Matahari Pertama : Kejutan untuk Vania

6.1K 226 76
                                    

Bahagia itu sederhana, cukup tersenyum dan anggap semua yang terjadi adalah kejutan untuk kita.

¤¤¤

"Ini serius?"

Vania kembali menolehkan pandangannya ke samping, melihat raut wajah tak percaya dari sahabatnya yang bernama Sita. Itu bukan pertanyaannya yang pertama ataupun kedua, karena sedari tadi dia selalu saja menanyakan hal yang sama pada Vania. Vania bosan mendengarnya.

Mata Vania bergerak liar melihat keadaan di sekitar ruang kelasnya, lalu matanya menengadah ke atas dan terlihat bagaimana awan telah berwarna kelabu. Sepertinya memang akan turun hujan dan Vania harus bergegas pergi meninggalkan sekolah.

"Gue serius, Sit." Vania bangkit dari duduknya dengan mengenakan tas punggung yang sudah rapi di belakang punggungnya. "Gue pulang ya, udah mendung takut keburu hujan."

Vania melangkahkan kakinya melewati Sita yang ikut bangkit saat itu juga, tapi Sita tak membiarkan Vania pergi begitu saja. Dia  berlari kecil untuk menyeimbangkan langkahnya dengan Vania lalu menahan pergelangan tangannya agar Vania berhenti berjalan menjauhinya.

"Oke, dengerin gue ngomong dulu ...," pinta Sita dengan suara yang sudah sedikit lebih tenang
"satu minggu yang lalu apa lo lagi berantem sama dia?" Sita tak menyerah untuk menanyai Vania perihal kejadian yang masih tak bisa dipercaya menurutnya.

Meski suara Sita yang sudah berubah menjadi lebih lembut dan tenang, tetap saja Vania merasa risih dengan tatapan mata Sita yang seperti sedang mengintimidasinya.

"Gue rasa enggak," desah Vania pelan, "emangnya kenapa?"

"Gue rasa lo udah tahu semua tentang dia dan kehidupan dia, 'kan? Dia bukan cowok baik-baik buat lo, lo juga tahu itu, Va. Lo tahu ketika gosip yang beredar tentang dia? Dia suka mainin perasaan cewek dan dia tinggalin gitu aja. Apa lo mau jadi cewek yang siap buat disakitin?"

Perkataan Sita benar-benar membuat Vania bungkam dan perlahan menghayatinya. Ya, Vania tahu kebenaran itu semua. Akan tetapi, itu sudah menjadi keputusan yang diambil Vania dan dia tak bisa merubahnya.

"Tapi Sit, lo juga tahu gimana perlakuan dia terhadap gue akhir-akhir ini, gimana gue bisa nolak? Dia udah baik sama gue Sit dan gue akui kalau gue baper. Gue yakin dia pasti bakal berubah," ucap Vania dengan tatapan meyakinkannya pada Sita.

"Berubah? Iya kah? Lalu yang gue lihat minggu lalu itu apa? Perubahan dia?"

"Maksud lo?"

Sita tersenyum miring pada Vania. "Gue lihat dia godain cewek anak SMA sebelah waktu di acara jalan santai minggu lalu, itu yang namanya berubah?"

Hebat, satu kata yang terlintas di pikiran Vania saat ini. Dia memang belum menaruh kepercayaan lebih terhadap pria itu, dan Sita juga tak mungkin membohonginya. Tapi mengingat pria itu yang selalu berlaku seperti menyayanginya, apa mungkin dia setega itu?

"Masih mau bela dia?" Sita melipat kedua tangannya seakan menantang Vania. "Sebenarnya ada apa sih sama lo? Lo tahu dia gak bener tapi masih aja lo ladenin. Gue yakin, pasti ada sesuatu yang lo sembunyiin."

"Lo bohong 'kan, Sit? Dia gak mungkin hianatin gue sampe segitunya," ujar Vania sembari memalingkan wajahnya dari hadapan Sita. "Lagipula, kita baru jadian, mana mungkin dia selingkuh."

"Gue gak bohong, gue serius."

Dengan tatapan yang benar-benar membuat Vania semakin yakin, dia tak kuat untuk mendengar perkataan Sita lagi.

Vania mengedipkan kedua matanya, dia akan segera pergi dari hadapan Sita dan mengakhiri obrolannya kali ini. Vania tak sempat menoleh terlebih dahulu untuk melihat keberadaan Sita, dia langsung berlari dengan kencang untuk meninggalkan pekarangan sekolah.

Matahari Sempurna (Completed) ✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora