15. Belum Jera

2.9K 314 16
                                    


Cinta tidaklah selalu tentang kebahagian, senyuman dan canda tawa. Terkadang dalam cinta masih terselip sebuah air mata yang tak tertahankan dan keringat pertahanan didalamnya.

Satu hal yang membuat cinta berderai air mata. Perpisahan. Dan satu hal yang membuat cinta berlumuran keringat. Perjuangan mempertahankannya. Banyak hal lain yang membuat cinta begitu sangat berharga, ada banyak hal lain juga yang mematahkan pendapat seseorang tentang 'cinta itu adalah sebuah kebahagiaan.' Nyatanya, dalam cinta tidak selalu dibumbui dengan kebahagiaan.

Kita perlu mendalami penderitaan dan sakitnya jatuh cinta untuk memperdalam cinta kita. Tanpa penderitaan, cinta bukanlah apa-apa selain sebagai perasa pendamping dalam hidup kita.

"Tuan, satu jam lagi ada pertemuan dengan Tuan Min." Nampak Kim Namjoon, sekertaris kesayangan Jungkook yang begitu pintar itu sedikit mengeraskan suaranya saat setelah berkali-kali ucapannya sama sekali tidak ditanggapi oleh Jungkook.

Jungkook hanya diam, dia memandang ke lain arah dengan tatapan kosongnya. Ia seolah enggan untuk hidup dan segan untuk mati. Namjoon tidak tahu harus bagaimana lagi, pertemuan ini begitu penting dan ia bingung bagaimana caranya untuk menjauhkan Jungkook dari ketidakfokusannya selama beberapa hari terakhir ini.

"Maaf Tuan, satu jam lagi-"

"Aku mengerti, Namjoon. Bisakah kau mewakilkanku?"

Namjoon mengangguk lantas membungkuk memberi hormat pada atasannya. Jelas saja, ia tidak bisa menolak, meski begitu, dengan prestasi sebelumnya yang pernah ia dapatkan tentu saja membuat Namjoon dapat dipercaya oleh siapapun yang bekerja bersamanya.

"Saya mengerti, Tuan. Sebelumnya maaf telah mengganggu, saya pamit." Lalu pergi dari ruangan Jungkook setelah Jungkook tersenyum pada Namjoon dan mempersilahkannya untuk pergi bergegas mempersiapkan pertemuannya bersama Tuan Min.

Setelah kepergian Namjoon tentu saja Jungkook kembali melamun, tirai ruang kerja yang terbuka dan tidak sempat untuk ditutup membuat ada beberapa karyawannya yang menyadari perubahan dirinya. Tembok tebal yang terbuat dari kaya tentunya membuat setiap sudut keberadaan karyawannya dapat melihat keadaan menyedihkan Jungkook.

Sepersekian detik, perhatian para karyawannya berganti pada seorang gadis cantik berambut panjang oranye. Dengan kaki jenjangnya gadis itu berjalan arogan melewati para karyawan dan lantas masuk kedalam ruang kerja Jungkook tanpa permisi terlebih dahulu.

Ternyata itu adalah Lalisa, beraninya dia kembali menampakkan wajahnya setelah menyebabkan satu kejadian buruk tempo lalu.

"Hai sayang~"

Suara Lalisa membuat Jungkook berhasil keluar dari arus lamunannya. Senyuman Lalisa lantas malah membuat Jungkook merasa asam lambungnya telah naik menuju jantungnya dan membuatnya tidak bisa menahan emosinya.

"Mau apa kau kesini. Pergi!" Usir Jungkook dengan tatapan bencinya.

Senyuman Lalisa yang semula tergambar begitu jelas kini semakin terlihat samar. Gadis itu sangat kecewa saat kedatangannya disambut buruk oleh Jungkook.

"Kenapa kau ketus sekali." Tanya Lalisa seraya menampilkan wajah kecewanya yang sedikit manja. Lantas berjalan mendekati meja kerja Jungkook dan duduk di kursi yang berada di depan meja kerja Jungkook.

"Apa kau tidak merindukanku?" Pertanyaan dari Lalisa membuat Jungkook berdecit, ia kesal dan ingin sekali memukul Lalisa.

Dengan rasa kesal dan amarah yang masih belum sembuh, Jungkook bangkit dari duduknya dan bergegas untuk keluar dari ruang kerjanya untuk meninggalkann Lalisa. Tetapi sayang sekali, Lalisa berhasil menghentikan Jungkook dengan mencengkram erat lengan Jungkook dengan kedua tangannya.

False Vows, True Love to ForeverWhere stories live. Discover now