#20

2K 194 12
                                    


Taehyung POV

"Terima kasih atas semuanya." Terdengar dari saluran teleponku suara samar dan terdengar lebih tidak bertenaga untuk menaikkan nadanya dari sana. Aku hanya menangis tak bisa mengucapkan satu pun kata kepada orang yang ada ditelepon ini.

Tuuutt...

"Jaga dirimu baik-baik, temanku. " Aku menangis sejadi-jadinya. Aku tak bisa menahan emosiku yang bercampur aduk ini. Aku tak bisa berdiri di keadaan yang tak benar ini. Rasanya aku ingin loncat kejurang saja ketimbang harus berdiri di atas bongkahan es.

Ini ide yang buruk. Benar-benar ide yang buruk. Ini terlalu menyakitkan. Aku tak bisa menerimanya. Tapi kau memohon kepadaku. Sudah berkali-kali kau memohon padaku tapi kali ini aku tak bisa menolaknya karna ini permohonan yang kemungkinan yang terakhir buatmu. Aku harus bertahan demi dirimu.

"Taehyung, machi?"

Aku mendongakkan kepalaku dan menghapus air mataku ini saat ada yang memanggilku.

"Ne. Oh! Ny. Park? Kenapa anda kemari?"

"Aku kesini hanya mengurus semuanya. Kau apa kabar?".

"Aku baik, ny. Park. Bagaimana dengan keadaan Jimin?".

"Aku baik-baik saja. Hanya saja Jimin masih belum ada perkembangan."

"Aku turut bersedih. Aku selalu mendoakan dia. Dia adalah..." aku menundukkan kepala lagi dihadapan ny. Park. Aku buang rasa maluku dan tangisanku pecah lagi bila mengingat Jimin.

"He..em. Gomawo, Taehyung-ssi. Kau adalah teman Jimin selama ini. Kau juga merawatnya dengan baik. Aku yakin doamu akan dikabulkan. Kita semua juga mendoakan yang terbaik buatnya. Jimin sudah mendapatkan banyak pengajaran di dunia ini. Dia pasti akan baik-baik saja." Ny. Park memelukku layaknya seorang ibu yang menenangkan anaknya yang sedang menangis sedih. Bertambah deraslah air mataku dipelukkannya.

###

"Hi, jelek!! Kenapa kau duduk sendirian?

"Hami?". Dia berlari ke arahku dengan senyuman yang mengembang. Aku takut senyuman itu akan berubah jadi kesedihan yang mendalam untuknya. Kau bodoh, Jimin-ah. Kau membiarkan dia seperti ini.

"Lihatlah! Aku tadi melihat galeri di Handphoneku. Kemudian aku menemukan ini. Ini hasil potretmu kan?".

Aku memandangi layar Handphone nya yang ia sondorkan padaku.

"Iya."

"Kau memang tak pandai mengambil gambar ya. Hahaha^^. Mau aku ajari?". Dia tersenyum lagi. Seharusnya senyuman itu bukan buat ku. Kau salah, Hami.

"Ani. Aku lebih suka menggambarnya."

"Oh? Jinjjayo??? Kau bisa menggambar?". Dia membalalakan mata bulatnya tak percaya dengan ucapanku tadi.

"Tidak percaya? Ya sudah." Aku melipat tanganku dan memajukan mulutku.

"Ani. Aku percaya kok. Ihhh... kau ini ngambek an ya." Dia tiba-tiba merangkul lenganku. Secara spontan aku melepaskannya.

"Waeyo?".

"Ani. Hanya saja aku ingin ke kamar mandi. Aku permisi sebentar ya." Aku pergi menjauh darinya yang dari wajahnya penuh dengan pertanyaan tentang tingkahku tadi.

###

Hami POV

"Eomma? Apa yang kau lakukan?!" Aku melihat eomma sedang membereskan barang-barangku.

"Kita pulang sekarang."

DON'T BE BLIND; PJM ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang