Bab 12 - Gadis Berambut Merah?

40 14 0
                                    

Dessert adalah kelemahan terbesarku. Aku menginginkannya setiap hari seperti lebah menginginkan madu.

Es Krim, waffle, bolu, kue tart.. bagiku setiap sendoknya bagai surga di lidah. Makanan itu adalah obat yang ampuh bagi jiwa yang lelah, ataupun sebagai obat bagi hati yang luka.

Bukannya aku pernah terluka, atau semacamnya.. -maksudku, lihatlah adegan di film-film, jika cewek patah hati, maka adegan selanjutnya mereka akan makan es krim dalam galon besar. Betul nggak?

Ada sebuah toko kue istimewa langgananku, jauhnya hanya satu blok dari rumah.

Namanya Toko kue EDILY.

EDILY = Every Day I Love You!

Jika kalian tanya padaku apa istimewanya, maka tak cukup kata yang bisa kupakai untuk mendeskripsikannya.

Toko itu bercat gradasi dari merah hingga ke kuning pupus. Pemiliknya adalah sepasang suami istri usia awal lima puluhan yang sangat ramah. Kurasa mereka tidak memiliki anak. karena pernah suatu kali aku bertanya, sang istri hanya menggeleng sambil tersenyum sendu.

Jika kalian melintas disana, maka kalian akan menemukan kue -kue cantik di pajang di etalase berpendingin yang dengan sengaja dihadapkan ke depan toko.

Meski harganya agak mahal, aku rela kok membayar untuk mereka!

Maksudku,hei lihatlah mereka: begitu imut dan cantik. Ditata sedemikian apik dan artistik.

Red velvet, Banoffe pie, Almond cake, mochi es krim, blackforest cerry, berjejer menyambutmu dengan warna warni merekah seakan berkata : "Do you love us today? Come on and buy us!"

Semua varian di toko kue itu sudah pernah ku cicipi, namun favorit-ku adalah Strawberry Cheesecake.

Aldo sering mengejekku dengan kebiasaan makanan manisku ini,
" Nanti gembrot "

Tapi aku berdalih kalau makanan ini justru membuat aku sehat.Lagipula aku gak punya masalah berat badan kok. My weight is still ideal!

Sabtu pagi, setelah lari keliling komplek rumah 3 putaran, aku memutuskan untuk berjalan kaki ke toko kue.

Pagi-pagi sekali mereka sudah buka. Disana juga menjual sarapan pagi berupa roti panggang isi yang sangat gurih dan kopi.

Kubeli 2 potong roti panggang isi cokelat keju dan sepotong strawberry cheescake, untuk bekalku nanti malam, lalu berjalan pulang dengan hati riang.

**

"Belanja apa, Bell?"

Kulirik jam dinding, baru jam delapan pagi.

Aku menaruh kantong roti di dapur, dan memasukkan kotak dessert ke lemari pendingin.

"Roti bakar buat sarapan" Kuperhatikan Aldo sedang membuat kopi. Tumben kakakku ini sudah bangun, biasanya kalau hari Sabtu bangunnya siang.

"Eh, Aldo.. kapan kamu pergi karantina?" tanyaku membuka percakapan.

"Masih bulan depan. Kenapa?"

"Nggak, nanya doang"

Aldo mengaduk-aduk kopinya.. Hmmm.. harum.

"Kopinya masih ada ? bagi dong segelas" Aku mengambil gelasku dari lemari.
Kebiasaan minum kopi ini menurun dari Mama Marsya yang pecandu kopi.

"Eh, Do... Leslie titip salam buat kamu" pancingku. Aldo diam saja.

"Do..? Salamnya diterima gak?"

Aldo mengangguk, lalu meneguk kopinya. Matanya sibuk melihat isi berita di koran pagi yang tergelatak di meja dapur.

"Salam balik ya" cetusnya tiba-tiba

Let Me Know ...Where stories live. Discover now