#22

2K 198 6
                                    

"Hati-hati, Appa dan Eomma! Aku akan menjadi anak yang baik selama kalian pergi. Aku janji." Aku memeluk mereka berdua dengan erat. Hari ini adalah hari pemberangkatan mereka untuk ke Jepang. Biasa pekerjaan memanggil mereka berdua.

"Aku pegang janjimu itu. Arraseo?". Eomma memelukku lagi. Capek rasanya harus bertengkar dengan orang tua kita. Aku memutuskan untuk meminta maaf pada eomma. Aku tahu aku salah terhadapnya. Mereka berdua sayang terhadapku. Mereka rela harus pergi berkilo-kilo meter hanya mencari uang untukku. Aku memang egois.

"Ne. Arraseo."

"Pemberangkatan pesawat Korea - Jepang akan segera lepas landas. Harap semua penumpang segera naik ke dalam kabin pesawat."

"Ah! Palli! Kalian akan ketinggalan pesawat. Aku akan merindukan kalian." Suara operator bandara ini membuyarkan drama perpisahan kami. Memang Appa dan Eomma tidak pergi lama. Tapi aku selalu merindukan mereka.

"Jaga dirimu baik-baik,eoh?!". Aku tahu eomma masih belum ingin pergi dariku. Terlihat dari kakinya hang berat melangkah jauh dariku. Haha. Mereka berdua sangat lucu. Aku beruntung lahir dari keluarga kecil ini.

"Annyeong!!". Aku melambaikan tanganku kepada mereka yang sudah hampir tak terlihat.

"Ahh.. aku sungguh akan merindukan mereka." Aku kembali memasuki mobilku yang aku pakirkan di pinggir bandara ini. Saat pak sopir ingin menjalankan mobilnya. Secara mendadak dia injak lagi rem setelah melihat ada yang menyebrang depan mobilku.

Aku mengerutkan dahiku dan melihat ada segerumbulan orang walau tak banyak.  Tidak jelas siapa orang-orang itu tapi mereka seakan terburu-buru.

"Kasihan sekali." Aku melihat mereka semua seperti mendorong kasur beroda itu dan diatasnya ada seseorang yang terbaring lemah disana. Ini mengingatkanku dengan Jimin.

Setelah semua selesai menyebrang, pak sopir injak pedal gasnya lagi dan pergi dari bandara ini menuju rumah.

Sekarang ini pukul 7.00 pm. Belajar? Tidak, aku tidak suka belajar. Malas? Tidak, aku hanya saja aku tidak suka menjadi pusat perhatian sebagai orang pintar. Aku ingin menjadi remaja yang normal tak terjaring dengan tumpukan buku yang tebal. Aku yakin didunia ini tidak ada anak bodoh. Kita masing-masing memiliki kepintaran yang berbeda-beda. Aku pandai dibidang seni.

"Oh ya! Hari ini aku belum mengabari Jimin sama sekali." Aku ambil HP didalam tasku, berniat menghubungi Jimin. Dari selepas pulang sekolah hingga tadi aku sibuk membantu eomma dan appa berkemas. .

"Kenapa tidak diangkat-angkat?" Tumben sekali dia lama mengangkat teleponku.

"Nomor yang anda hubungi sedang dialihkan. Cobalah beberapa saat lagi."

Ck! Sekarang dialihkan?!

"Aku ke rumah sakit saja besok."

Sekarang waktuku untuk sleeping beauty. Aku cuci muka dan sikat gigi. Setelah itu merebahkan tubuhku di kasur ukuran super duper luas ini.

"Ahh.. Nyamanya.."

Mataku tertutup. Tidur nyenyak ~ .

###

Pip.. pip..pip.. pi.

"Hoammm... Selamat pagi dunia!" Aku matikan alarmku dan meregangkan seluruh otot di tubuhku.

Sinar-sinar matahari pagi masuk ke dalam sela-sela tirai jendelaku. Aku berdiri dan membuka lebar tirai itu.
Tirai itu menutupi jendela kaca yang bisa dibilang seperti gerbang. Sangat lebar dan tinggi.

DON'T BE BLIND; PJM ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang