#18

1.9K 199 10
                                    

Vote! Hmm...

Hami POV

"Jadi seperti itu ceritanya."

"Ohh.. Arraseo." Aku mengangguk paham pada Chanyeol oppa.

"Apa kau memaafkannya?"

"Hmm. Ne".  Walau sejujurnya ada sedikit rasa sakit dan marah padanya. Tapi dia sudah menebusnya dengan berbuat baik padaku selama ini.
Buat apa juga dendam dengannya, semua sudah terjadi bukan. Nasi sudah menjadi bubur.
Aku memaafkannya.

"Appa!!".

Aku dengar anak kecil mendekat.

"Appa, ayo main ditaman denganku." Anak itu sedikit merengek.

"Iya. Tunggu sebentar,ya." Chanyeol menjawabnya.

"Apa dia itu..."

"Iya. Dia anakku. Kenalkan dirimu,nak".

"Annyeong, eonni. Aku Park Chan Min. Siapa nama eonni?". Dia menjabat tanganku. Tangannya sangat kecil dan lembut. Dia sangat lucu sekali dengan suaranya yang cempreng itu.

"Annyeong, Chan Min -ah. Aku Choi Hami. Panggil saja Hami eonni." Aku tersenyum. Aku sangat penasaran wajah anak oppa ini. Akankan lebih mirip dengan ayahnya atau ibunya, Seulgi.

"Kajja, appa!" Anak itu tidak sabaran untuk mengajak Chanyeol yang sedari tadi menemaniku berbicara di kantin ini. Dia bercerita hal yang mengejutkanku lagi. Selama aku buta banyak sekali kejadian yang mengejutkan dan diluar pikiranku.

"Ne. Aku tinggal dulu ya, Hami." Chanyeol memegang pundakku sebagai tanda pamit padaku untuk menemani anaknya yang mulai menangis itu.

"Ne. Cepatlah anakmu mulai menangis tuh!". Aku terkekeh mendengar tangisan yang imut itu. Jujur aku sangat suka anak kecil. Aku selalu ingin mempunyai seorang adik. Tapi mau gimana lagi, takdir yang memutuskan aku menjadi anak tunggal.

"Ah! Aku lupa menanyakan Jimin pada Chanyeol oppa." Aku menepuk jidatku sedikit keras. Sungguh kesempatan yang terbuang-buang percuma. Aku terlalu asik dengan topik tentang Yeri eonni dengan Chanyeol oppa. Sampai melupakan Jimin.

Aku bangkit dari dudukku. Aku mulai langkahkan kaki kananku. Aku dengar ada langkah sosok yang lewat. Aku pun menahannya.

"Permisi. Apa aku boleh tanya ini sudah jam berapa ya?".

"Oh.. ini sudah jam 3 sore." Jawab seseorang laki-laki yang dari suaranya terdengar seperti sudah paruh baya.

"Oh begitu." Lama juga aku berbincang dengan Chanyeol oppa sampai sudah petang seperti ini.

"Kamsamnida". Aku membungkukkan badanku 45° derajat ke arahnya.

"Kau dimana, Jimin-ah??". Aku mulai putus asa untuk mencarinya. Aku tak tahu harus mencarinya kemana lagi. Aku lelah. Aku putuskan untuk kembali ke kamarku saja.

Cklek!

"Semoga semua berjalan dengan lancar."

"Saya harap seperti itu. Kami hanya bisa berdoa untuknya."

"Apa yang kalian bicarakan?!".

"Hami?!!". Eomma terkejut dengan kehadiranku. Eomma tak sendirian disini dia berbicara dengan seseorang yang juga berumuran dengannya didalam kamarku.

"Eomma bicara apa tadi??".

"Aku.. aku..".

"Kami hanya berbicara tentang bisnis, sayang." Yang menjawabku malah seseorang asing itu.

"Siapa anda?"

"Aku Jimin eomma. Aku kesini juga ingin menjengukmu. Dan ingin meminta maaf juga atas kejadian waktu lalu."

Aku terdiam sejenak saat aku tahu itu adalah Jimin eomma. Sisa-sisa marahku ini masih ada tapi aku sudah menerima Jimin. Mau tak mau aku juga harus menerima eommanya juga.

"Aku telah melupakan kejadian itu. Jimin ada dimana sekarang? Seharian ini aku belum bertemu dengannya."

"Ohh... Jimin...".

"Sayang? Apa kau lapar? Aku membawakanmu kebab dari penjual daerah rumah kita." Eomma menarik tanganku.

"Jinjja?". Aku suka sekali. Aku sudah kangen sekali rasa kebab itu.

"Hmm.. Ny. Park juga membawakan coffe untukmu." Jawab eomma sambil menuntunku masuk kedalam kamar ini dan duduk disisi ranjangku.

"Aku permisi dulu , Ny. Choi, Hami.".

"Ne."

"Ne. Ny. Park kamsamnida coffenya." Jawabku setelah eomma dan melambaikan tanganku padanya.

Eomma menyuapiku sedikit demi sedikit kebab ke dalam mulutku.

"Mmm.. rasanya tak pernah berubah." Sambil mulut yang penuh aku mengkritik rasa kebab langgananku ini.

"Makanlah dulu sampai habis baru ngomong."

"Heheh^^".

Aku menikmatinya sampai eomma membuatku berhenti mengunyah karna pertanyaan yang menggantung.

"Eomma ingin bicara sesuatu hal penting padamu." Aku terdiam sambil menaikkan satu alisku menunggu sambungan ceritanya.

Author POV

Ny. Park tampak gemetaran saat ini mengucapkannya pada Hami. Ny. Park ada rasa senang dan ada rasa sedih dalam hal ini.

"Eomma? Kau masih disini kan?". Hami bertanya karna eommanya terlalu lama diam sampai tak terdengar suara sedikitpun.

"Ne. Eomma masih disini."

"Katanya mau bicara? Bicaralah." Ujar Hami sambil melanjutkan mengunyah makanannya tadi.

"Hufttt... baiklah. Jadi begini, Hami. Eomma bertemu orang yang tiba-tiba saja orang itu dengan suka rela menyumbangkan matanya untukmu. Anehnya lagi dia tidak mau dibayar. Saat eomma bertanya kenapa dia malah pergi begitu saja." Ny. Choi menghentikan bicaranya saat melihat ekspresi Hami yang berubah.

"Hami-ya, kau kenapa menangis?"

"Ani, eomma. Aku menangis gara-gara telalu bahagia karna aku akan melihat dunia lagi." Dengan nada terisak Hami pun tersenyum walau air matanya masih mengalir.

"Eomma juga bahagia kau bisa normal kembali. Kau juga bisa melukis wajah eomma lagi." Ny. Choi mengusap air mata Hami dengan penuh hangatnya sentuhan seorang ibu.

"Tapi eomma..."

"Hm?"

"Siapa orang itu?". Hami mulai sadar dan penasaran kepada orang yang berhati malaikat itu.

Ny. Choi hanya diam dan bungkam saat ditanya. Malahan ny. Choi mengalihkan pembicaraannya dengan topik lain sehingga membuat Hami lupa dan tidak ingin mencari-cari identitas orang misterius itu.









Vomment juseyo

Pendek sekali ceritanya...
Heheh dilanjutkan pada chapter berikutnya kok.
Authornya lagi demam gegara Mic Drop remix nya kemaren...
Gila keren Abis!!!

DON'T BE BLIND; PJM ✔Where stories live. Discover now