[OOT] Maybe Interesting for You

60 8 83
                                    

Hai semuanya! Kali ini, Author akan memberikan sedikit cuplikan dari Flutterby: Diaries yang merupakan sekuel dari fanfiction Flutterby yang baru saja tamat minggu lalu.

Oke. Ini sebenarnya cuma coretan absurd. Namun, scene ini mencerminkan apa saja yang akan ada di buku selanjutnya.

Happy reading!

*****

Bulan yang semakin menggelap, menyatu pada kelamnya malam. Sama seperti yang lelaki itu lakukan. Berdiri dalam rumah kacanya seraya mengoperasikan laptop yang tengah terbuka.

"Kukira, semuanya akan tetap menjadi misteri," gumamnya lalu. Iris ruby-nya bersirobok dengan wallpaper laptop yang berganti.

Menampilkan tiga sosok dalam balutan jas putih panjang dan kacamata pelindung. Lupakan dua lainnya. Fokusnya bisa mengetahui kalau salah satu di antara mereka beriris safir walau kacamata itu berwarna biru jernih.

.....

"Aku tidak perlu mengucapkan "selamat datang kembali" padamu, kan?" ujar gadis berkacamata itu kala dirinya menangkap sosok bernetra onyx lewat di depannya.

"Oh ya? Padahal kau sudah mengucapkannya padaku." Seringai lelaki itu mengembang. Tak peduli bahwa perempuan itu merenggut kesal.

......

"Icchin, apakah aku bisa memakai dapurnya?" tanya lelaki bersurai ungu. Perempuan dengan surai senada hanya mengangguk singkat.

"Akan kumintakan izin pada Reikoruchi-san. Namun, setelah ini kau harus berbagi makananmu padaku, Atsu," ujar gadis itu seraya tersenyum tipis.

.....

"Yuka-san! Apa aku bisa meminta bantuanmu?" Gadis bersurai sakura itu menghadang perempuan yang ia panggil tadi. "Bantuan apa?"

"Uhm ... Bantu aku mengenal Yobushina, mungkin?"

Senyum lembut dari pemilik surai cokelat itu pun lahir bersamaan dengan kepalanya yang mengangguki permintaan itu.

.....

"Kau ini pelupa sekali, nanodayo." Lelaki bermegane itu menyerahkan sebuah note beserta bolpoin kepada gadis dengan mahkota hitam kemerahan di depannya. "Untuk apa kau memberiku ini?" tanya gadis itu heran.

"Tentu saja agar kau bisa mencatat hal-hal penting di situ agar tidak lupa. Maksudku, agar kau tidak menyusahkan yang lainnya karena kepikunanmu itu, nanodayo."

.....

"Kuruka-san, apa yang sedang kau gambar itu?"

"Aku sedang-- KYA!! APA YANG KAU LAKUKAN DI SINI KUROKO-KUN?!!"

Lelaki bersurai biru langit itu hanya menatap datar pada gadis bersurai sepinggang di depannya. Sebelum ia menyadari ada bekas sapuan pensil pada pipi gadis itu.

"Sumimasen," ucapnya pelan. Sementara netra gelap gadis di depannya melebar kala ibu jari lelaki itu menyapu pipinya.

.....

"Ayo, Doggy! Kejar dia!" Suara anjing yang menyalak membuat pemiliknya tertawa kecil. Terlebih ketika hewan berbulu gelap itu mengejar lelaki bersurai pirang yang seketika panik.

"Hwaa!! Akiocchi hidoii-ssu!" raungnya seraya terus berlari. Tak sadar jika arah larinya malah menuju gadis itu.

Bugh!

Tak pelak, mereka pun bertabrakan. Membuat keduanya oleng dan segera jatuh bersamaan dengan si perempuan yang berada di atas dada lelaki itu.

.....

"Kau kena hukuman lagi? Sudah kuduga."

"Urusai yo! Siapa suruh sensei membuat soal sesulit itu?!" balas lelaki itu sengit ketika mendengar celetukan gadis beraut pucat di depannya. Sementara perempuan itu hanya tersenyum samar, lantas melenggang begitu saja. Tak melihat raut kemerahan dari lelaki yang baru saja ia tinggalkan.

.....

"Jangan mengira kau bisa mengalahkanku begitu saja!" Lelaki itu menyabetkan pedang kayu di tangannya. Sementara lawannya segera menghindar.

"Seharusnya aku yang mengatakan itu, Baka!" balas perempuan itu sama ketusnya. Dibalasnya sabetan pedang itu, tapi kurang perhatian terhadap pergerakan lelaki itu yang juga cepat berpindah ke belakangnya.

Ia segera menahan napas kala sebuah pedang melintang tepat di bawah dagunya, sementara sebuah tangan juga melingkar di pinggangnya.

"Kau mau lanjutkan di sini atau di tempat lain, Narahashi?" bisik lelaki itu.

.....

"Ahomine! Bangun! Sekarang jadwal piket kita!" teriak perempuan itu. Sementara yang dimaksud hanya mengerjapkan mata sesekali, sebelum menutupnya kembali.

Karena kesal, perempuan itu pun melancarkan tinjuannya. Sayangnya, lelaki itu merespons dengan menangkap pukulan itu, menarik empunya, lantas membalik posisi mereka dengan dirinya ada di atas gadis itu.

"Kau yakin mau piket sekarang, Fukuda?"

.....

"Arisa."

"Harus berapa kali kukatakan! Jangan memanggilku dengan nama kecilku! Hanya Straight yang bisa memanggilku seperti itu!"

Gadis itu berbalik tepat di saat lelaki bersurai merah di belakang menangkap tangannya, lantas mendorongnya ke tembok terdekat. Ia hanya memasang wajah datar di antara kabedon si lelaki yang kini mengeluarkan smirk kecil padanya.

"Jadi, katakan. Apa yang harus kulakukan agar bisa memanggilmu seperti itu?"

.....

"Nyonya."

"Ya? Ada apa, Hakanatsu?"

"Saya menemukan ini di jalan menuju Mezzaluna." Pria bersurai perak itu mengangsurkan sebuah kertas seukuran telapak tangan pada pemilik netra hazel di depannya. Begitu melihat isinya, sontak wanita itu melengoskan kepala.

"Nyonya, apa mungkin...?"

"Ya. Dia telah kembali." Embusan napas panjang menjadi saksi atas seraut kesal itu.

.....

Sementara di benua lain, dua orang lelaki berhadapan. Sementara terdapat berbagai alkohol kelas atas di antara mereka.

"Jadi, bagaimana? Kau mau pergi ke Jepang kan?"

"Tenang saja. Memancing orang seperti mereka itu mudah bagiku."

"Baiklah. Aku serahkan padamu untuk pembukaannya. Biarkan pertengahan dan akhir, aku yang akan mengurusnya."

Lelaki satunya mengangguk, lalu pergi. Menyisakan lelaki bersurai kelam dengan safir yang menatap pada kejauhan.

"Oleh-oleh apa yang sekiranya cocok kubawakan untuk kalian berdua, hm?"

*****

Tuh kan. Absurd sekali ya? Apalagi kalau jadi nanti 😂

Oke. See you next time!

Hope you like it!

[Hiatus] Random [Author's Book]Where stories live. Discover now