Matahari ke-35 : Di Balik Kebencian Terdapat Kesalahan

537 29 0
                                    

Jika memang semua orang membencimu, jangan pedulikan! Karena Tuhan akan segera meluruskan tentang benar dan salah yang sebenarnya.

¤'¤

Lengkap sudah penderitaan yang Vania rasakan saat ini. Ketika semua sahabat dekatnya pergi menjauh entah karena apa, kini kedua pria yang dia harapkan bisa memperbaiki keadaan bahkan semakin membuat gadis itu tersiksa. Semuanya berjalan sesuai dengan apa yang dia rasakan, bukan apa yang diharapkan.

Vania ingin mengucapkan dan memberitahu keadaan bahwa semua akan baik-baik saja, tapi nyatanya dia tak bisa melakukan itu semua. Perasaan yang dirasakannya adalah kebencian terhadap sesuatu yang selalu membuatnya terlihat lemah.

Namun, ketika keadaan memang tidak membaik, bukan berarti Vania harus menyerah untuk menghadapi ujian terakhirnya di sekolah. Beberapa hari yang lalu dia berusaha untuk belajar semaksimal mungkin dan hari ini adalah hari terakhir dia akan menuntaskan ujiannya.

Tidak mudah untuk berpikir di saat keadaan sangat kalut, tapi sepanjang mengisi soal dari kemarin-kemarin Vania terus memikirkan hal indah apa saja yang akan terjadi jika dirinya lulus dari sekolah. Lagi pula, satu hari sebelum ujian nasional dilaksanakan, Vania mendapatkan pesan beruntun dari Amel, Lestri, Sita, dan juga Talia. Mereka semua memberi semangat satu sama lain.

Tadi pagi, sebelum Vania melaksanakan ujian terakhirnya, Lestri mengiriminya pesan berupa ajakan untuk berkumpul setelah pulang sekolah nanti di cafe yang tentu saja Vania hapal tempatnya. Pesan itu membuat dia bersemangat untuk segera menyelesaikan ujian terakhirnya.

"Vania!"

Sapaan yang terdengar cukup keras di koridor sekolah membuat Vania yang sedang berjalan di pinggir lapangan menolehkan pandangannya ke sumber suara. Ketika gadis itu melihat sosok seorang pria yang sedang berjalan ke arahnya, saat itu dia langsung menyunggingkan senyumnya.

"Halo Yan, lo belum pulang?"

Hari sudah mulai sore, kegiatan terakhir ujian nasional bagi murid kelas dua belas sudah berakhir beberapa jam yang lalu. Tapi masih ada beberapa murid yang betah di sekolah untuk bercengkerama dengan beberapa teman atau gurunya.

"Belum Va, lo juga kenapa belum pulang?" Yana balik bertanya.

"Ini mau otw pulang, nggak langsung ke rumah sih ... soalnya ada janji juga sama temen."

Yana terlihat mengangguk-anggukan kepalanya. "Franky?"

"Bukan, bukan sama dia."

"Kirain."

Vania tersenyum kecil ketika mendengar pertanyaan Yana. Dia tahu bahwa Yana adalah sahabat dekat Franky--selain Alaric--makanya dia merasa kurang nyaman juga berbicara seperti ini. Terlebih lagi Yana berada satu kelas dengannya, Vania semakin tidak nyaman dengan keadaannya saat ini.

"Sebenarnya gue mau ngomong sesuatu sama lo," ujar Yana sembari sedikit membenarkan posisi berdirinya di depan Vania, "gue nggak ganggu waktu lo, 'kan?"

Seperti terburu-buru Vania menganggukkan kepalanya dengan cepat. "Ngomong aja nggak papa."

Sebenarnya Vania takut telat datang ke cafe tempat dia janji akan bertemu dengan sahabat-sahabat dekatnya yang sudah lama tidak ada komunikasi. Tapi karena tak enak dengan Yana, akhirnya Vania mengiyakan untuk mereka bicara.

"Ketika semua orang membicarakan keburukan lo di belakang, ngejelek-jelekin lo, lo tau apa yang pengen gue ungkapin saat itu ke lo?"

Alis Vania saling bertautan dengan raut wajah kebingungan. Mungkin saja Yana akan berpikiran yang sama dengan mereka atau bahkan tidak?

Matahari Sempurna (Completed) ✓Where stories live. Discover now