Karma di bayar Kontan

81.6K 8.3K 971
                                    

Maaf euceu selama hamil sering premature kontraksi, jadi lebih banyak istirahat. Kata dokter, ga boleh banyak pikiran, sedangkan menulis cerita itu tentu saja harus sambil di pikirkan. Jadinya aku cuma menghabiskan waktu buat nontonin drama korea sama marathon nontonin Kwang So Oppa di Running Man. Biar bawaan hamilnya happy, dan kontraksi prematurenya hilang.

Tapi harapan tinggal harapan, kenyataannya aku harus lahiran di Uk 36-37 minggu karena premtare kontraksi plus bekas SC anak pertama, dokter takut terjadi robekan rahim jadinya ya gitu di rawat dulu lalu lahiran SC lagi.

Alhamdulillah, lahir sehat, selamat, dan sekarang meriweuh ngurus baby lagi. Jadi mohon kesabarannya jika updatenya sering molor jadi jadwal.

Gak apa - apa kan ya? Biar kalian makin kangen Arshaka Nada. Hehe 😅

Btw. Happy reading ya.
******

"Sa-yang."
Aku memejam sambil menutup wajah dengan telapak tangan, lalu tanpa sadar menyeringai dengan sangat lebar. Meraba pipi dengan punggung tangan, dan aku bisa merasakan jika pipi-ku pasti sudah semerah tomat.

Ya Tuhan.

Aku bahkan tidak ingat bagaimana cara aku sampai di kantor, karena selama perjalanan dari apartemen ke kantor, yang ku ingat hanya ekspresi dan suara Arshaka yang memanggilku dengan kata, 'sayang'.

Ini bukan mimpi'kan?

"Lo kesambet ya?"

Tanya Ben, yang tiba-tiba sudah bersandar di kubikelku. Ben masih mengenakan tas kerjanya. Bukannya menjawab, aku malah menatap ke arah Ben lalu menyeringai semakin lebar.

Ben langsung mengernyitkan kening, lalu bertanya dengan mimik wajah yang sangat serius.
"Lo, obat yang sehari 50 butir sudah di minum semua'kan Nad?"

Sialan.

Ya Tuhan. Memang temanku yang satu ini ga ada akhlak sama sekali ya.

Aku menengadah sambil memejam. Ku dengar Ben terkekeh geli, mungkin merasa lucu melihat wajahku yang tiba-tiba berubah menjadi agak kesal karena di ganggu olehnya.

"Semalam pulang sama siapa Nad?"

"Kepo."

"So misterius, padahal paling baliknya sama tukang ojek online."

Aku hanya mengangkat bahu, enggan menanggapi. Seandainya kamu tau Ben semalam aku pulang dengan siapa, pasti kamu akan terkejut.

"Kopi buat Lo," katanya lagi. Tangan Ben menyimpan gelas kertas di atas meja.

"Dari pantry. Baru gue bikin," lanjutnya lagi menjawab pertanyaan yang tidak aku suarakan.

Aku menatap curiga ke arahnya.

"Ga lo lodahin'kan?"

"Astagfirullah." Dia mengusap dada hiperbola.

"Enggak gue ludahin sih Nad, cuma gue campur air jampe-jampe aja, ajian pelet dari nenek lampir."

"Lo pelet gue? Gue tau sih gue cantik dan menawan. Wajar kalo lo menaruh hati sama gue Ben."

Lelaki di depanku ini, langsung memasang ekspresi pura-pura muntah. Dan aku tertawa menanggapinya.

Terlalu asik bercanda sama Ben, aku sampai tidak sadar kapan Arshaka keluar dari ruangannya, tau-tau lelaki yang tadi memanggilku dengan sebutan 'sayang' itu sudah berdiri di dekat kubikelku.

"Pagi-pagi sudah ngegosip aja ya."

Suaranya terdengar super nyinyir. Aku dan Ben langsung terlonjak kaget. Spontan, kami berdua menoleh ke arah Arshaka, lalu tersenyum dengan senyuman yang di paksakan.

JANDA TAPI PERAWAN (JANDA RASA PERAWAN)Where stories live. Discover now