Remember Me? (Part 2)

64.6K 7.6K 311
                                    

Hargai tulisan saya dengan memberikan vote beserta komentar.

Terimakasih 😊

*******

Setelah kejadian itu, aku bernafas lega. Kalau saja Arshaka tidak menghentikan aku, mungkin sekarang tubuhku akan penuh ruam dan gatal-gatal atau bahkan sesak nafas dan di larikan ke Rumah Sakit.

Jujur, aku masih terkejut karena Arshaka masih mengingat alergi ku. Yang lebih mengejutkan, mungkin selama dia mengobrol dengan Tania, matanya tak lepas memperhatikan apa yang ku lakukan. Buktinya, dia menghentikan ku di saat yang tepat.

Ya Tuhan.

Lagi-lagi aku terlalu berhalusinasi.

Aku juga bersyukur, setelah kejadian itu tidak ada yang menanyakan bagaimana bisa Arshaka tau perihal alergiku, ku tebak mungkin karena mereka sungkan untuk menanyakan hal se-pribadi itu pada bos kami yang malam ini nampak begitu sangat tampan.

Meski tidak bisa di pungkiri jika suasana setelahnya memang menjadi agak kikuk, terutama bagiku juga bagi Arshaka. Apalagi tidak bisa di pungkiri, semua orang memperhatikan tingkah Arshaka ketika dia memegang pergelangan tanganku, dan berkata-kata sambil melihat ke dalam mataku. Tatapannya terasa begitu mengintimidasi, tapi malah membuat jantungku nyaris terjun ke lambung. Saat inipun, rasanya jantungku masih berdetak dengan norak.

Aku tau gosip ini tidak akan berhenti pada malam ini. Di kantor nanti, mungkin aku akan jadi bulan-bulanan pembicaraan teman-teman satu divisi bahkan mungkin sampai satu kantor. Sudah tidak heran, toh selama ini pun ketika aku tidak melakukan 'sesuatu' , aku sudah menjadi bahan gosip yang sangat panas. Janda yang senang menggoda laki-laki.

Aku juga tidak berniat untuk mengkonfirmasi apapun pada mereka, toh apapun yang akan ku katakan, mereka akan tetap menyudutkan ku, jika aku sudah menggoda bos kami, sehingga Arshaka begitu berani menyentuh tanganku dan menatap mataku dengan cara seperti tadi.

Ahhh..

Jujur, aku lelah menjadi janda. Aku lelah, di cap negatif sebagai wanita penggoda oleh kaumku sendiri, bahkan aku tau ada beberapa kaumku yang mengatakan bahwa perceraianku terjadi pasti karena salahku. Bagi para laki-laki, aku menjadi bahan olok-olokan, di goda karena statusku, dan di anggap gampangan, serta bisa di ajak dengan mudah untuk berpetualang di atas ranjang.

Apa begitu nasib buruk bagi wanita yang menyandang status janda?

Aku mengusap wajah, tidak terlalu fokus memperhatikan suasana jalan yang penuh dengan pedagang pakaian dan asesoris. Kakiku, mungkin masih memutar pedal mobil sepeda dengan lampu hias berwarna-warni. Tapi pikiranku, masih di penuhi dengan cara Arshaka menatapku ketika di restauran tadi.

Ketika mobil berhenti, dan teman-teman yang satu mobil denganku turun satu persatu untuk berbelanja. Yang kulakukan, malah duduk anteung sambil menendang-nendang pasir yang ada di pinggir jalan.

"Minum Nad." Ben menyodorkan ku air mineral yang masih tersegel. Aku mengambilnya, lalu memutar tutupnya tanpa menatap ke arah Ben.

Dari sudut mata, bisa kulihat jika Ben tengah menyipitkan mata ke arahku. Menatapku dengan instens, dan ku tebak dia memiliki banyak pertanyaan yang ingin di ajukan.

Aku mendesah lelah.

"Apa? Ada yang salah di muka gua?" Tanyaku, tanpa memandangnya.

Ben menggeleng cepat-cepat. Lalu telunjuknya terjulur menggaruk ujung dahi.

"Gua pengen nanya sesuatu, tapi kalau lo ga mau jawab, gak apa-apa," ungakapnya.

"Tanya aja!" Aku berseru, lalu melirik ke arahnya.

JANDA TAPI PERAWAN (JANDA RASA PERAWAN)Where stories live. Discover now