Bab 23 - Michael?

42 11 0
                                    

Happy new year!  Apa resolusi tahun baru kalian? Kalo aku..nggak muluk muluk..cuma mau menyelesaikan cerita ini :>
Sori ya kalo banyak typo..
Happy reading ..

"Bell ? Lo kenapa ?"

Panggilan Aldo membuatku kaget. Cepat-cepat kuhapus aliran basah di pipiku. Kumatikan HPku.

"Nih, minum dulu," Aldo menyodorkan gelas steroform berisi cairan hangat, yang kusambut dengan letih. Seluruh tubuhku terasa kebas - mati rasa. Pandanganku berbayang, sosok Aldo terlihat seperti ada dua. Kuhirup cairan itu hangat tadi. Teh bukan Kopi!

"Aku sengaja nggak beliin kamu kopi. Baiknya kamu tidur aja, biar aku yang jaga." Aldo mengambil posisi duduk di sampingku.

" Bell, lo kenal kan sama Jordan? Tadi kita ketemu di cafe."

"Halo, Bell," sapa suara lain.

Aku mengangkat wajahku, setengah terkejut . Ternyata sosok Aldo yang satunya adalah.. Kak Jordan ? Remang-remang kamar membuatku mustahil untuk mengenalinya.

"Eh?" Aku segera duduk tegak. "Kak Jordan sang Ketos ?" gumamku masih sedikit linglung.

" Kayaknya lo perlu tidur deh,Bell .Mending baringan sana. Gue balik dulu, Do. Palingan Papa gue udah kelar juga." Kak Jordan menepuk bahu Aldo. " Mudah-mudahan Mama kalian besok sudah baikan." Lalu sosoknya beranjak menutup pintu.

"Aldo ?" Mataku mendadak berat.

" Ssttt.. Bell, kamu baringan saja," Aldo mengambil gelas steoroform dari tanganku. Sandaran kursi diturunkannya, agar landai membentuk bidang yang lebih nyaman untuk tidur.

Aku menurutinya, kupejamkan mataku yang letih. Malam itu tidurku tak nyenyak campuran mimpi tentang Mama, Papa Agung, Eyang Toro, masa kecilku, dan juga..Cowok Angkuh itu!!

"Bel, maafin mama ya, gara-gara mama..kamu nggak jadi nonton konser sama Juan," Mama masih saja mengungkit peristiwa kemarin, meskipun aku sudah menjelaskan bahwa semua yang terjadi bukan salahnya.

"Kamu sudah kasih kabar ke Juan, kan?" tanya Mama lagi.

Aku hanya mengangguk, malas memperpanjang obrolan yang berkaitan dengan Juan. Buat apa aku repot-repot menjelaskan penyebab ketidakhadiranku pada orang yang juga tidak hadir!

"Mama sendiri gimana rasanya? Udah baikan?" Aku masih belum sanggup bertanya pada Mama tentang Papa Agung, takut Mama kambuh lagi.

Mama tersenyum lemah, "Rasanya Mama mau pulang saja.  Hari ini mama ada pertemuan penting di kantor." Mama meraih HP nya mengetik beberapa pesan untuk asistennya.

"Ck..Ck..Mama..mama.. Kok masih mikirin kerjaan sih. Yang penting mama sehat dulu. Tunggu dokter bolehin pulang baru Mama pulang. Giliran Bel yang masuk rumah sakit tempo hari, mama juga ngelarang Bel pulang kan.." gerutuku panjang lebar.

"Halo," sapaan di pintu membuat kami berdua menoleh.

Seorang dokter masuk diiringi seorang perawat. "Gimana perasaannya hari ini?" Dokter Yusuf adalah dokter jantung yang kemarin kebetulan bertugas di unit gawat darurat.

" Sudah baikan, Dok. Saya sudah boleh pulang kan?" Mama langsung bertanya.

Sang dokter tampak tenang memeriksa infus Mama ," Yah, Ibu sabar ya.. kita masih harus nunggu hasil lab nya dulu"

"Dok, biasa saya satu hari sudah boleh pulang,kok. Dokter boleh cek riwayat kesehatan saya dengan Dokter Edo Tondas di Rumah Sakit Mulia Sentosa. " ujar Mama ngotot ingin pulang.

Dokter Yusuf tidak berkomentar, sibuk menulis catatannya. Ia lalu memberi instruksi pada perawat tentang obat dan suntikan yang harus diberikan pada Mama.

Let Me Know ...Where stories live. Discover now