto yang dikirim Reno. Sinon Loresca yang mengenakan heels seperti biasa, tapi kali ini berdandan lengkap dengan gaun merah ala gala dan tiara ratu kecantikan bertengger di kepala.

Aku menggeleng sendiri. Apa Reno sudah hilang akal? Kadang aku heran, bagian kromosom dari Mama atau Papa yang mana, yang berkontribusi menghasilkan anak dengan kepribadian seperti dia?

Kuabaikan semua pesan itu. Tak ada yang kubalas. Kecuali pesan dari Mama.

Lalu kuletakkan ponsel. Dan memandangi buket itu lagi. Tersenyum sendiri sambil mengira-ngira. Siapa ya, yang mengirimnya?

***

Seharian aku tak melihat Pak Ferdi, padahal aku berniat mengucapkan terima kasih. Aku belum meninjau villa lagi, hanya menelepon dan meminta mandor yang mengawasi mengirimkan foto-foto. Demamku memang sudah reda. Tapi masih tersisa rasa pusing di kepala. Kemarin kan Pak Ferdi juga sudah bilang, kalau kondisiku belum membaik benar, aku tak perlu buru-buru datang dan memeriksa villa.

Heart Decor Where stories live. Discover now