Matahari ke-3 : Penolakan

2.1K 100 22
                                    

Jika harus memilih, izinkan aku untuk tak melihat kebahagiaannya, untuk selamanya.

¤¤¤

"Pulang bareng?"

Vania langsung mendongak dan tersenyum kecil ketika mendapati Franky sudah berdiri di depannya. Vania mengetukkan kedua kakinya yang terbalut sepatu ke atas permukaan tanah di taman. Dia memang sengaja pergi ke taman terlebih dahulu sebelum beranjak pulang meninggalkan sekolah, karena Franky yang memintanya.

"Enggak bisa." Vania menggeleng kecil tanpa mendongak lagi, memberi isyarat agar Franky segera duduk di kursi kosong sebelahnya, "kakakku jemput hari ini."

Franky mengangguk mengerti, lalu dengan santainya ia duduk di samping Vania.

"Aku sengaja ajak kamu ke sini," ujar Franky sembari duduk menyamping ke arah Vania, "ada hal yang mau aku omongin ke kamu."

Vania membuang napasnya seketika, dengan ucapan pembuka di pembicaraan Franky yang seperti itu membuat Vania sadar bahwa Franky akan membawa pembicaraan kali ini ke arah mana.

"Kita ini sekarang pacaran, 'kan?"

Itu pertanyaan yang sangat mudah untuk dijawab, bahkan tidak perlu dijawab pun Franky tahu apa jawabannya. Tapi anehnya kata iya terasa sangat sulit terucap dari mulut Vania. Mungkin semua ini terjadi karena dia masih ragu dan tak ingin mengucapkannya di depan Franky.

"Ya."

Akhirnya ....

"Terus kenapa sikap kamu nggak pernah menggambarkan kalau kamu pacar aku?"

Kedua alis Vania langsung bertautan ketika mendengar pertanyaan dari Franky, memang apa yang salah dari sikapnya?

"Aku harus apa?" Dengan hati-hati Vania menoleh ke arah Franky hingga wajah mereka berhadapan meski dengan jarak yang tidak terlalu dekat.

"Seenggaknya beri aku waktu lebih buat bersama kamu, selama kamu di sekolah kamu sibuk sama temen-temen kamu, di luar sekolah saat aku minta ketemu, kamu nolak karena malas dan nggak mau keluar rumah. Terus waktu kamu buat aku kapan?"

What? Seriously? Vania tak menyangka Franky akan membawa pembicaraannya ke arah itu saat ini. Vania tahu dia memang sering menghabiskan waktu bersama teman-temannya, tapi apa Franky ada hak untuk melarang? Tentu tidak. Mereka teman-teman Vania dan tak ada seorang pun yang bisa melarang mereka berkumpul bersama.

Banyak kata-kata yang ingin Vania keluarkan untuk Franky saat ini, akan tetapi semua stuck di ujung lidahnya.

"Terus?" Polosnya Vania bertanya dengan kedua alis yang masih bertautan sedari tadi.

"Ya seharusnya kamu sisain waktu sedikit aja buat aku, aku mau anterin kamu pulang aja nggak boleh, 'kan?"

"Bukan gitu Ky, kamu tahu sendiri gimana keluargaku dan aku nggak mau mereka tau kalau aku punya pacar. Kita udah bahas ini sebelumnya, kamu bilang bakal ngerti tapi kok malah dibahas lagi?"

"Tinggal kamu bilang aja kalau aku ojek pribadi kamu, gampang, 'kan?"

Vania malas. Dia kembali membuang napas sebelum meluruskan pandangan matanya, tak kuat rasanya jika harus terus berhadapan dengan Franky.

"Gak segampang itu, please Ky jangan paksa aku terus." Vania bangkit dari bangku taman dengan sedikit terburu-buru, "jangan salahin aku kalau nanti kita harus pisah karena keegoisan kamu."

^^^

Tersenyum kecil, hanya itu yang terlintas di benak Vania ketika melihat pria yang ia kenal sedang bercengkrama dengan seorang gadis yang Vania kenal juga. Bagi orang lain mungkin itu terlihat sangat biasa saja, tapi bagi Vania itu berbeda, karena memang tak seperti biasanya.

Matahari Sempurna (Completed) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang