Bab 22 - Catatan Kaki?

36 13 0
                                    

" ... mencintai adalah kata kerja, bukan kata benda.Bukan sesuatu yang diciptakan sekali untuk selamanya, tetapi berevolusi, tumbuh, naik, turun, tenggelam, bagai sungai yang bersembunyi di jantung bumi yang meski begitu, alirannya menuju laut yang tidak pernah putus.

Kadang-kadang mereka membiarkan bumi gersang, tetapi di dalamnya, di lubang-lubang yang gelap, mereka masih saja mengalir, lalu terkadang naik kembali dan memburcah menyuburkan semuanya "

White as Milk, Red as Blood

Dear Juan,

Aku bertanya-tanya- apakah kamu akan menemukan halaman ini. Jika kamu membaca Novel ini, maka kamu akan sampai pada catatan kakiku ini.

Aku ingin bertanya " Apa kabar? " namun rasanya terlalu klise. Aku tidak ingin mengganggu hidupmu lagi setelah apa yang kulakukan tempo hari. Aku sadar- aku terlalu menyakitimu.

Jika ada yang bertanya padaku tentang penyesalan terbesar dalam hidupku, maka jawabannya adalah aku menyesal telah menghancurkan hatimu. Sungguh! Tolong jangan sinis dan jangan berhenti membaca!

Nora terus mengirimkan kabar tentangmu, kami masih saling berkirim pesan. Kamu telah berubah- sangat berubah. Nora bilang, kamu seakan membenci semua gadis di sekolah, dan tak peduli pada siapapun. Kamu melampiaskan semua emosimu hanya pada basket. ( Dan aku bersyukur untuk pilihanmu- ketimbang kamu terjerumus pada hal-hal yang tidak baik)

Aku ingin kamu bisa kembali seperti dulu. Cowok yang dulu kukenal menjadi penyelamat hidupku. Aku berterima kasih karena kamu merahasiakan usaha bunuh diriku di danau itu. Aku gadis yang lemah-kanker melemahkan jiwa dan ragaku. Dulu aku begitu bodoh dan putus asa- bukannya berusaha melawan penyakit itu, malah langsung menyerah.

Dan kamu datang- seperti utusan Tuhan, menyelamatkanku.

Tidak hanya itu, kamu mengisi hidupku, memberi semangat, melindungiku.

Aku ingat saat-saat yang kita lalui di Rumah Sakit. Aku ingat saat kamu mengukir nama kita di Pohon Cinta dan kamu menertawakan semua pernyataan cinta dari gadis lainnya.

Aku ingat saat kamu memarahiku karena menangis tersedu-sedu sehabis menonton film  ' The Fault in Our Stars' , kamu bilang aku pasti sembuh, karena Tuhan sayang padaku. Seperti kamu menyayangiku.

Namun kadang aku merasa lelah- jujur- sangat-sangat lelah. Lelah dengan semua pengobatan yang harus kulalui. Lelah menelan pil-pil dan kemoterapi. Juga lelah karena harus merahasiakan kondisiku pada seisi sekolah. Kadang aku berpikir, apakah kamu  tidak lelah mendampingiku- yang lemah dan cengeng ini?

Ayah ibuku mencintaiku- jika aku mati- maka mereka akan hancur. Satu orang lagi yang mencintaiku- menambah berat beban yang kupikul, jika nantinya aku pergi- hal ini semakin lama semakin menyesakkan. Aku takut jika aku tidak bisa membalas semua kebaikan dan kesabaranmu. Aku tidak bisa mencintaimu sebesar kamu mencintaiku...

Kamu pernah bilang : Jika hidup tidak sesuai keinginan dan tak ada jalan keluar, maka yang harus kita lakukan adalah menerima dengan lapang dada. Dengan begitu hidup akan lebih mudah dijalani.

Sekarang aku baru sadar, semua itu benar. Di sini, aku menjadi lebih sehat dan bahagia. Mereka mencoba metode pengobatan baru untukku- dan aku hampir berhasil mengalahkannya. Thank God!

Bagaimanapun , aku ingin bilang aku menyesal atas kata-kata jahat yang kuucapkan padamu : Orang sekarat tak butuh pahlawan! Kumohon maafkan aku , Juan. Bagiku, kamu adalah pahlawan, aku beruntung mengenalmu.

Aku tidak dapat memaafkan diriku, jika masa lalu kita membelenggumu.

Aku percaya kelak kamu akan menemukan seorang gadis yang bisa membuatmu jatuh cinta lagi, dan gadis itu bisa mencintaimu sebesar cintamu padanya. Ingat... mencintai adalah kata kerja .. bukan kata benda

Love, Melisa

Let Me Know ...Where stories live. Discover now