Bab 10 - Can We Be Friends? (2)

56 14 0
                                    

Berdiri di hadapanku, Sang Don Juan yang tampak berusaha sabar menunggu jawabanku.

"Eh, gue.. anu.."

Kruueekkk.. ! Perutku tiba-tiba berbunyi keras. Juan terlihat kaget mendengar bunyi itu.

"Sini" tangannya langsung menarikku berdiri ," Lo laper ? Jadi nggak bisa ngomong gitu?" Aku diam
saja mengikuti langkahnya masuk ke dalam resto.

"Mau makan apa? " Dia bertanya sambil melihat-lihat menu di dinding resto.

Kulihat cewek yang berada di antrian depan kami mulai menyikut teman di sebelahnya, sambil melirik penasaran ke arah Juan seakan mengenali.

Juan kembali memakai kacamata hitamnya. Lagaknya kayak artis yang sedang menyamar!

"Dua cheeseburger , Mas," akhirnya Juan buka suara, "sama Ice coffe latte 2"

Petugas kasir itu tersenyum " Wah, masih laper ya Mbak? "celetuknya sembari memencet-mencet tombol di kasir.

Kurasakan tatapan Juan yang penasaran menatapku dari balik kacamata hitamnya.

Sialan, bawel amat ni Mamas! Jadi ketahuan deh kalau tadi aku udah beli makanan.

Lebih aman kalau aku diam saja.

Juan menyerahkan burger dan ice coffe latte padaku " Nih makan.. biar lo cepet sadar.. Trus minum tuh kopi biar melek nggak kayak orang mabok gitu " ujarnya.

Karena kesal, kubawa makanan
dan minumanku keluar resto,
kembali ke bangku favoritku di depan tadi. Juan mengikutiku tanpa permisi ikutan duduk di sampingku.

Berhubung lapar, kumakan juga cheeseburger tadi dengan lahap , tidak ada rasa malu-malunya pada cowok di sampingku. Lezat!

"Kak..Kak.. ini buat Kakak" tanpa
kusadari bocah dekil tadi sudah muncul kembali di sampingku . Tangannya menyodorkan kembang sepatu merah padaku.

Tangan kirinya masih memegang sisa burger yang kuberikan padanya tadi.

Kuterima bunga itu sedikit terharu, "Makasih dik"

Bocah ini benar-benar tahu sopan santun dan berterima kasih. Entah dipetiknya darimana kembang sepatu itu.

Kurasakan tatapan Juan menatapku dari balik kacamata hitamnya. Ketika bocah itu akan pergi, Juan memberikan minumannya

"Terima kasih Kak" jeritnya senang , lalu berlari menjauh.

Juan tidak bertanya apa-apa padaku soal kejadian itu. Akupun memilih tutup mulut.

Sejenak kami duduk dalam diam. Aku bingung mau ngomong apa dengan cowok ini.

"Makasih ya" cetusku akhirnya.

"Lo mau minum?" kusodorkan minumanku padanya.

"Nggak. Lo aja yang minum, kayaknya lo yang perlu caffein"

"Lo mau pulang atau gimana ? Kenapa bisa terdampar disini?" Juan kembali bertanya.

"Gue lagi sial," kuhembuskan napas lelah. Lalu berusaha sesingkat mungkin menceritakan kenapa aku bisa sampai disini.

"Jadi, lo kesasar gak bawa HP gak bawa duit?"

Aku menggangguk. Setelah kenyang makan dan minum caffein, otakku baru normal kembali. Dan, yang namanya' normal kembali' itu termasuk juga degup jantungku yang deg-degan karena berduaan dengan cowok ter-famous di sekolahku ini.

"Wah, beruntung banget ya, lo bisa ketemu gue. Kalo nggak , gimana lo bisa pulang " katanya sambil geleng-geleng kepala. "Kenapa sih, jadi cewek ceroboh amat "

Let Me Know ...Donde viven las historias. Descúbrelo ahora