Akan Selalu Kamu

81.9K 8.8K 584
                                    

Di wajibkan vote sebelum membaca dan komentar setelah membaca.  Awas kalo enggak!!  Hahah (ngancam mulu gue ya? Bodo ah. Dudududududu)

Oh ya.  Serius besok ga update.  Ini mah beneran.  Masalah nya anak di rumah makin tambah tambah sakit nya.  Ini aja gue ngetik karena emang belum bisa tidur.  Sambil ngompresin dia.  Sesekali gue ngetik beberapa kata.

Terus tiba tiba udah jadi aja seribuan lebih.  Lumayan lah ya..

Yasudah..

Happy reading guys

****

Aku melirik ke arah Arshaka, sedikit ngilu melihat sudut bibirnya yang pecah bekas pukulan Daffi. Lalu melihat kemejanya yang sedikit kotor, karena Arshaka dan Daffi terlibat saling pukul, sampai akhirnya security berhasil memisahkan mereka dan mengusir Daffi pergi, sebelum keduanya saling membunuh.

"Sakit?"

Rasanya merasa sangat bersalah. Tapi lelaki itu justru terlihat sumringah entah untuk alasan apa.

"Tidak terlalu," katanya mengangkat bahu.

"Maaf." Aku menunduk, menatap ujung heels yang aku pakai.

"Hey. It's oke. Ini tidak sakit Nada. Beneran," katanya, sambil menggiring ku keluar dari lift apartemen kami.

Setelah Daffi pergi, Arshaka memberikan aku tumpangan untuk pulang. Dan selama perjalanan itu, aku benar-benar kehilangan kata-kata.

Selain syok karena melihat pertengkaran antara Arshaka dan Daffi, aku juga seolah tersihir dengan kalimat lamaran tanpa tanda tanya itu.

Aku terus menimbang-nimbang, haruskah aku menanyakan maksud perkataan Arshaka tadi. Tapi rasanya aku belum siap, jika Arshaka menjawab 'Jangan GR ya Nada, saya hanya membantu kamu agar lelaki itu tidak mengganggu kamu lagi.'

Membayangkannya saja, hatiku langsung terasa nyeri.

Pun begitu Arshaka, lelaki itu hanya diam, dan masih terlihat marah. Beberapa kali aku lihat dia menghela nafas kasar sambil menggeratkan gigi, mungkin dia belum merasa puas berkelahi dengan Daffi.

"Masuk Nad." Mata Arshaka menunjuk penthouse yang pintunya sudah terbuka lebar.

Tadi dia memang mengajak aku untuk makan malam dulu sebelum kami pulang. Tapi aku rasa, kami tidak mungkin makan di luar dengan keadaan wajah Arshaka yang sedikit babak belur serta beberapa bagian kemejanya yang kotor. Akhirnya, kami setuju untuk delivery makanan cepat saja.

Untuk pertama kalinya aku menginjakan kaki d rumah Arshaka. Lalu tetap memuja desain interior yang tertata begitu mewah. Apalagi ketika memasuki ruangan tengah yang menyatu dengan open kitchen, aku harus terpukau dengan bagaimana Arshaka membuat rumahnya benar-benar terlihat mewah dengan desain klasik. Di dekat open kitchen, ada pintu kaca yang menuju kolam renang pribadi. Tidak lupa di tengah ruangan Arshaka menyimpan piano yang menghadap ke arah kolam renang.

Sungguh terlihat sangat mewah. Aku sampai bertanya-tanya seberapa kaya-nya keluarga Arshaka sekarang?

"Sini Nad," katanya lagi memanggilku ke arah kitchen island yang laki-laki itu tempatkan dekat meja makan.

Aku menurut, melangkahkan kaki kesana lalu duduk d kursi bar yang terbuat dari kayu jati. Arshaka berada di depanku, dia membuka pizza yang aku pesan lewat aplikasi online.

"Sini lihat tangan kamu!"

Tanpa aba-aba Arshaka menarik tanganku, lalu memperhatikan bekas memerah di pergelangan tangan, akibat dari cengkraman tangan Daffi tadi.

JANDA TAPI PERAWAN (JANDA RASA PERAWAN)Where stories live. Discover now