Remember Me? (Part satu)

67.9K 8.1K 247
                                    

Di haruskan Vote sebelum membaca. Dan komentar setelah membaca.

Maafkan saya untuk keterlambatan update. Akhir akhir ini, jangan kan update seminggu dua kali, update seminggu sekali saja susah nya minta ampun.

Bocah di rumah makin ga bisa di ajak kompromi. Ga bisa liat aku megang handphone lama, dia langsung caper 😢😢😢

Badan aku juga lagi drop banget. Gampang sakit. Gampang masuk angin. Hiks

Oh ya follow IG aku dong @rhakartika kali aja klo kalian pada nagih disana aku jadi ada kesadaran penuh untuk update lebih cepat. Hahahhaha

Tapi aku janji, semua cerita cerita aku pasti aku ketemuin sama ending kok!!

Terimakasih untuk penantian nya. Happy reading!!

*****

Semalaman tadi, aku benar benar belum sempat memejam. Terlalu sibuk merayakan patah hati. Bahkan terasa semakin terasa miris, ketika aku sadar bukan hanya Daffi yang bermain hati dengan menjadikan aku wanita pengganti. Tapi aku juga, karena ketika bersamanya, aku sempat tergoda pada lelaki lain.

Kalau kami tetap bersama, kami hanya akan saling menbohongi diri. Daffi yang tidak akan pernah bisa melupakan Lista. Dan aku, yang entah bagaimana mengatakannya tapi ada bagian di hatiku yang mungkin telah di isi Arshaka.

Gila. Disini, bukan hanya Daffi penghianatnya. Tapi aku juga. Lalu, dengan pongahnya aku menyalahkan Daffi, padahal aku sendiripun ikut-ikutan bersalah.

Entah apa yang sebenarnya ku tangisi, apa karena kata-kata penolakan bu Ani? Atau karena Daffi ternyata tidak mencintaiku? Atau karena aku menyesal lebih memilih Daffi dari pada Arshaka, padahal Daffi sendiripun tidak memiliki hati untuk ku.

Sungguh sangat ironi? Inikah karma untuk seorang penghianat sepertiku?

Aku bertanya- tanya, sembari menatap jarum jam di dinding yang bergerak terasa begitu lama.

Aku sempat memejam satu jam, saat bangun ku lihat waktu baru akan menyentuh adzan subuh. Aku bangun, tapi mataku begitu sulit untuk terbuka. Saat menatap cermin, baru aku sadar ternyata, mataku bengkak dan memerah.

Aku mengusap wajah dengan air. Lalu beranjak menunaikan kewajiban sebagai seorang muslim. Dalam sujudku, aku berdoa semoga di kirimkan jodoh yang mencintai aku apa ada nya. Menginginkan ku, dengan sepenuh hati.

Ketika membuka mukena, aku baru sadar, bahwa tidak baik bagiku untuk tetap berada di kosan ketika pagi nanti. Aku yakin, Daffi akan datang mengetok pintu kamar, lalu memohon permintaan maaf.

Aku tidak ingin iba, lalu menerima permintaan maafnya. Percuma, sekalipun kami bersama, bisa apa aku untuk melawan keluarga Daffi yang tidak setuju dengan hubungan kami. Bisa saja, bu Ani memandangku sama seperti Lista, dia tidak ikhlas anaknya menikahi perempuan yang tidak jelas bebet, bibit dan bobotnya.

Ahhhh...

Aku mendesah frustasi. Lalu saat memandang sudut kamar, melihat ke aras tas gendong yang sudah terisi beberapa pakaian yang aku siapkan beberapa hari lalu, aku baru ingat jika hari ini ada familly gathering divisi tempat ku bekerja. Lebih ke acara, syukuran karena target penjualan kami bulan ini melonjak drastis.

Mungkin, Tuhan sedang menolongku untuk melarikan diri dari Daffi. Jadinya meski aku begitu enggan bertemu siapapun, pada setelah subuh aku segera pergi ke kantor. Menunggu disana sampai teman-teman satu divisi hadir, kemudian pergi ke pantai Pangandaran.

"Mbak Nada, are you oke?"

Wina bertanya, dia terlihat khawatir. Entah karena melihat mataku yang bengkak, atau Mas Faza sudah menceritakan kejadian tadi malam padanya. Yang jelas aku hanya menggeleng lemah seraya sedikit tersenyum.

JANDA TAPI PERAWAN (JANDA RASA PERAWAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang