Bab 21 - Janji Yang Tak Bisa Ditepati?

39 12 0
                                    

Dibaca ya readers ;) Bab paling seru nih, ketika segala kebenaran akan terungkap.

Aku mencoba untuk tidak terlalu 'antusias' memikirkan persiapan pergi nonton konser Sabtu malam besok.

Kenyataannya.. malahan Mama dan Ibu yang terlalu bersemangat. Mereka meyakinkanku untuk ke salon- sekadar creambath dan potong rambut (kenyataannya ditambah manicure, padicure, dan masker wajah).
Lalu Mama Marsya mengajakku pergi berbelanja.

" Kamu perlu baju, Bell. Banyak baju baru ," komentarnya saat meneliti lemari pakaianku.

Alhasil hari ini, kedua tangan kami dipenuhi belanjaan kantong. Baju, kemeja, gaun, jeans, sepatu, sandal dan beberapa aksesoris bernuansa ' girly yang dipaksakan Mama Marsya untuk kumiliki.

Capek tapi puas. Ternyata berbelanja itu mengasikkan juga. Apalagi jika ditemani Mama yang tahu banyak soal fashion. Ada sebuah jaket pendek warna pink yang sangat kusukai. Apakah akan terlihat berlebihan jika kukenakan saat nonton konser nanti?

" Jadilah dirimu sendiri, jangan pernah berusaha menjadi orang lain " pesan Mama Marsya. Ok, kalau begitu akan kukenakan apapun sesukaku!

Hari pastilah berlalu dengan cepat karena tiba-tiba saja sudah hari Sabtu.

Mama Marsya ikut mengantarku ke gedung konser.

Masih 1,5 jam lagi sebelum konser dimulai. Kami (aku dan Mama) memutuskan untuk mampir dulu ke toko buku dan CD yang ada di seberang gedung.

Aku sedikit cemas juga deg-degan. Pertemuan terakhirku dengan Juan tiga hari yang lalu- diakhiri dengan pertengkaran. Pesan terakhirnya di line ku adalah ' Kutunggu Sabtu malam'

Aku tidak tahu bagaimana sikapnya hari ini atau bagaimana aku harus bersikap nanti.

" Ma.. Bell kesana dulu ya " tunjukku ke deretan rak novel.

Mama Marsya mengangguk ," Bentar aja ya,Bell. Kita harus ke gedung lho. Ntar kamu susah lagi nyariin Juan " Mama Marsya sendiri masih sibuk memilih CD di rak CD.

Beberapa novel wattpad baru berjejer di rak, sesekali aku membaca resensinya sambil menimbang-nimbang mana yang akan kubeli.

Ketika aku kembali mendekati Mama, kulihat seorang lelaki tampak berbincang dengannya.

" Sudah lama sekali ya, Marsya " kudengar lelaki itu berkata.

Aku berdiri beberapa meter di belakang Mama Marsya. Aku berhenti diantara rak-rak CD lain, menjaga jarak sambil pura-pura memilih CD. Tak bermaksud untuk menguping..tetapi..

" Apa kabar, Mas? " suara Mama Marsya terdengar sedikit bergetar.

" Baik. Kamu juga kelihatan sehat dan baik-baik saja " Sang lelaki memperhatikan Mama.

" Kok bisa kesini, Mas? "

" Oh, saya ada undangan seminar lingkungan hidup disini Senin nanti " jelasnya. Kemudian diam sesaat.

" Mas masih tinggal di Switzerland? " Mama Marsya bertanya. Aku memutuskan untuk mendekati mereka tapi kemudian langkahku terhenti..

" Jangan lakukan ini,Masya " Lelaki itu menghela napas berat ," Kamu tahu saya masih tinggal di sana. Kamu tahu di mana saya bekerja sekarang. Dan kamu juga tahu ... Kalau sekarang saya sudah berkeluarga "

Kulihat bahu Mama menegang," Mas Agung ... "

Aku terkesiap. Itu ..itu Papa Agung?

" Marsya, please. Jangan diam-diam datang lagi. Setiap tahun ..saya selalu bertanya-tanya, apakah dosa saya sedemikian besarnya sehingga kamu tidak bisa memaafkan saya "

Let Me Know ...Where stories live. Discover now