22. Epilog

216 39 16
                                    

SMA 01 PANCASILA

Gadis berambut panjang itu berjalan cepat menuju gerbang sekolah. Hari pertama di sekolahnya baru saja usai. Di samping, tiga orang teman menjajari langkahnya.

"Eh, bentar ya." Disya berjalan lebih cepat menuju remaja pria yang dua taun lebih tua sedang duduk di atas jok motor, menunggunya.

"Ayo, cepetan!" Segera remaja pria itu memakaikan helm ke kepala Disya. Dengan cepat Disya menolak.

"Aku mau ada tugas kelompok, Kak. Duluan aja. Aku gampang ntar," terang Disya dengan senyum mengembang.

"Udah ada tugas kelompok? Di hari pertama?"

Disya mengangguk masih dengan senyumnya.

"Oke deh, aku dulu—" belum sempat meneruskan kalimatnya, Disya balik badan dan segera menghampiri teman-temannya yang sudah menunggu di kejauhan.

Tiba-tiba sebuah pesan masuk ke ponsel Disya.
Tertera nama "Kak Farhan". Disya berhenti sejenak untuk membuka.

Sebuah foto buku dengan pesan, "Nitip ini ya. Jangan sampe lupa!!!"

Disya terkekeh. Sudah pasti kakaknya tau kalau tugas kelompok itu sekadar alasan agar dirinya bisa keluar dan jalan-jalan bersama temannya.

"Eh.. eh.. itu siapa lu, Dir? Bukan pacar, kan? Bukan.. kan?" tanya Sella menyelidik.

"Oh, itu tadi?"

"He'em." "iya."Serentak ketiga temannya menjawab.

"Iya, dia pacar gue."

"Yang bener..? Mantan ketua OSIS itu? Pacar lu?" Tiara nampak tak percaya.

"Yap!" Disya terdengar mantap.

"Hahahahaha.... Wkwkwk... Hahahaha-" Lisa tiba-tiba tertawa tanpa henti. Membuat ketiga temannya menatap aneh.

"Ngapain ketawa? Nggak percaya ya kalo gue bisa punya pacar kayak dia? Huh.." Disya mengibaskan rambut.

"Dia itu kakaknya Dira," terang Lisa yang tawanya sudah mulai mereda.

"Tau dari mana?" Disya terdengar menyelidik sembari memasang wajah curiga.

"Ada deh.. Hahaha."

"Wah itu siapa, bro? Cewek lu ya? Gila! Farhan pacaran woy.. Farhan pacaran..!" Teriakan Dimas membuat beberapa teman sekelasnya yang sudah agak jauh menoleh ke arah belakang.

Farhan melepaskan tangan yang sempat menutup mulut Dimas. "Dia adek gua."

"Adek apaan?" Dimas memastikan yang dimaksud Farhan bukan 'adek ketemu gede'.

"Yaah dia adek gue. Beda nyokap," jelas Farhan.

Dimas berhenti sejenak. Matanya menerawang seolah sedang berpikir tajam, tak lama kemudian bibirnya tersenyum lebar.

"Eh, eh.. kalo gitu kenalin ke gua dong.." Rengek Dimas yang baru saja kembali menjajari langkah Farhan.

"Oh.. jadi kakak tirinya." Gumam Lisa yang sedari tadi 'sengaja tak sengaja' mendengar percakapan dua orang itu sembari berjalan di belakangnya. Karena beberapa saat lalu Lisa juga sempat melihat Dira teman barunya sejak pertama kali tes hingga ospek— hari ini ia berangkat sekolah dibonceng motor oleh salah satu kakak idola. Dari dalam mobil yang dikendarai sopirnya, Lisa dengan jelas bisa melihat kalau itu benar-benar Dira. Sementara sebelumnya, Dira sama sekali tak menceritakan apapun padanya soal hubungannya dengan mantan ketua OSIS yang baru lepas jabatan saat upacara tadi pagi. 

"Kenalin dong.."

"Minta nomornya aja deh.."

"Pliss.. pliss.."

"Permintaan pertemanan gue belum direspon.."

"Dia sukanya apa?"

"Ah, sial!" Batin Disya.

***

Ngga bosen deh aku ingetin buat vote, hahaha.

Terimakasih sudah baca cerita ini. See u ^^



The Last Memory [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang