Our Stories

54 7 2
                                    

[Nijimura Shuuzou X Yousuka Ainawa]

.

Disclaimer: Tadatoshi Fujimaki dan Heaira Tetsuya.

Plot is mine.

And happy reading!

.

.

.

Sebuah tulang menjari memangku wajah itu. Mata yang terlapisi oleh setipis kaca bening menatap kosong ke depan. Entah peta apa yang dibawa oleh pikirannya hingga tersesat tak karuan di alam sana. Sedangkan jemari satunya tak sadar memberikan ujung polpen sebagai pelampiasan dari gigi yang selalu gemeretak itu.

Wangi urang aring menguar dari rambut sepinggang yang ujungnya masih basah itu. Namun si empunya tidak peduli. Walau -mungkin- ia sadar kalau lembaran bukunya sudah terhiasi oleh pulau abstrak dari helai kehitaman itu.

Entah sudah seberapa jauh pikirannya mengembara. Hingga hilang koneksi dengan raganya yang kini ditemani oleh seseorang. Sosok itu tak berusaha menyambungkan tali pengikat. Malah terus mengulur tali itu guna mencari sesuatu.

"Ai."

Suara berat pemecah keheningan terdengar. Namun tak memiliki cukup daya untuk mengembalikan sukma gadis yang masih membisu.

"Hm?" Letupan udara terdengar sebagai jawaban. Memberi keyakinan bahwa sosok itu tak kehilangan nyawa.

Lelaki bernama Nijimura Shuuzou itu hanya membuang napas. Sedikit kesal dengan sikap seorang Yousuka Ainawa yang mudah tersesat di labirin pikirannya. Ia memangku wajahnya menggunakan kedua tangan. Memandangi wajah -calon- kekasihnya itu dari samping.

Entah darimana asalnya pepatah itu datang. Mengungkapkan bahwa ini saat terkecil untuk seseorang berkata dusta. Dan Shuuzou menyeringai kecil. Ia yakin, kalau kata antah berantah itu benar.

"Hei, Ai. Kau sedang memikirkan apa?" tanyanya dengan nada seseduktif mungkin. Mencoba merayu pikiran terdasar gadis itu untuk mengambang. Dan sepertinya berhasil.

"Hm? Hanya pelangi yang menghiasi langit biru," ucap Ainawa -tentunya tidak sadar-. Membuat Shuuzou berjengit heran. Jawaban polos itu membuat badai di hatinya. Hei, bolehkah ia memeluk sosok mungil itu karena ia -sekali lagi tidak sadar- sudah mengungkapkan isi hatinya?

Namun pikirannya masih terhubung pada sambungan kalimat itu. Membuat Shuuzou sekali lagi harus menganalisis segala kemungkinan atas dua kata terakhir itu.

Hanya sesosok yang bisa menjadi kandidat langit biru dengan awan itu. Huh. Sekali lagi, Shuuzou merasa usahanya belum maksimal. Karena ternyata, ada gulma yang masih tumbuh di antara rerindang bunga utama.

Dan kini, kenyataan kembali menarik ulur. Menarik sukma itu untuk ikut menjauh dari raganya. Meyakinkan bahwa di sana ada cara untuk membuat sukma satunya ikut terjun dalam kubangan yang ia rasakan. Kubangan yang tak berdasarkan apa-apa.

*****

"Jadi, bagaimana?"

"Aku ingin tetap di sini."'

"Tak keluar?"

"Iya."

"Bukankah ini akhir minggu? Kau seharusnya menghabiskan waktumu untuk bersantai."

"Tapi tak harus keluar kan? Di sini saja."

"Kupikir hiruk pikuk kota akan memberikan suasana baru padamu."

"Justru yang ada aku semakin stress!"

"Walau itu bersamaku?"

"Mungkin..."

[Hiatus] Random [Author's Book]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang