Matahari ke-39 : Graduation

696 20 2
                                    

Alasan rasa nyaman saja tak cukup untuk bertahan. Harus ada alasan yang jauh lebih kuat untuk menahan kepergian meninggalkan.

¤'¤

Acara puncak yang sangat ditunggu-tunggu oleh hampir seluruh siswa kelas dua belas akhirnya telah berjalan dengan lancar. Hari kelulusan sekaligus pelepasan siswa kelas dua belas berjalan dengan penuh haru dan disertai oleh tangis karena seratus persen dari siswa yang mengikuti ujian nasional dinyatakan lulus.

Berbagai acara telah terlalui sampai pada acara pengalungan samir kepada masing-masing siswa.

Hari ini adalah hari di mana kisah abu-abu akan berakhir dan mungkin tak akan pernah terulang. Manis-pahitnya setiap kejadian yang terjadi hanya akan menjadi sebuah kenangan yang penuh dengan kejutan.

Tidak ada yang menginginkan perpisahan melebihi pertemuan awal. Ketika mereka semua dipertemukan dalam keadaan saling tidak mengenal, bisa jadi mereka akan keluar dengan keadaan yang sama pula. Tapi jika memang masa ini membekas, mereka akan berusaha untuk tidak melupakan sedikit pun sesuatu tenang masa SMA.

Tradisi di sekolah ini yang tak pernah terlewatkan, acara graduation akan dihiasi dengan setiap siswa baik laki-laki maupun perempuan akan diberi satu tangkai bunga mawar merah untuk laki-laki dan mawar merah untuk perempuan. Bunga itu kemudian akan mereka dedikasikan untuk seseorang yang begitu berharga dan orang yang berperan sangat penting dalam proses kesuksesan mereka, yaitu orang tua.

Teman-teman dekat Vania baru saja berpamitan dengannya karena harus menghampiri orang tua mereka masing-masing. Sementara Vania, gadis itu kini berdiri di depan ruang kelas sembari memandang ke arah aula sekolah untuk melihat bagaimana teman seangkatannya yang lain tengah berbahagia.

Orang tua pasti akan merasa bangga ketika melihat anaknya sukses dan lulus dengan nilai yang memuaskan. Terlebih lagi bunga yang akan mereka berikan memiliki simbol yang sangat kuat, pasti akan sangat mengharukan melakukan pemberian bunga itu.

Kebaya merah muda dengan corak kehitaman Vania yang dijahit seragam dengan ke-4 teman baiknya begitu melekat indah di tubuh Vania. Rambut panjang yang terikat dengan rapi membuat garis wajah manisnya semakin terpampang dengan jelas. Hanya saja ... lengkungan di bibirnya benar-benar mengganggu, Vania bersedih saat ini.

"Buat lo!"

Vania sedikit terlonjak sampai menegakkan tubuhnya karena suara pria yang begitu tiba-tiba mengagetkannya.

"Buat gue?" tanya Vania dengan menunjuk dirinya sendiri ketika satu tangkai bunga mawar merah kini tengah disodorkan ke arahnya.

Alaric. Pria itu melebarkan senyumnya ketika pandangan Vania beralih ke wajahnya. Dengan lembut tangan Alaric menggapai tangan Vania dan dia memberikan bunga mawar itu pada Vania.

"Tapi Al--"

Alaric buru-buru menggelengkan kepalanya dan membuat Vania berhenti bicara. Di tangan kiri terdapat bunga mawar putih dan tangan kanan Vania kini mawar merah berada di sana karena Alaric yang memberikannya.

Vania tak tahu apa yang terjadi hingga akhirnya Alaric memutuskan untuk memberikan bunga ini padanya. Tapi ketika mulutnya baru saja akan berbicara, saat itu juga Alaric terlihat menghembuskan napasnya sembari menyandarkan punggungnya ke dinding.

"Jangan terus merasa kalau lo adalah orang yang paling nggak beruntung hari ini," ujar Alaric sembari menutup rapat matanya selama beberapa detik.

Memiringkan tubuh dan menatap penuh heran ke arah Alaric, Vania mencerna tentang ucapan pria itu yang tertangkap oleh pendengarannya. Vania memang merasa sangat sedih dan buruk hari ini. Ketika semua orang tua datang untuk memberikan selamat pada anaknya ... saat itu juga Vania hanya bisa mendapatkan selamat dari dirinya sendiri.

Matahari Sempurna (Completed) ✓Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin