Bab 15 - Janji Adalah Hutang?

64 13 0
                                    

Setiap tahun sekolah ESA mengadakan bazar dalam rangka memperingati hari jadinya.
Klub di sekolah ini wajib berpartisipasi dalam penggalangan dana sosial yang nantinya akan disalurkan ke panti asuhan dan panti jompo.

Caranya adalah dengan menjual sesuatu pada stand yang disediakan.

Serunya lagi : klub yang berhasil mengumpulkan dana terbanyak berhak mendapat kenaikan anggaran klub untuk tahun depan
Makanya semua klub berusaha menjadi pemenang.

SEMUA...kecuali klub cheerleader dan klub basket.

Kedua klub ini sudah bertahun-tahun tidak pernah jadi pemenang ataupun runner up..karena mereka hanya 'berpartisipasi' tanpa 'ambisi'.

Juara bertahan adalah Klub Masak, karena jelas..yang mereka jual adalah MAKANAN!

Tahun ini aku berencana membuat perubahan. YAH.. kami klub cherleders akan menjual MAKANAN juga!

"Coba deh tanyain klub basket, udah ada ide belum untuk acara bazar ini?"

"Kemaren gua udah nanya Anto, katanya belum ada ide. Paling mereka bikin coaching/ Pelatihan cara muter bola basket pake satu jari" Maria memutar bola matanya.

Aku tertawa mendengar ide konyol itu. Yang bener saja? Apa nggak ada ide yang lebih bagus?

"Gimana kalo kita gabung dengan mereka? Suruh mereka yang melayani bagian minuman. Ntar dibikin yang gampang aja, milkshake dengan es krim gitu atau lemon ice tea"

"Mungkin pengunjung cowok lebih seneng dilayani para cheerleader ber-rok mini, tapi pengunjung cewek pasti lebih suka dilayani cowok-cowok keren dari klub basket. Kata kalian mereka sudah terkenal kan sejak menjuarai turnamen se-SMU?"

Rasanya ini ide yang lumayan juga, karena biasanya banyak berasal dari sekolah di luar ESA. Mereka menunggu kesempatan untuk berkunjung ke sekolah kami yang terkenal ini , entah untuk melihat-lihat gedung atau fasilitas sekolah kami.

Atau bisa juga untuk melihat idola mereka , para anggota klub basket. Terutama satu 'cowok' itu!

Maria yang bertugas menyampaikan ide kolaborasi ini ke klub basket. Bagaimanapun klub basket dan cheerleader memang bisa dianggap satu kesatuan kan ? Maksudnya tidak ada pertandingan basket tanpa atraksi cheerleader dan tidak ada atraksi cheerleders tanpa pertandingan basket.

Ide ini langsung disambut gembira oleh Anto, juru bicara alias humasnya klub basket. Mereka para cowok yang males mikir, tentunya senang kalo tugasnya cuma ngasih minuman sambil nyengir and tebar pesona sama cewek-cewek, apalagi kalo ada yang manis dan imutt.. (Doo..ngarepppp...!!)

**

Hari H pun tiba.

"Wow, cantik banget stand nya!"seruku.

Doris, Hanna & Leslie tersnyum bangga. Tak sia-sia hasil kerja mereka. Stand kami yang tadinya amat "standar" sesuai yang disediakan pihak sekolah telah disulap menjadi "ramai" dengan hiasan bunga, renda, dan rumbai-rumbai biru putih sewarna dengan seragam cheerleders kami.

Tepat disebelah stand kami, tegak stand klub basket yang menjual minuman.

Seseorang dari klub itu yang tampaknya cukup punya jiwa seni - telah menempelkan tiang tiang stand dengan potongan gambar bola basket yang berukuran sama besar. Sementara di atas tiang, di kanan kiri papan nama stand tergantung bola basket beneran.

"Apa kalian yakin itu aman? Bolanya gak bakal lepas kan dari tali ?"Seru Doris berulang-ulang.

"Steven mana? Kok nggak keliatan ?" tanyaku pada Angga.

Let Me Know ...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang