too much too ask

61.6K 7.2K 313
                                    

Vote sebelum membaca. Komentar setelah membaca.

Semakin banyak jumlah vote dan komentar, semakin semangat saya update nya.

Terimakasih.

*****


"Kalysta Home."

Mas Faza tersenyum miring. Mata nya masih menatap papan nama kosan yang tergantung di depan pagar. Lalu dia menengok ke arah kursi penumpang. Menatap ke dalam mata ku yang masih sembab dan memerah.

"Jadi, Daffi yang lebih dulu nemuin kamu," lirihnya.  Dia tersenyum sedikit.

"Tck! Aku keduluan," gumamnya lagi. Tapi wajah bang Faza tidak nampak kecewa. Dia malah membingkai raut wajah nya dengan senyum yang hangat.

Beberapa jam lalu, saat baru saja tiba di lobi hotel setelah mendengar penjelasan Bu Ani, mamah nya Daffi. Dengan lutut gemetar, mata sembab, hati yang terasa baru saja di cabik cabik. Aku terdiam cukup lama di lobi hotel.

Kepala ku terasa pening, sakit, dan berat. Berasa ada yang menusuk - nusuk dengan benda tajam. Tentu rasa sakit di kepalaku, tak jauh di akibatkan informasi menyakitkan yang bu Ani sampaikan padaku tentang kemungkinan perasaan Daffi serta semua informasi masa lalu kekasihku itu.

"Daffi tidak mencintai ku. Daffi menginginkan ku menjadi pengganti Lysta yang kebetulan memiliki wajah mirip dengan ku. Daffi mencari Lysta dalam diri ku. "

Kalimat kalimat itu berulang kali terngingang di kepala ku. Membuat kepalaku, terasa di tusuk tusuk ribuan jarum. Menyakitkan.

Tiba-tiba aku merasa pemandangan di depanku berputar. Kepalaku semakin pening.Sontak aku berjongkok sembari meraba dahi. Berusaha agar tubuhku tidak tiba-tiba terjatuh ke lantai.

Tangan ku terjulur, menjambak rambut di dekat dahi. Lagi lagi berusaha keras agar rasa sakit itu bisa berkurang meski sedikit.

"Nada. " Suara bariton berat memanggil nama ku.

"Hey. Nada." Lagi dia memanggil. Kali ini dia berjongkok mensejajarkan tubuh nya dengan tubuh ku. Sedetik kemudian, tangan nya terjulur memegang bahu ku. Sontak aku membuka mata, dengan kernyitan dalam di kening menahan rasa sakit di kepala ku.

"are you oke? " tanya nya lagi. Keningnya berkerut memperhatikan wajahku yang aku yakin sudah sangat pias.

"Mas Faza?" Lirihku. Ada nada ragu, karena sungguh wajah di depanku tidak terlalu nampak jelas di penglihatan. Entah karena kepalaku yang terlalu pusing, atau karena mataku yang terlalu bengkak, bahkan mungkin karena air mata yang enggan berhenti menetes, menjadi penyebab kaburnya penglihatanku.

"Ya ini aku. Kamu baik - baik saja? " Dia mengkonfirmasi. Nada suaranya terdengar sangat cemas.

"Aku--" menghela nafas.
"baik baik aja mas," lanjutku lagi. Tapi aku rasa Mas Faza tidak percaya melihat bagaimana tanganku yang masih meraba dahi.

"Enggak. Kamu tidak baik-baik saja Nad."

"Bisa berdiri?" Dia bertanya lagi.

Aku mengangguk sambil mengernyitkan dahi menahan vertigo yang tidak juga terasa membaik. Tapi, saat tiba-tiba baru mengangkat tubuh, kakiku ternyata tidak kuat menahan gravitasi. Beruntung Maz Faza sigap, dia menahan tubuhku, hingga aku tidak terjatuh.

JANDA TAPI PERAWAN (JANDA RASA PERAWAN)Where stories live. Discover now