tak mungkin ada aku, di antara kau dan dia.

62K 7.2K 318
                                    

Budayakan vote sebelum membaca, dan komentar setelah membaca

Terima kasih.

Happy reading. Semoga bisa menjadi hiburan untuk semua ❤️

******

"Nad, kalau kamu tidak bisa pulang ke sini malam ini, Mas bisa antar kamu buat tidur di tempat lain."
Mas Faza menyarankan. Dia melihatku dengan tatapan iba. Di depan sana beberap menit lalu, kami bisa melihat Daffi berjalan mondar mandir di dekat pos satpam.

Nampak jelas, jika lelaki itu tengah menungguku pulang. Entah dia sudah mendengar berita ini dari bu Ani, atau dia memang memiliki feeling yang hebat, jika ada bencana dalam hubungan kami.

Aku tidak menatap Mas Faza, yang ku lakukan hanya mengusap wajah sembari menghela nafas keras-keras. Sudah jelas, wajahku menampakan wajah lelah.

"Aku tidak mempunyai tempat lain untuk di tuju Mas," ujarku. Lalu menyugar rambut.

Untuk beberapa detik Mas Faza terdiam. Dia hanya mengelus-elus dahinya, seolah tengah berfikir.

"Tidur di tempat Wina saja Nad." Lagi-lagi dia menyarankan. Namun aku hanya menggeleng lemah.

Aku rasa menghindari Daffi bukan hal yang bagus. Aku harus menghadapinya. Cepat atau lambat, aku harus memutuskan hubunganku dengan lelaki itu. Suka atau tidak suka dia dengan keputusanku, yang jelas aku tidak bisa membuang waktu lagi untuk terus bersamanya.

Hidupku jauh lebih berharga dari ini.

"Tidak Mas. Terimakasih. Aku akan mengakhirinya malam ini."

"Kamu yakin?" Mas Faza nampak khawatir. Tapi ada raut lega membingkai wajahnya. Entah karena dia memang tulus ingin menolongku, atau ada maksud tersembunyi disana. Aku tidak tau.

Aku mengangguk, mengiyakan.

"Oke. Tapi kalau ada apa-apa telepon aku ya Nad. Aku pasti membantu kamu." Dia meyakinkan.

Lagi lagi aku hanya mengangguk seraya mengucapkan terimakasih.

"Nad-" dia memanggil ketika aku hendak membuka hendel pintu. Aku hanya menatap Mas Faza, bertanya lewat tatapan mata.

"Take care. Semangat ya," ujarnya lagi. Lalu tersenyum hangat.

"Terimakasih Mas," ucapku. Lalu segera turun dari mobilnya.

Tepat ketika baru turun dari Fortuner Mas Faza, atensi Daffi tercuri. Dia mengernyitkan kening, ada tatapan curiga yang aku tangkap disana.

Lelaki itu bahkan tidak menatapku, tapi menatap mobil yang semakin menjauh dari kosan. Baru ketika mobil itu menghilang dari tatapan mata, Daffi menatapku. Dia menghalau jalanku.

"Dari mana?" Nada suaranya terdengar dingin.

"Aku ada urusan di luar."

"Urusan apa? Sampai sampai telepon ku tidak kamu angkat, bahkan WA pun tidak kamu read." Dia semakin terdengar marah.

Aku enggan menjawab. Yang kulakukan hanya menatapnya dengan pandangan lelah.

"Itu siapa yang mengantar kamu pulang?" Jelas terselip banyak nada curiga dalam kalimat Daffi barusan.

Ya Tuhan. Tidak bisakah dia mempersilahkan aku masuk ke kosan terlebih dahulu. Membicarakan ini di tempat yang tidak seharusnya menjadi tontonan satpam kami tercinta serta beberapa pasang mata penghuni kosan yang sedang berada di teras.

Baru beberapa detik kemudian Daffi menyadari, jika mataku terlihat bengkak dan memerah.

"Kamu habis menangis?"

JANDA TAPI PERAWAN (JANDA RASA PERAWAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang