The Magazine

54 7 13
                                    

[Aomine Daiki X Fukuda Mika]

.

Disclaimer: Tadatoshi Fujimaki and Fukuda Mika

Plot is mine.

And happy reading!

.

.

.

Suara dengkuran keras memenuhi pendengaran Fukuda begitu dirinya menaiki atap sekolah. Dan ia tersenyum. Dari jauh pun ia sudah mengetahui siapa pemilik dengkuran khas itu.

Sesuai perkiraannya. Di sana ada setubuh tegap yang tertidur menengadah dengan tangannya yang dijadikan bantalan. Wajahnya tak terlihat karena tertutupi oleh sebuah majalah. Dan Fukuda menatap malas pada majalah itu.

"Hoi, Aho! Bangun!" Fukuda menghentakkan majalah itu tepat di atas wajah badass tersebut. Membuat si empunya perlahan membuka mata dengan enggan.

"Mika? Hoaam ..." tangannya refleks menutup mulutnya yang menguap lebar. Membuat gadis yang berdiri itu semakin kesal.

"Hoi! Bangun tidak?! Atau aku akan memanggilkan Imayoshi-senpai ke sini!" lagi, Fukuda memukul-mukulkan majalah itu di atas dada Aomine. Dan sayangnya itu kurang berhasil karena pemuda tan itu memilih untuk melanjutkan tidurnya.

"Tch! Terserah kau sajalah!" Fukuda merenggut kesal. Dengan menghentakkan kakinya, ia pun segera menuju tangga. Tak ada gunanya jika sudah begini.

Greb.

Bugh.

Fukuda segera terbanting ke atas lantai begitu Aomine menarik tangganya. Dengan cepat Aomine pun mengunci pergerakannya.

"Kau tahu? Kau terlalu tidak sabaran," ucap Aomine seraya tersenyum pada kekasihnya itu. Dan di bawah, Fukuda hanya menatap kesal padanya.

"Terserah apapun maumu. Minggir!" tangan Fukuda segera mendorong dada bidang itu menjauhi dirinya. Segera ia bangkit meninggalkan Aomine yang tersenyum aneh pada dirinya di belakang sana.

*****

Fukuda menggeram sendiri kala jam di tangannya sudah menunjukkan pukul setengah enam sore. Jika tahu begini, sebaiknya ia tidak memenuhi ajakan kencan kekasih Ahonya itu. Padahal mereka janjian pukul setengah lima. Dan waktu yang mengaret lebih dari sejam sudah cukup bagi Fukuda untuk melontarkan sumpah serapah sepenuh hatinya.

Lima menit yang Fukuda sengaja bonuskan kepada lelaki itu habis sudah. Dengan tergesa-gesa, ia membereskan tasnya dan beranjak dari dari sofa yang ia duduki. Meninggalkan setengah cola yang di atas meja foodcourt langganan mereka.

Ia akan membuka pintu tepat ketika pintu terbuka dari luar. Seorang pemuda berjaket gelap masuk seraya menenteng sebuah kresek berukuran sedang. Menatap heran pada Fukuda yang menatapnya marah.

"Kau sudah ingin pulang?" tanyanya sarkas. Dan itu sukses membuat Fukuda membelalakkan matanya. Benar-benar aho.

"Memangnya kenapa? Bukankah kita sudah selesai?" tanyanya balik. Dinginnya suara Fukuda tak membuat kesadaran Aomine bangkit.

"Tapi aku baru datang ..."Aomine menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Siapapun yang berada di posisi Fukuda sudah pasti menendang lelaki itu akibat kepekaannya yang sudah di bawah alam sadar.

[Hiatus] Random [Author's Book]Where stories live. Discover now