Remember Me? (Part 4)

65.7K 7.8K 550
                                    

Karena tadi ada yang koment dan doain gua panjang umur klo gua update lanjutan nya malam ini. Yaidah gua update deh ya. Hahahhahahah

Di wajibkan vote sebelum membaca dan komentar setelah membaca. Terimakasih

Follow ig @Rhakartika

Awas klo kaga. Hahahha

Oh ya. Aku minta maaf juga, akhir akhir ini aku jarang balas koment. Mood ku lagi berantakan banget. Aku sampe bingung mo balas apa. Yang jelas, aku baca ko semua koment nya. Dan bahagia banget banyak menanggapi cerita nya..

Please jangan berhenti koment. Kalau perlu koment sebanyak banyak nya. Mwehehehe

Happy reading

******

(PS. Baca part di bawah pake mulmed di atas atau tonton dulu VC nya parah VC nya nyesekin banget. Terimakasih)

"Maaf? Untuk apa? " kata-kata itu terlontar sesaat setelah Arshaka berbalik mengahadap ke arah ku. Tapi dia itu menolak untuk menatap ku. Dia membuang wajah ke arah lain, entah karena jijik melihat aku, atau karena dia jika aku bisa membaca ekspresi wajah nya saat ini.

"Aku bersalah Ka. Aku bersalah sama kamu." Terbata-bata aku mengucapkan kalimat maaf, isakanku semakin kencang. Aku menggigit bibir, menyamarkan suara tangisan yang rasanya hampir meledak.

Tangan Arshaka naik, terjulur mengacak rambut. Dia nampak frustasi, marah dan kecewa. Membuang nafas kasar, lalu menatap ke dalam mataku dengan tatapan yang begitu tajam. Ada kemarahan di dalam tatapan-nya.

"Stop Nad. Tolong berhenti. Kamu tidak perlu meminta maaf atau menjelaskan apapun pada saya. Percuma, apapun yang kamu katakan, tidak akan membuat waktu bisa terulang kembali, dan membuat keadaan saya menjadi lebih baik."

"Kamu, tidak berhak mengatakan apapun sama saya."

Dia menatapku dengan tatapan nyalang. Tidak memperdulikan tubuhnya yang semakin berguncang karena isak tangis.

Bahkan Arshaka tidak mengubah cara bicaranya padaku. Dia tetap memakai bahasa informal, meski aku sudah memanggilnya tanpa embel-embel Pak di depan namanya.

Arshaka benar-benar membenciku.

Hanya itu yang bisa aku pikirkan.

Tatapan mataku mengabur, tapi aku bisa lihat dengan jelas jika rahang lelaki itu terkatup sempurna. Raut wajahnya begitu dingin. Dia tidak bisa lagi ku gapai.

"Kamu tau Nad, kamu sudah menghancurkan saya. Kamu---" lalu membuang nafas kasar

"Saya ingat dengan jelas, kalau dua tahun pertama setelah saya ke Korea, saya tidak pernah absen mengirimi kamu email setiap hari. Tapi kamu tidak pernah membalas email saya. Satu kali-pun Nad, kamu tidak pernah membalas-nya." Suaranya benar-benar terasa begitu dingin. Begitu membuatku merasakan nyeri tak kasat mata. Arshaka benar-benar menepati janjinya.

Aku menggigit bibir lebih keras, seraya menutup wajah dengan tangan karena kalau tidak aku rasa aku tidak akan sanggup untuk tidak menangis dengan kencang.

"Dan tau yang lebih bodohnya apa, saya selalu yakin kalau kamu tidak melupakan janji kamu sama saya. Mungkin, kamu terlalu sibuk untuk membalas email saya. Mungkin, kamu harus mengikuti banyak les, karena saya sudah tidak ada di sisi kamu lagi, untuk membantu kamu belajar, untuk membantu kamu mengerjakan PR, atau bahkan untuk memberikan kamu contekan saat ujian."

"Pikiran-pikiran itu yang membuat saya tetap yakin, kalau kamu suatu saat pasti akan membalas email saya. Meskipun terlalu saya mungkin terlalu naif, terlalu bodoh, karena setelah itu selama tiga tahun berikutnya, saya tetap mengirimi kamu pesan, sesekali mengirimi kamu foto terbaru saya dan kehidupan saya di Korea. Lalu, meski kamu tidak pernah membalasnya, lima tahun terakhir saya tetap mengirimi kamu pesan.m, meski durasinya menjadi satu bulan sekali. Dan isinya hanya berupa foto langit Korea yang sangat cerah. Karena saya tau, betapa kamu sangat mencintai langit yang cerah. Saya ingin menunjukan pada kamu, seluruh pemandangan yang bagus yang saya lihat, sambil berharap suatu saat kamu akan membalas email saya, lalu berkata bahwa kamu masih menunggu saya."

JANDA TAPI PERAWAN (JANDA RASA PERAWAN)Where stories live. Discover now