#17

2.1K 245 11
                                    

Vote, guys!! Nnti Jimin marah loh^^.

Hami POV

Aku sudah tahu tentangmu sekarang ini. Kau menderita penyakit ganas selama 2 tahun. Kau masih bisa tersenyum dan menutupinya selama ini. Aku kagum denganmu.

Aku saja yang hanya buta dan kemungkinan dapat kembali melihat lagi, sangat menyesal dan bahkan berpikiran untuk mengakhiri hidupku. Setelah eomma berhasil mendapatkan pendonor mata buatku, hidupku akan kembali normal. Aku yakin pasti eomma akan menemukan orang itu walau tak tahu harus berapa tahun lagi. Karna eomma pasti menawarkan harga yang fantastis untuk kedua bola mata mereka untukku.

Sedangkan kau. Kau hanya menunggu sisa waktumu yang dapat dihitung dan dipastikan. Aku merasa bersalah denganmu. Aku merasa tak pantas bila jadi pacarmu dengan sifat egoisku ini. Kau pasti sakit dan menderita disaat berjuang dan aku tak ada disampingmu untuk memberimu semangat.

Chanyeol sudah bercerita banyak tentangmu. Ternyata kau memang beda dengan Chanyeol. Kau baik, tulus, dan periang. Aku jadi yakin tak salah menaruh hati padamu. Mulai sekarang aku akan menjadi penjagamu dan aku akan membalas perbuatanmu padaku selama ini.

"Hami? Kenapa kau melamun? Apa yang sedang kau pikirkan?".

"Hm? Aku sedang memikirkanmu ^^."

"Dasar ratu gombal".

"Akh! Sakit tahu!". Orang yang aku pikirkan tadi mengacak rambutku gemas kemudian mencubit pipiku dengan kuat.

"Ya! Jimin-ah! Lepaskan tanganmu! Bisa-bisa pipiku ini tambah chubby karnamu." Dia tak menghiraukan kicauanku. Dia masih menggodaku. Sekarang dia malah merangkul lenganku dan menyandarkan kepalanya dipundakku. Aku tahu sekarang dia ini bersifat manja denganku.

Aku tak merasa risih dengan tingkah lakunya sekarang ini. Aku menyukainya karna aku mencintaimu, Park Jimin.

.
.
.
Author POV

Di tengah canda tawa Hami dan Jimin, ada yang membuat Hami ingin bertanya sesuatu akan hal.

"Ehhm.. Aku boleh menyanyakan sesuatu padamu?". Hami membuat Jimin memandanginya dengan kening yang mengkerut.

"Tentu. Tentang apa?"

"Jadi gini. Apa yang terjadi dengan Jennie?".

"Huh? Kenapa kau menanyakan Jennie?".

"Jika kau tak mau menjawabnya juga gak papa kok. Aku kan cuman penasaran kenapa Jennie bunuh diri.". Hami langsung menutup mulutnya rapat dan ia pikir yang ia tanya itu salah.

"Ani. Aku akan menjawabnya.". Hami yang merasa canggung kini lebih mendekatkan badannya ke Jimin dan bersiap untuk mendengar cerita Jimin.

"Tapi.."

"Tapi, kenapa?". Hami mengangkat kedua alisnya kearah Jimin. Bingung kenapa ia menunda ceritanya.

"Kau tak boleh tertidur lagi! Percuma saja beribu-ribu kata kuucapkan kau tertidur pulas. Huffffft!". Jimin memajukan bibirnya kesal.

"Hehehe. Mianhae. Tenang saja aku sudah cukup tidur kok. Lagian kan hawanya tak terlalu membuatku mengantuk seperti dulu. Jadi aku siap mendengarkan ceritamu dari A sampai Z." Hami hanya tersenyum merasa tak enak dengan Jimin. Memang disini bukan rooftop. Ini di kamar Jimin.

Setelah mengetahui semuanya, Hami sudah mulai menerima keadaan Jimin dan penyakitnya itu. Dan Hami memutuskan untuk terus menjenguk Jimin yang terkadang kecapekan untuk beraktivitas. Hami juga terkadang menginap dikamar Jimin sekedar untuk menemaninya. Awalnya Jimin menolak semua perhatian Hami itu. Katanya itu terlalu berlebihan. Setelah mengatakan kepada Hami, malah
Jimin dapat semprotan amarah dan mengancaman dari Hami kalo ia tak akan mengunjunginya lagi.
Mau tak mau ya Jimin harus membiarkan Hami.

DON'T BE BLIND; PJM ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang