Wattpad Original
Ada 23 bab gratis lagi

Part 16 - Third Deal

258K 25.4K 1.9K
                                    

"Apa maksudnya semua ini?!" bentak Nic sambil menuju tempat favoritnya di sudut lift setelah Daniel melepaskannya.

"Aku sudah memikirkannya sejak kemarin..."

"Anda sudah terlalu sering berpikir..."

"Jangan memotong, Evelyn! Aku sudah memikirkannya dan aku memutuskan mengalah."

Nic kebingungan. "Mengalah?"

"Benar. Kulihat sepertinya kau tidak suka bekerja padaku."

"Anda baru menyadarinya sekarang?!" Nic bertanya setengah tak percaya. Selama ini ia tidak habis pikir bahwa Daniel menganggapnya bahagia bekerja di sana. Pria itu memang terlalu percaya diri pada semua hal. "Tapi syukurlah anda sadar meski terlambat."

"Kau ingin menjadi tim penata musik, bukan? Akan kuberikan kesempatan itu."

"Tim...penata...musik?" mood Nic seketika berubah drastis. Ia menutup mulutnya dengan kedua tangan karena takut salah mendengar ucapan Daniel barusan. "Serius, Pak?"

"Tentu saja. Hal itu sangat mudah kulakukan." Daniel tersenyum.

Nic hampir saja ikut tersenyum karena senang tapi ia kembali mendapatkan akal sehatnya dan menatap curiga. Ini semua terlalu cepat dan mendadak.

"Kenapa anda tiba-tiba berubah pikiran?" tanya Nic dengan waspada kembali.

Pintu lift terbuka dan menampakkan beberapa karyawan yang sedang menunggu di lobby untuk naik ke atas. Mereka terkejut melihat Daniel dan langsung mundur kembali. Mereka juga terkejut melihat Nic. Bedanya mereka bereaksi mengerutkan kening.

"Maaf. Masih kupakai." Daniel tersenyum sambil menekan tombol agar lift tertutup lagi.

"Mau atau tidak? Kalau tidak mau, aku juga tidak akan rugi." lanjut Daniel akan pembicaraan tadi.

"Te...tentu saja aku mau. Itu hal yang sudah kuinginkan sejak dulu," jawab Nic cepat-cepat. "Tapi aku sering mendapati bahwa apa yang anda tawarkan selalu di luar prediksiku dan hanya membuatku kecewa." tambahnya lagi dengan wajah cemberut.

"Kali ini aku tidak berbohong. Aku benar-benar akan memberikan kesempatan menjadi penata musik itu padamu,"

Nic berpikir sejenak dan kecurigaannya mulai agak surut. Mungkin saja memang ia akan diberi kesempatan meski hal itu agak sulit untuk ia percayai. Dan semua itu hanya karena Daniel tidak mau ia bekerja pada temannya yang bernama Sean itu?

"Tapi tidak sekarang." lanjut Daniel.

Tuh 'kan?

"Jujur saja, anda memang tidak berniat untuk memberiku pekerjaan itu bukan?"

Daniel berdecak. "Ya ampun, Evelyn. Tidak ada kesuksesan yang diraih tanpa usaha yang keras. Memangnya kaupikir akan ada perusahaan lain yang mau menempatkanmu di posisi itu tanpa pengalaman kerja dan bukti bahwa kau memang lulus dari sebuah sekolah musik yang berkredibilitas? Bukankah kau tidak memiliki ijazah di bidang musik? Atau kau memang punya? Kalau kau memang punya tunjukkan padaku dan aku akan langsung mengangkatmu menjadi tim penata musik saat ini juga."

Tantangan itu langsung membuat Nic tak bisa berkata-kata. Ia baru teringat bahwa ia memang tidak memiliki ijazah di bidang musik meski ia sangat percaya diri dengan kemampuannya. Apa yang diucapkan Daniel memang kenyataan.

"Aku tidak punya." aku Nic. Ia menggeleng dan menggigit bibir.

Pintu lift terbuka lagi dan menampakkan beberapa orang yang ingin turun ke lantai bawah. Nic mematung dan melirik sedikit lewat sudut matanya. Reaksi mereka sama dengan karyawan di lobby tadi.

"Maaf masih kupakai." Daniel kembali menutup lift.

Sial!!

Nic mengerang dalam hati karena baru sadar. Sudah berapa orang yang melihatnya bersama Daniel?!

Tenang...tenang...itu masalah nanti. Yang penting sekarang...

"Nah, sekarang sudah jelas bukan? Sebenarnya kalau dipikir-pikir aku sudah sangat berbaik hati selama ini padamu. Bahkan sekarang aku sudah memberikanmu peluang untuk menata karir yang kauidam-idamkan itu."

"Jadi apa yang harus kulakukan?" tanya Nic langsung tanpa basa-basi. Mau tidak mau ini adalah sebuah kesempatan. Belum tentu kesempatan lain akan datang lagi jadi Nic akan mencobanya.

"Tidak ada. Sekarang kau tidak perlu lagi bekerja menggosok jamban seperti yang kaukeluhkan kemarin. Kebetulan beberapa hari ke depan aku memerlukan jasamu. Kuharap kau akan mengerjakannya dengan sungguh-sungguh karena mulai besok aku akan menilai sikapmu sebagai syarat kenaikan pangkat."

"Menilai sikap?"

"Benar. Biasanya seorang karyawan yang menginginkan kenaikan pangkat seharusnya bisa bersikap lebih manis kepada atasannya."

"Maksudnya aku harus berpura-pura senang pada anda? Begitu?"

"Yah kira-kira begitu," Daniel mengedikkan bahu sambil mengernyit menatap langit-langit sebelum berujar, "Bisakah kau tidak terlalu jujur dalam berbicara?"

"Jadi pukul berapa dan dimana aku harus menemui anda besok?" tanya Nic.

Daniel tidak langsung menjawab tapi ia merogoh kantong jasnya dan memberikan benda itu di tangan Nic.

Sebuah ponsel...dengan merk terkenal yang Nic tahu.

"Belum tentu besok. Nanti kuhubungi saat perlu." ucap Daniel.

Nic masih menatap benda di tangannya itu dengan rasa tak percaya.

"Jangan beralasan apapun lagi karena ponsel itu sudah lengkap dengan pulsa dan juga paket data." lanjut Daniel.

Pintu lift terbuka lagi di lobby. Dan kali ini orang-orang yang mengantri di sana sudah berjubel. Mereka melihat Daniel ingin keluar dan langsung memberikan jalan. Nic tersadar dan ikut keluar mengikuti Daniel. Bisa-bisa tubuhnya yang kecil tergencet mereka semua saat berdesakan memasuki lift.

"Pak!" Rasanya Nic ingin membatalkan panggilan itu karena kini semua orang di lobby memperhatikan mereka. Pasti pemandangan seorang office girl memanggil bos mereka amat sangat aneh.

Tapi Daniel menoleh padanya dan kelihatannya tidak marah dengan kelancangannya itu.

"Apa ini menambah utangku?" tanya Nic ragu-ragu.

Daniel tersenyum. "Tentu saja."

Nic merasa lega. Ia memang tidak ingin Daniel membelikannya. Dan untuk pertama kalinya ia mengucapkan kata itu dengan ikhlas pada Daniel.

"Terimakasih."

Ia tidak melihat ataupun menunggu reaksi Daniel karena setelahnya Nic langsung melangkah pergi.

🌸🌸🌸

DANIEL AND NICOLETTE  (SUDAH DISERIESKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang