Matahari ke- 22 : Demi Cinta

665 28 0
                                    

Demi cinta kurelakan dirimu bersamanya walau hati kecilku yang terluka kurelakan dirimu bahagia.

Jika nanti dirimu 'tlah pahami arti cinta ingatlah diriku selalu ada.

Menanti di ujung waktu.

-----

Mike Mohede {Demi Cinta}

"Vania?"

Sebuah suara seorang pria mengejutkan Vania ketika dia sedang terduduk di sebuah tempat di dalam ruangan musik. Tempat ini memang dirancang hampir mirip seperti stadiun sepak bola, di mana akan ada beberapa tangga yang akan dijadikan tempat duduk hingga ke atas dan di bawahnya terdapat ruang yang cukup luas untuk beberapa alat musik.

Kepala pria itu menyembul dari balik pintu dan dengan segera memasuki ruangan ketika melihat seorang gadis terduduk seorang diri  dengan sebuah gitar di pangkuannya. Gadis itu duduk di urutan tempat paling dasar dan pria itu menghampirinya untuk duduk di sampingnya.

"Lo lagi belajar main gitar?" tanya pria itu sembari duduk miring ke arah Vania.

Vania mengedikkan bahunya dan menunduk memandangi senar-senar gitar yang sedang berada dalam pandangannya. Sudah tiga puluh menit dia berada di ruangan ini, sengaja berangkat lebih awal dari biasanya agar bisa berlatih terlebih dahulu sebelum menjalani praktek.

Dari tadi dia menunggu seseorang yang dimaksud oleh Sita, tapi tak ada satu orang pun yang menghampirinya untuk mengajari bermain gitar, yang ada hanya Alaric saat ini. Apakah ....

"Coba deh lo teken senarnya." Alaric memberi instruksi pada Vania untuk mulai menekan senar gitar dengan tangan kirinya.

Awalnya Vania ragu, dia sampai memandang ke arah Alaric cukup lama karena tak yakin harus malakukannya. Dari kemarin niatnya untuk menjauhi Alaric selalu saja gagal, apakah saat ini dia harus gagal juga? Tapi sepertinya dia memang butuh bantuan Alaric kerena ini sangat mendesak baginya.

Vania mulai menempatkan jari-jari tangan kiri dan kanannya di bagian senar yang diperintahkan oleh Alaric, dia juga mulai menyesuaikan nada dari senar gitar dengan lirik lagu yang sudah dia persiapkan. Alaric terduduk di samping kiri Vania dan itu memudahkannya untuk memberi instruksi di bagian mana jari gadis itu harus menekan senarnya.

"Kasih sedikit tenaganya dong ... biar nadanya bagus."

Gadis itu mengangguk dengan pasti, dia melenturkan jari-jarinya terlebih dahulu agar sedikit bertenaga. Kembali dia menekan senar dan memetiknya, nada yang dihasilkan menjadi sedikit lebih indah daripada sebelumnya meski belum sempurna.

"Baik semua, silakan duduk dan kita akan mulai ujian prakteknya!" perintah seorang guru ketika dia dan murid yang dibawanya memasuki ruangan musik.

Alaric dan Vania sedikit terperangah ketika melihat beberapa murid mulai memasuki ruangan, mereka berdiri bersamaan dan tersenyum sopan kepada guru yang baru saja memasuki ruangan itu.

"Ibu kira kamu gak masuk, Vania ...."

Vania memamerkan deretan gigi putihnya kepada Ibu Lisa selaku guru musiknya saat ini, maklum saja Ibu itu mengira Vania tidak masuk hari ini karena setelah dia datang di sekolah, dia langsung ke ruang musik tanpa menaruh tasnya terlebih dahulu ke dalam kelas.

Semua teman sekelas Vania yang mulai berdatangan memasuki ruangan itu menatap aneh dan curiga pada Alaric dan Vania, faktanya mereka di dalam ruangan hanya berdua dan itu mengundang kecurigaan dari beberapa anak-anak. Tapi gadis itu ketika melihat tatapan dari teman sekelasnya terlihat sangat tidak peduli dan malah kembali terduduk di tempatnya semula.

Matahari Sempurna (Completed) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang