Matahari ke-14 : Berhenti Untuk Segalanya

732 32 1
                                    

Kalau begitu berhentilah cemburu padaku, karena dengan begitu kamu akan berhenti mencintai aku.


¤¤¤


Kini, seorang gadis berrambut panjang yang tergerai dengan indah berdiri gelisah di depan pria yang baru saja meminta untuk bertemu dengannya. Mereka berdua berdiri di sebuah taman yang berada di samping sekolah, ketika bel tanda jam istirahat telah berbunyi pria itu tak membiarkan gadis yang kini berdiri di depannya untuk pergi. Pria itu segera mengajukan permintaannya untuk bicara berdua di taman saat ini.

Ketika mereka sudah berdiri di tempat yang tidak terlalu ramai dikunjungi murid lain, keduanya hanya saling diam dan menolehkan pandangan pada arah lain. Tak ada yang berniat untuk mengawali pembicaraan ketika keheningan meraja rela di antara mereka berdua. Keduanya hanya terdiam tanpa memandang satu sama lain.

Bahkan pria yang meminta untuk berbicara pun sampai saat ini masih diam, dia melipat kedua tangan di depan dada dengan tatapan mata yang terpokus pada sebuah bangku taman yang jaraknya tak begitu jauh dari keberadaan gadis itu berdiri. Jika ada bangku, mengapa mereka tidak duduk saja?

"Ada apa?" Pria itu yang berniat untuk duduk di atas bangku ketika mendengar suara seorang gadis di hadapannya langsung mengurungkan niatnya.

"Ada hal yang ingin aku bahas ..., lagi."

Kata lagi mampu menjabarkan banyak hal bagi mereka, entah mengulang pembahasan kemarin, tadi pagi, atau minggu lalu,hanya pria itu yang mengetahuinya. Yang jelas, mereka akan membahas sesuatu yang sebelumnya pernah dibahas bersama. Mungkin.

"Apa itu?"

"Aku gak mau memberikan kode-kode atas apa yang mau aku katakan sekarang, bagi aku ... aku cuma mau kamu tau." Pria itu mulai mengutarakan apa yang berada di dalam pikirannya sedari tadi.

Vania, gadis itu hanya mengernyit kebingungan ketika mendengar ucapan dari seorang pria bernama Franky. Suasana yang terasa lebih serius dari sebelumnya membuat gadis itu kembali menerka apa yang kali ini akan dibahas oleh pria itu. Padahal jika boleh memilih, dia lebih memilih untuk tidak membahas apa pun dengan pria itu, karena pada ujungnya semua akan berakhir dengan pertengkaran.

"Emangnya kamu mau kasih tau aku apa?"

"Betapa besarnya rasa cinta aku sama kamu," kata Franky dengan penuh penghayatan ketika mengucapkannya, "Lebay sih kedengerannya, tapi itu yang saat ini aku rasain, Va."

"Apa kamu bicara kayak gitu ke semua gadis yang pernah kamu pacarin buat menarik perhatian mereka?" Nada bicara Vania tak menampilkan sikap ramah sama sekali.

"Iya," ungkap Franky dengan suara sepelan mungkin, "Tapi seenggaknya yang ini terasa berbeda, Va. Aku merasa cinta ini-"

"Aku gak ada niat buat denger semuanya untuk saat ini, aku cuma mau tau apa yang mau kamu ucapin ke aku. Aku belum pergi ke kantin dan laper banget," gerutu Vania sembari mendelik tak suka di depan Franky.

Menunjukkan ekspresi tidak suka di depan Franky adalah hal biasa bagi gadis itu, dia terlalu sering bersikap ketus terhadap pria itu sampai dia tak merasa canggung sama sekali. Dia merasa pria itu tahu kebenarannya, kebenaran bahwa mereka menjalin hubungan karena sebuah keterpaksaan.

"Sebentar." Pria itu merubah posisi berdirinya agar bisa menyandarkan punggungnya pada sebuah pohon yang ukurannya tidak terlalu besar. "Apa yang udah kamu lakukan hari ini?"

Diam. Gadis itu terlihat diam ketika mendapatkan pertanyaan dari Franky, ini baru saja jam istirahat pertama dan Franky menanyakan apa saja yang sudah dilakukan gadis itu pada hari ini.

Matahari Sempurna (Completed) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang