15. Kelabu

142 32 36
                                    

Kisah-kasih di Sekolah
-Chrisye-

***

Tahun 2000an sih aku masih TK, jadi tahu lagu ini mungkin waktu SD.
Emm, nggak ada hubungannya sama cerita, tapi aku rasa bagus aja buat didenger.

Anyway, kisah cinta abad 20 kelihatan unik nggak, sih? Naif, sederhana, lucu, dan menggemaskan. Pengen bikin cerita pakai latar waktu itu. Hihi.

Selamat membaca, jangan lupa vote dan comment, thank u. ^^

***

Gerimis masih belum berhenti sejak malam. Daripada menurunkan hujan dengan deras dalam satu hentakan sekaligus, langit lebih memilih menurunkannya sebagai titik-titik lembut yang membasahi bumi dengan perlahan.

Di dalam rumah kecil itu Farhan tengah bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Memakai baju seragam merah putih seperti biasa, lantas menuju ruang tamu untuk mengeluarkan sepeda mininya ke teras rumah.

Begitu juga dengan Sarah yang juga bersiap-siap untuk berangkat kerja. Sudah cukup lama dirinya cuti karena kecelakaan waktu itu. Sebenarnya beberapa hari lalu -saat Bu Heni menjenguknya- bos pengertian itu masih memberinya banyak waktu untuk memulihkan diri. Tapi Sarah merasa tak bisa berdiam diri terlalu lama. Toh, dirinya sudah sehat.

"Nih, jas hujanmu," Sarah mengulurkan jas hujan kecil milik Farhan. Dengan segera Farhan menerima dan meletakkan di atas boncengan sepeda mini.

Sesaat kemudian Farhan kembali ke kamar, mengambil tas sekolah. Usai memakai tas ransel, ia menuju ke depan dan duduk di ambang pintu rumah, hendak memakai kaos kaki dan sepatu.

Sarah yang sempat melirik sekilas, segera mengambil sandal kecil di samping motor barunya yang masih terparkir di teras. Ia lempar sandal kecil itu ke arah Farhan yang tengah sibuk mengenakan kaos kaki, membuat Farhan sontak kaget. Sementara sandal sisi kanan terlempar agak jauh dari Farhan.

"Kamu nggak liat kalau lagi hujan? Berangkat sekolah pake sandal aja. Sepatu dipake pas udah nyampe sekolah," jelas Sarah sembari sibuk mengenakan jas hujan.

Farhan lupa tentang hal itu. Tanpa menunggu lama, Farhan masuk ke dalam rumah menuju dapur. Mencari kresek untuk membungkus sepatu dan kaos kaki. Tak lama kemudian ia sudah kembali ke teras rumah dan meletakkan sepatu yang sudah di bungkus itu ke dalam keranjang sepeda. Kini ia sibuk mengenakan jas hujan warnah biru tua.

"Ibu berangkat dulu. Jangan lupa kunci pintu rumah," ucap Sarah yang sudah bersiap di atas motor. Tak berapa lama ia tancap gas dan meninggalkan halaman rumah. Motor matic warna hitam yang masih mulus itu kini melaju keluar dari halaman rumah menuju jalan raya.

"Iya, Bu," jawab Farhan meski Ibunya sudah pergi menghilang di balik hujan.

Oh, Sarah ... Sepertinya jawaban Farhan tak ada bedanya. Apapun jawabannya, Farhan cuma perlu menuruti perintah. Sebenarnya tanpa menjawab pun tak masalah.

***

Asma terlihat sibuk menyiapkan jas kerja ketika suaminya itu tengah mandi. Setelan jas dan celana abu-abu berpadukan kemeja warna putih. Ditambah dasi dengan motif bergaris. Padu padan yang pas untuk mengawali senin yang menyibukkan.

Asma baru saja akan keluar kamar ketika mendengar suara ponsel suaminya berbunyi. Sebuah nada pesan masuk. Ponsel yang diletakkan di meja samping tempat tidur itu seketika membuat Asma menoleh ke belakang lantas menghampiri. Sebuah nama yang amat dikenal tertera jelas di layar ponsel selebar lima setengah inci itu.

The Last Memory [Proses Revisi]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora