Neighbour ? (Part satu)

68.6K 7.7K 413
                                    


Di wajibkan vote sebelum membaca dan komentar setelah membaca.

Happy reading ya!!!

********

"Nada."

"Pak Shaka."  Aku bergumam, rasanya tidak percaya jika kini yang berdiri di depanku justru orang terakhir yang tidak ingin aku temui untuk beberapa waktu ke depan.

Takdir benar-benar terasa kurang ajar. Baik bagiku, bahkan mungkin untuk Arshaka. Ketika kami sedang saling menghindar, kami malah di pertemukan lagi dengan cara yang tidak terduga.

"Kamu, sedang apa disitu?"

Ada nada curiga yang aku tangkap dari cara bicaranya barusan. Sepintas aku ingat ketika Mas Faza mengatakan jika sepupunya yang menempati studio ini sering membawa teman perempuan menginap.

Jangan bilang kalau Arshaka menyangka aku adalah salah satu wanita random itu?

"Nada," sekali lagi dia memanggil, karena aku tidak lekas menjawab.

"Sedang apa kamu disitu?" Kali ini dia terdengar marah.

Picik sekali pikiran Arshaka tentangku. Tapi tunggu, bukannya seharusnya aku marah karena Arshaka menuduh yang tidak-tidak tentangku, kenapa perasaanku malah menjadi sedikit bahagia melihat dia marah dan curiga seperti itu?

Ya Tuhan.

Apa yang kamu harapkan Nada?

Aku menarik nafas dalam-dalam. Lalu berujar, " saya tinggal disini."

"Tinggal? Maksud kamu?" Dia semakin nampak semakin marah dan curiga.

"Setau saya yang tinggal disana laki-laki, Nada." Suaranya terdengar begitu dingin. Benar'kan dugaanku, Arshaka dan pikiran negatif nya itu.

Arshaka masih menatapku lekat-lekat, tatapannya begitu tajam dan cukup membuat aku mwrasa terintimidasi.

"Saya baru membeli studio ini." Aku menunjuk ke dalam studio.

Seketika wajah Arshaka nampak terlihat luar biasa lega. Tapi kemudian dia kembali mengernyitkan dahi.

"Kamu membeli studio itu?"

Lalu aku mengangguk. Dan Arshaka langsung mengusap tengkuk, menyamarkan raut gusar dan kegugupan yang bisa ku tangkap dari wajahnya.

"Bapak sendiri sedang apa disitu?" Aku balik bertanya. Dalam hati, aku berharap Arshaka akan menjawab jika itu bukan penthouse miliknya.

Tapi ternyta, harapanku lagi-lagi tidak di kabulkan Tuhan. Karena Arshaka bilang, "saya tinggal disini."

Aku benar-benar kehilangan kata-kata. Begitu pula Arshaka. Kami hanya saling berdiri kikuk dan saling menatap dengan tatapan yang sama-sama tidak bisa di artikan.

Baru kemudian aku sadar, menatap Arshaka selama itu bisa membuat kesehatan jantungku terganggu. Jadinya, aku segera membuang wajah. Lalu mengeluarkan batuk yang di sengaja.

Lama kami sama-sama terdiam. Cukup canggung, dan tidak tau harus berbicara apa. Tapi aku tau dia masih disana. Melalui sudut mata, diam-diam aku melirik ke arahnya. Dan aku sadar dia sedang terang-terangan memperhatikan aku.

"Kamu?" Dia menjeda dan aku langsung berpaling ke arahnya.

"Ya?"

Lalu dia mengusap dahi.

"Belum tidur?"

Aku hanya mengerjap-ngerjapkan mata mendengar pertanyaan Arshaka. Aku pikir dia ingin mengatakan apa, atau mungkin membahas masalah kami lagi?

JANDA TAPI PERAWAN (JANDA RASA PERAWAN)Where stories live. Discover now