#28

2.9K 219 4
                                    

Baca chapter 27 dengan seksama dulu..

Author POV

"Siapkan alat kejutnya! Pali!" Semua suster yang membantu si dokter untuk memperjuangkan Jimin agar kembali ke dunia menyiapkan alat kejut yang kemungkinan hanya ini cara terakhir yang bisa diharapkan.

"Ready?" Tanya dokter itu yang siap mengejutkan Jimin dengan alat seperti setrika itu.

"Ne."

Drep!

Seketika tubuh Jimin bergetar hebat saat alat itu menyentuh kulit dada Jimin. Jimin masih belum sadarkan diri.

"Naikan lagi tegangannya! Ready?" Perintah dokter itu kepada salah satu suster yang mengendalikan alat tersebut. Dokter itu mencobanya lagi.

Drep!

Keluarga Jimin hanya bisa melihatnya dari balik kaca besar. Semua hanya bisa menangis dan berdoa agar akan datang keajaiban lagi. Semua berharap Jimin kembali pada mereka lagi.

Berkali-kali mencoba tetap tidak ada hasil. Dokter itu kehilangan Jimin. Jimin tidak terselamatkan.

"Andwe!!" Eomma Jimin histeris melihat anaknya terbujur kaku didalam sana.

Semua membereskan alat-alat mereka dan menutupi tubuh Jimin dengan kain biru dan bersiap membawanya ke kamar mayat.

Secara diam-diam Taehyung juga melihat kejadian itu. Tak terbendung lagi sedihnya melihat sahabatnya sekaligus mantan pasiennya juga itu sudah tak bernyawa. Taehyung menangis dan pergi dari sana, ia tidak tahan lagi.

Betapa terpukulnya satu keluarga itu. Putuslah harapan mereka. Orang yang selalu terlihat bahagia itu sudah pergi ke dunia abadi. Hanya kenangan dan jutaan fotonya yang dapat mengingatkan kita pada Jimin.

"Selamat Jalan, adikku. Kau tidak akan merasakan sakit lagi diatas sana." Chanyeol melihat adikknya yang mungkin dulu sering membuat hati adiknya hancur hanya karna kedengkian Chanyeol.

Setelah keluarga, saudara, dan orang terdekat dikabari oleh berita kepergian Jimin, banyak yang datang ke rumah sakit. Salah satunya orang tua Hami. Di rumah sakit dalam suasana duka yang mendalam.

.
.
.
Taehyung POV

"Ini tidak nyata! Jimin masih hidup! Jimin masih bernafas. Dia hanya tertidur!" Aku tidak bisa menerima takdir ini. Jimin terlalu muda untuk ini.

Aku tidak berhenti-hentinya membual. Pikiranku kacau. Perasaanku hancur. Tidak bisa dipercaya dia benar-benar meninggal.

"Jimin pasti hidup!" Aku berjalan tanpa arah. Mataku buram karna genangan air mataku yang sedikit lagi jatuh membasahi pipiku. Kakiku terasa berjalan sendiri. Aku ingin pergi dari sini. Aku ingin menenangkan diri.

"Dimana Jimin??!"

"Hami?? A-apa yang kau lakukan disini? Siapa yang memberitahumu??". Betapa terkejutnya aku melihat Hami datang ke rumah sakit ini dengan masih menggunakan seragam sekolahnya. Dia terlihat panik. Wajahnya merah karna menahan air matanya yang ingin jatuh.

Plak!

"Dimana Jimin sekarang, bajingan!!" Hami menamparku. Dia terlihat marah sekali. Aku rasa dia sudah tahu yang sebenarnya.

"Kau sudah tahu aku bukan Jimin?" Aku memegang pipiku karna tamparannya yang super kuat. Aku pantas menerimanya. Rasa sakitnya tidak terasa bila dibanding dengan rasa sakit dihatiku saat ini.

"Kau bajingan pembohong! Jahat sekali kau membodohiku dengan mengaku sebagai Jimin!" Hami memukul dadaku.

"Harga diriku jatuh karnamu! Aku merasa menjadi orang paling bodoh." Dia tidak lagi memukulku. Dia menangis. Badannya lemah tidak bertenaga lagi meluapkan amarahnya padaku.

DON'T BE BLIND; PJM ✔Where stories live. Discover now