#3

2.5K 144 15
                                    


Rifqi menutup gerbang rumah nya setelah melihat Liana masuk ke dalam rumahnya. Sejak kecil mereka sudah dekat bukan hanya karena orang tua mereka yang berteman baik namun juga karena letak rumah mereka yang berhadapan. Bahkan Rifqi sengaja meminta kamar nya di lantai atas supaya bisa berhadapan dengan jendela kamar Liana.

Dengan senyum lebar yang terlukis oleh bibir nya yang penuh, Rifqi memasuki rumah nya tanpa mengucap salam.

Gue bakal suka

Rifqi tersenyum menggelengkan kepala nya jika mengingat apa yang di bisikkan nya tadi pada Liana.

"Udah gila kayaknya gue"

"Dari dulu"

Rifqi terlonjak kaget mendengar suara Difka kakak nya yang entah darimana.

"Astaghfirullah Dif!! Kagetin gue aja tau gak." Beruntung Rifqi sadar bahwa Difka itu kakak nya, kalau tadi itu Liana sudah pasti Rifqi akan menoyor kepala nya.

"Dif Dif! Panggil gue kakak kek! Gue kan kakak nya elo."

Rifqi memutar bola mata nya malas. Memang, Difka kakak nya dan mereka hanya berbeda satu tahun. Itu yang membuat Rifqi malas memanggil nya kakak.

"Ogah"

"Gue aduin ke Bunda loh"

Rifqi hanya mengedikkan dagu nya mendengar ancaman klasik kakak nya itu. Bersekolah di luar kota bukan nya membuat ia semakin dewasa malah menambah tingkah kekanakan nya.

"BUNDA RIFQI GA- awwhh! Paan sih Rif!" Difka membenarkan kerudung biru yang berantakan karena di tarik Rifqi.

"Makanya elo jangan jadi pengadu gitu!" Rifqi membalas tatapan tajam Difka.

"RIFQI ITU KAKAK KAMU KOK GAK SOPAN GITU BICARA NYA SIH!!" Terdengar teriakan Bunda mereka dari arah dapur, seketika Rifqi menutup mulutnya dengan telapak tangannya sementara Difka tertawa puas.

Rifqi yang kesal melihat Difka menertawainya pun melemparkan tatapan tajam yang jika berbicara pasti mengatakan Puas lo?! Setelah itu Rifqi berjalan menaiki tangga menuju kamarnya. Dengan masih tertawa Difka mengikuti Rifqi hingga ke dalam kamar.

"Paan lagi sih." Rifqi masih menatap kesal pada Difka. Baru saja ia pulang sekolah sudah di sambut dengan kakak nya yang paling ngeselin.

"Sorry deh sorry gue gak maksud buat lo kesel kok." Difka menduduk kan diri nya di bibir tempat tidur milik Rifqi. Di pandangi nya ruangan yang bernuansa merah hitam ini. Tak ada yang berubah pikirnya. Sejak Difka memutuskan untuk bersekolah di Bandung dan tinggal bersama Papa nya, Rifqi hanya tinggal berdua dengan Mamanya di rumah sebesar ini. Orang tua mereka bukan nya bercerai, hanya saja karena Rifqi begitu menginginkan pindah ke Jakarta. Orang tua mereka pun tak keberatan, lagipula perusahan mereka ada juga di Jakarta, hitung-hitung sekalian memantau perusahaan milik keluarga mereka di Jakarta.

"Lo gak kangen sama gue Rif?" Rifqi melihat ke arah Difka sebentar. Kakak perempuan satu-satu nya itu orang paling ia sayang walaupun terkadang sifat nya mampu membuat Rifqi menahan diri untuk tidak memakan kakak nya itu.

"Atau jangan-jangan lo udah lupa ya kalo lo tuh punya kakak secantik gue." Difka menyipitkan matanya menatap curiga pada Rifqi.

"Cantik apaan? Muka jelek gini di bilang cantik!" Rifqi melemparkan bantal nya ke wajah Difka. Rifqi sebenarnya berbohong. Cowok mana sih yang bilang Difka jelek. Difka bertubuh yang tidak tinggi dan tidak pendek juga. Kulit putih bersih, hidung mancung di tambah lagi kerudung yang selalu menutupi rambut nya membuat siapa pun akan tenang memandang nya.

[BBS #1] Kita Berbeda Where stories live. Discover now