Kamu yang seperti mitos, memang bukan untuk ku.

72.8K 7.6K 747
                                    

Yuk bisa yuk rajin update lagi.

Menyemangati diri sendiri, padahal boro-boro semangat nulis, semangat beresin kekacauan hidup saja sudah ga punya tenaga 🤪

********

Di wajibkan vote sebelum membaca dan komentar setelah membaca. Awas kalo enggak.  Gue bakal merajuk ya. Hahahahah

Duh kesehatan gue makin drop nih.  Ga gau deh,  bisa update tiap hari lagi apa kaga. Tapi gue usahain kok.

Di tambah gue puyeng,  anak makin rewel.  Blm sembuh bener tuh si Alva yang semoga aja ga suka bolos. (Apa sebenar nya gua pikirin ya saat ngasih dia nama Alva? Hahahahah)

Yasudahlah. Happy reading guys

******

Jangan-jangan ini takdir? Lalu aku mulai dengan gila membuat ramalan-ramalan masa depan yang membuat aku bahagia. Padahal, mungkin saja aku hanya sedang menipu diri dengan memanipulasi setiap kebetulan antara aku dan Arshaka.

Seperti semalam, kebetulan saja Kak Wildan dengan nekad naik ke lantai apartemenku. Kebetulan saja, aku bertemu Arshaka dan masuk ke penthouse miliknya. Kebetulan saja aku sakit, lalu menginap di tempat Arshaka. Dan kebetulan juga, karena kejadian semalam aku jadi mendengar kalimat Arshaka yang langsung memporak-porandakan seluruh isi hatiku. Deru di dada ini belum benar-benar damai untuk Arshaka. Dan aku rada butuh waktu yang sangat lama untuk membuatnya damai.

Ada yang bermekaran di dalam dada, begitu menggelitik. Tapi aku terlalu takut, takut jika semua ini hanya mimpi. Atau kesalahpahaman ku mengartikan kalimat tersebut. Jelas-jelas Arshaka memiliki kekasih, masa iya dia mau main serong dengan aku? Lalu aku harus bagaimana? Aku tidak ingin menjadi orang ketiga, penghancur hubungan orang lain.

Sebelum semua itu terjadi, aku memilih diam, lalu berkilah dan pergi secepat mungkin. Aku perlu menjernihkan pikiran. Tidak ingin terjebak dengan tipuan yang aku pikir takdir, tapi ternyata semua cuma ilusi saja.

Aku terlalu takut untuk menanyakan apakah maksud Arshaka, dia masih menginginkan aku, seperti aku menginginkannya? Lalu Tania?

Terdengar bodoh. Karena aku peduli pada perasaan wanita lain. Tapi setelah hubunganku di hancurkan wanita idaman lain, aku bertekad untuk tidak akan pernah menghancurkan hubungan orang lain. Tidak akan pernah. Camkan itu!

Aku mengetuk-ngetuk telunjuk di meja. Pikiranku ruwet, kusut. Aku bahkan tidak sadar, bagaimana cara aku bisa sampai di kantor.

Aku menghela nafas panjang, sambil memejam punggungku terdorong pada sandaran kursi, tapi yang terlintas malah wajah Arshaka.

Ya Tuhan. Aku harus bagaimana?

"Masih sakit Nad?"

Benyamin tiba-tiba sudah bersandar di meja kubikelku.

"hm? enggak. Gue udah enakan kok." Aku menjawab sambil berpura-pura sibuk membereskan tumpukan map di atas meja.

"Jangan jatuh cinta sama bos kita Nad," kata Ben menasihati. Aku yang mendengar, langsung mengerjap kaget, penasaran bagaimana bisa Benyamin tau apa yang aku rasakan? Jangan-jangan dia cenayang.

"Gue enggak —"

"Kantor heboh, dengan gosip antara lo sama pak Shaka." Benyamin menjelaskan. Dia menarik kursi di samping ku, tempat Wina duduk, yang kini kosong di tinggal si empu-nya kursi cuti.

"Gajah di pelupuk mata ga keliatan ya Nad, tapi semut di sebrang keliatan jelas banget di mata lo?"

"Maksudnya?"

"Enggak. Lo ga bakal ngerti," katanya lagi terdengar agak frustasi.

" Ya gimana gue bakal ngerti, kalo lo ga jelasin Ben."

JANDA TAPI PERAWAN (JANDA RASA PERAWAN)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin