Enam

9.8K 2.3K 254
                                    

Aku merindukanmu seperti matahari merindukan malam; semu

---

"Udah?" tanya Gibran saat Shila masuk ke dalam mobil.

Udara di luar memang cukup panas, matahari terlihat berseri hari ini. Pantas saja Shila sampai berkeringat.

"Sorry ya, Bran, jadi ngerepotin lo, nih. Antar jemput gue," ucapnya.

Suara Shila ini tak ubahnya AC mobil saat udara panas gini, semilir...

Shila ini gadis yang dikenalkan pada Gibran beberapa waktu lalu. Tadi pagi saat Gibran hendak berangkat kerja, Mama menghubungi supaya mengantar Shila berangkat interview di gedung yang sama dengan kantor Gibran.

Jelas ada udang dibalik bakwan.

Awalnya Gibran menolak karena sudah terlanjur janji pada Mikha buat ngejemput gadis itu. Namun apalah daya, dia tetaplah Gibran Wiratama yang selalu tak sanggup menolak permintaan sang Mama.

"Lo kenapa, Shil? Kaya orang gelisah gitu," tanya Gibran karena sedari tadi Shila terus meremas roknya.

Shila menoleh, "menurut lo, gue bakal lolos seleksi nggak?" tanyanya.

Jelas. Lulusan S2, berpengalaman, ditambah dengan penampilan yang sangat menarik. Bahkan kalau dia casting jadi artis hari ini pun, pasti langsung lolos.

Setelah berkecimpung dalam dunia bisnis yang sebenarnya memuakan tapi menghasilkan satu kesimpulannya: selalu ada poin tambahan bagi orang yang berpenampilan menarik.

Meski sama-sama mempuni di bidangnya, jika salah satu penampilannya lebih menarik pasti itu yang di utamakan.

Keadilan sosial bagi seluruh orang good looking.

Itulah kenapa sekarang perawatan tubuh sudah termasuk kebutuhan primer. Tak ubahnya seperti makan.

"Lolos, lah. Pengalaman lo selama ini pasti jadi pertimbangan," jawab Gibran enggan mengatakan sebenarnya. "Lagian lo kaya orang pertama kali interview pake acara takut segala," imbuhnya.

Shila menoleh. Rambutnya yang terurai tersapu AC. Membuat wanginya ikut menjelajahi seisi mobil Gibran. Membuat lelaki itu ikut menghirup udara dalam-dalam. Bau harum surga.

Sepanjang perjalanan, Shila cukup aktraktif. Mungkin karena usia mereka yang hanya beda dua tahun, membuat obrolan mereka yang masih satu frekuensi.

"Ngomong-ngomong, kok lo mau sih dikenalin sama keluarga gini, maksud gue, lo kan cantik. Nggak mungkin lah nggak ada cowok yang mau sama lo," cowok buta juga kalau denger suara dia pasti langsung terbuai.

Shila awalnya diam.

"Gue nggak ada maksud apa-apa, ya. Cuma takutnya pacar lo marah, lo diantar jemput sama gue gini," imbuh lelaki itu tak ingin Shila tersinggung.

"Pacar gue udah lama pergi," jawabnya dengan suara lirih.

Jangan bilang sama-sama ditinggal nikah lagi. Makin satu frekuensi lah mereka.

"Udah lama pergi buat selama-lamanya," imbuhnya.

Jedeer! Bagai petir di siang bolong.

M O N O K R O MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang