End

3.9K 252 18
                                    


Hami POV

"Amin."

"Amin."

Satu persatu meninggalkan tempat ini setelah doa telah selesai.

"Hami-ya? Kau tidak ingin kembali?" Tanya eomma dan appa.

"Kalian pulang saja dulu. Aku ingin berada disini sebentar."

"Apa tidak apa-apa ditinggal sendiri?" Eomma memasang wajah khawatir padaku.

"Ne, eomma. Aku baik-baik saja. Sungguh." Aku menyakinkan mereka dengan senyuman.

"Baiklah. Jangan pulang terlalu gelap."

"Hmm."

"Eomma dan appa pulang."

"Bye. Hati-hati dijalan." Aku melambaikan tanganku ke arah mereka berdua yang mulai menghilang karna sudah berjalan jauh dariku.

Disinilah aku. Berdiri sendirian. Di tempat yang tenang ini. Angin dingin menerpaku dari arah selatan. Aku menutup mataku sejenak dan mengambil nafas berat. Aku mulai berjongkok agar aku dapat menyentuhnya.

"Apa kau bahagia sekarang?"

"Apa kau tidak merasakan sakit lagi?"

"Apa disana lebih baik daripada disini?"

Mungkin aku mulai gila karna aku berbicara dengan batu nisan yang diukir dengan pahatan membentuk sebuah nama 'Park Jimin'.

"Sudah 10 hari setelah kau pergi, aku tetap merasakan kau masih ada disampingku. Kenapa kau tidak mau menampakan dirimu padaku?"

Aku sudah mengetahui bakat terpendamku. Aku bisa melihat hantu. Dan aku mulai terbiasa dengan itu semua. Aku sudah menduga ada banyak sekali kejutan sekaligus keajaiban yang aku dapatkan dari rumah sakit itu. Di mulai dari sana aku mengetahui segalanya.

Aku tahu orang yang aku cintai tidak mencintaiku juga.
Chanyeol oppa bukanlah jodohku.

Aku tahu siapa orang yang mencoba membunuhku.
Yeri eonni sebernarnya orang yang baik. Hanya saja dia buta akan cinta. Sampai nekat melakukan itu hanya rasa cemburunya padaku. Untuk menebus kesalahannya padaku, Yeri eonni selalu ada buatku dan membantu segalanya. Lewat Yeri eonni aku tahu reality atas semua kebohongan. Oleh karna itu aku juga tahu rasanya memiliki teman sejati.

Aku tahu bagaimana rasanya menjadi seseorang yang diabilitas.
Lewat buta aku bersyukur bahwa aku termasuk manusia yang beruntung karna memiliki semuanya dengan normal.

Dan aku tahu rasanya mencintai dan dicintai dengan sepenuh hati.
Aku manusia yang selalu hidup di kolam munafik. Tidak ada yang tulus denganku. Hingga aku menemukan malaikat berwujud manusia yang membuatku senang karna hanya dia menunjukkan sebuah rasa yang tidak pernah terlempar padaku sebelumnya. Cintanya padaku sederhana. Dia hanya datang dan selalu membuat hatiku bergetar bahagia bila disampingnya. Yang selalu membuatku aman. Yang selalu menjagaku dengan sabar.

Dia orang yang tidak pernah aku tebak. Aku tidak pernah melihatnya. Disaat aku ada kesempatan untuk bisa melihatnya, dia sudah berada di dalam gundukan tanah dan diatasnya ditancapkan batu nisan untuk identitasnya. Dia sudah damai tanpaku.

"Aku selalu memikirkan hidup bahagia denganmu. Walau aku tahu kau tidak berumur panjang. Walau aku tahu kematianmu tidak bisa dihindari. Setidaknya biarkan aku selalu menemanimu disaat tersulitmu." Air mataku jatuh membasahi makam ini.

"Tapi kau tidak pernah mengizinkanku melakukannya." Aku menangis lagi untuk sekian kalinya. Aku tidak tahu harus berbuat apa sekarang bila separuh jiwaku hilang.

DON'T BE BLIND; PJM ✔Where stories live. Discover now