#15

2.1K 233 5
                                    


Vote dulu baru baca!

"Hami... Selamat pagi, chagi-ya!". Senyum Jimin mengembang lebar saat melihat Hami yang duduk membelakanginya dan memandang dinding dengan tatapan kosong.

"Aku membawakan kebab untukmu." Masih belum ada jawaban dari Hami. Mulut Hami masih bungkam. Jimin meletakkan nampan kebab itu diatas meja dan menghampiri Hami.

"Hami? Kau masih marah padaku?". Jimin memegang tangan Hami. Hami tetap memandang lurus ke depan. Sedangkan didepannya ada Jimin dengan wajah penuh penyesalan.

"Hami... Kemaren itu hanya..".

"Bisakah kau pergi dariku? Dan jangan bicara denganku?".

"Hami...".

"Aku tak marah padamu. Tapi kalo sekarang kau tak mau pergi dari sini aku tak akan pernah memaafkanmu." Ujar Hami dengan nada sedingin es dikutub selatan.

"Ha..". Jimin memberhentikan ucapannya saat ada yang memegang pundaknya. Jimin melihat siapa itu. Dia paham dengan ekspresi wajah Taehyung yang menyuruhnya untuk menuruti Hami. Dalam lubuk hati Jimin sangat berat bila tak menjelaskan dulu semuanya agar tak jadi salah paham.

Jimin keluar dari kamar ini dan terkadang menoleh kebelakang dan melihat Taehyung sedang berbicara dengan Hami. Tak tahu apa yang mereka bicarakan tapi terlihat jelas Hami sedang disuapi oleh Taehyung.

Jimin agak sedih dengan ini. Kenapa ini terjadi padaku. Aku ingin sekali menyuapinya seperti dulu. Hati Jimin terus menerus menolak dengan situasi sekarang ini.

Jimin melangkahkan kakinya menuju rooftop yang sering ia kunjungi dengan Hami. Dan duduk dibangku yang sering ia duduki dengan Hami. Namun kali ini dia sendirian.

Jimin POV

Angin ini tak bisa menyejukkan pikiran dan hatiku. Walaupun pemandangannya indah namun tak bisa memperindah semuanya lagi.

Semua berbalik 180° derajat. Hami seolah sudah membenciku. Padahal sebenarnya ini bisa diperbaiki dengan Hami mendengarkan penjelasanku dulu. Tapi dia tak memberiku kesempatan.

"Hahhh...". Aku bernapas keras berusaha menghilangkan bebanku. Namun tak sedikitpun berkurang.

Aku memejamkan mataku. Dan mulai terbawa suasana sekarang ini. Biarlah semua terbawa arus waktu yang berlalu. Aku yakin Hami akan mempercayaiku.

Mungkin ini bukan waktunya untuk menjelaskan padanya. Aku tahu dia sekarang sedang cemburu. Hehehe... sebenarnya aku juga ada rasa senang, karna Hami menunjukkan rasa cintanya padaku secara tidak lamgsung. Jelas bahwa dia juga mencintaiku.

Dan aku percaya Hami akan kembali padaku. Tapi tidak sekarang.

Jimin POV end
Hami POV

Aku masih ingin menenangkan pikiranku dulu. Dan ditempat inilah yang aku suka saat sedang sendirian.

"Hawa disini sangat menyenangkan. Rasanya aku ingin sekali melukis dikanvasku lagi. Pasti pemandangannya indah." Aku tersenyum membayangkan bentuk dan rupa taman ini.

Aku suka sekali dengan hal-hal berbau seni. Apalagi dengan seni rupa. Dikamarku saja sudah terpapang puluhan lukisan yang aku beli diseluruh penjuru negara. Pastinya dengan harga yang boombastis karna lukisan itu kebanyakan langka dan malahan ada yang menjadi satu-satunya didunia.

Sebagai seniman sangat berat menerima keadaan sekarang. Mata adalah termasuk hal yang diandalkan dalam menggambar. Lewat mata kita bisa merangsang pikiran kita dan pikiran kita merangsang tangan kita untuk memggambarnya.

DON'T BE BLIND; PJM ✔Where stories live. Discover now